Sabtu, 06 Juni 2020

Karena Corona 1

Karena Corona 1  

Sebenarnya agak malas aku menulis cerita ini.... Tapi ya, sudahlah, mungkin ada juga perlunya.....

Di pertengahan bulan Maret yang lalu, kita sama-sama dikagetkan oleh kehadiran virus Corona atau disebut juga Covid 19. Virus yang mula-mula  muncul di negeri Cina di sekitar bulan Oktober tahun lalu, dan kala itu sedang mengamuk di Italia. Virus ganas dan mengerikan itu telah memasuki hampir semua negara. Indonesia yang baru mengumumkan bahwa kehadirannya terdeteksi di awal bulan Maret, meski ada yang berpendapat mungkin sudah lebih awal lagi. Kehadiran virus ini jadi bahasan semua orang termasuk para ustadz. Kita semua ketakutan. Betapa tidak, ada tayangan yang disebarkan melalui media sosial, bagaimana para petugas keamanan di Italia kewalahan mengantar berpuluh-puluh jenazah ke pemakaman setiap hari. Dan menurut berita para penderita itu mengalami sakit luar biasa, kesulitan bernafas dan terpaksa harus menggunakan alat bantu pernafasan, sebelum sebagiannya berakhir dengan kematian. 

Salah satu ustadz yang rutin mengisi pengajian di mesjid kami mengajarkan doa untuk minta perlindungan Allah dari ancaman wabah mengerikan itu. Berdoa adalah sesuatu yang sangat dianjurkan. Mintalah pertolongan dan perlindungan Allah.

Meski kebanyakan jamaah mesjid sudah mulai resah, beberapa dari kami mencoba memikirkan cara menghindar. Kami fahami bahwa virus itu menyerang saluran pernafasan melalui hidung. Seandainya dia sudah hinggap di hidung seseorang maka dia akan memerlukan waktu empatbelas hari untuk sampai ke paru-paru, berkembang biak di sana dan menutupi saluran-saluran halus paru-paru. Bagaimana dia berpindah atau menular dari satu ke lain orang? 

Seseorang yang sudah dihinggapi virus meski mungkin belum sakit parah, tangannya biasa menyentuh hidungnya lalu tangan itu dipakai bersalaman dengan orang lain, maka niscaya orang lain ini akan mulai berpotensi dihinggapi virus. Di saat dia mengusap mukanya atau hidungnya yang tadi dipakai bersalaman belum dicuci. maka virus akan hinggap di hidungnya pula. 

Atau bila seseorang yang sudah membawa virus, lalu dia bersin, artinya dia memercikkan butir-butir mengandung virus dari hidungnya, lalu butir-butir itu hinggap di tubuh orang lain, maka orang lain ini akan berkecenderungan tertular. Atau dia itu bersin dan butir-butir mengandung virusnya menempel di lantai atau di karpet, lalu orang lain sujud di karpet itu maka orang lain akan dengan mudah tertular.

Jadi kesimpulan sementara, hindari saling bersentuhan. Tinggalkan kebiasaan bersalaman (apa boleh buat). Jaga jarak satu dengan yang lain. Bahkan ada yang menetapkan jarak itu harus sekitar satu setengah meter. Kenapa, karena radius satu setengah meter itu akan tercemar seandainya dia bersin. Lalu karpet mesjid harus dibongkar karena berpotensi menjadi tempat bersemayam virus. Ada yang mengatakan di karpet virus dapat bertahan sekian jam.

Dan itupun dilakukan semua. Menghindari bersentuhan, menjaga jarak dalam shalat (jadi tidak lagi merapatkan shaf), membongkar karpet mesjid. Namun sebagian jamaah mesjid mulai ragu-ragu untuk hadir ke mesjid. 

(Bersambung.....)           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar