Minggu, 30 Oktober 2016

Dari Tulisan Si Tengah; Melancong Ke Turki

Dari Tulisan Si Tengah; Melancong Ke Turki    

(Puteri keduaku yang saat ini tinggal di Pau Perancis, bersama keluarganya, sangat suka melakukan kunjungan wisata di Eropah sana. Kali ini mereka sekeluarga (suami istri dan dua orang anak) melancong ke Turki. Berikut ini adalah tulisannya sekembali dari kunjungan tersebut.)

"Constantinople shall be surely conquered; how blessed the commander who will conquer it, how bless the army." Hadith Ahmad.

Pertama kalinya gw lihat peninggalan kejayaan Islam yang sudah runtuh adalah waktu mengunjungi Alhambra, istana besar megah dan mesjid Cordoba yang jadi cerita sedih buat semua umat Muslim tentunya, tapi sayangnya tanpa guide. Yang terbentuk di kepala gw adalah pemikiran: "Oh sultan2 itu bermegah2an yaaak!"

Setelah mengunjungi Aya Sofia dan Topkapi dengan guide baru pemikirannya diluruskan. Pertanyaan pertama: kenapa Muhammad Al Fatih yang Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bilang dia adalah pemimpin yang baik, membangun istana besar macam Topkapi?

Jawaban berikut bukti peninggalan yang terlihat: beliau membangun istana ini sebagai kantor kenegaraan. Pada awal2nya dulu istana dibangun sederhana tanpa pajangan2 mahluk tentunya, tempat rapat untuk Sultan dan atau menteri2nya, tempat bertemu dengan tamu2 dari kalangan mana pun, tempat upacara saat pelepasan armada perang, dan tempat keluarga Sultan tinggal yang sangat tertutup bagi yang bukan muhrim yang disebut harem berasal dari kata haram yg maksudnya haram bagi yg bukan muhrim. Harem ini pun terlihat sisa2 bentuk sederhananya yang kemudian seperti semua bagian istana yang lain diubah oleh sultan2 belakangan yang mulai bergaya Eropah. Terlihat kontras memang polesan Eropah yang mulai trend di abad 19 yang ditambahkan ke dalam gaya timur tengah.

 
Melihat sisa2 disain lama yang sederhana sama fungsi ruangan-ruangan dan bangunan-bangunan Topkapi, pemikiran gw berubah dari menilai Sultan yang bermewah2 jadi Sultan yang memang perlu membuat bangunan kenegaraan, tapi tetep sederhana. Lama-kelamaan setelah berganti Sultan demi Sultan, tersebutlah Sultan Abdulmecid I nggak puas dengan Topkapi, terlalu old fashion, ga cocok dengan trend dunia yang lagi euforia sama gaya disain Perancis abad 19... Jadi beliau memutuskan untuk membangun istana baru, Dolmabahce namanya. 

Foto ini adalah gerbang masuknya Dolmabahce palace. Dari gerbangnya udah keliatan desain Eropah. Isinya mewah penuh polesan emas dari emas asli. Yang mendesain interiornya adalah orang yang sama dengan yg mendesain Paris opera.

Pertanyaan kedua: apa yang terjadi? Kenapa tiba2 terlalu Eropah? Bukannya para Sultan itu biasanya dididik dari kecil buat dekat dengan para ulama? 

Jawabannya simple: Sultan Abdulmecid I ini dulu pernah sekolah lama di Eropah, di Perancis tepatnya. Itulah yang akhirnya merubah gaya kesultanan mulai dari pakaian sampai istananya. Brainwashed?? Could be yes could be not. Yang jelas Sultan Abdulmecid tentunya punya pilihan untuk cara berfikirnya sendiri toh?

Untuk biaya pembangunan Dolma bahce palace ini baru lunas sekitar 30an tahun yang lalu. Subhanallaah!!!! Dari tahun1843!!! 

Kemudian lima generasi Sultan setelahnya, maka berakhirlah kekhalifahan Islam yang dimulai dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, didompleng menjadi republik Turki oleh Mustafa Kemal Attaturk.

Pertanyaan ketiga: kemana para ulama saat Sultan mulai membiarkan nilai2 Eropah masuk? Jawaban si guide: ulama-ulama menharamkan dengan cara yang salah, yang gw tangkap maknanya mengharamkan 100% tanpa membiarkan sisi baiknya yang tidak bisa diterima oleh Sultan dan orang2 yang mengatur sultan. Alhasil senjata makan tuan, pemikiran mereka yang harus membiarkan masyarakat terbuka dengan gaya Eropah modern, melahirkan tokoh2 macam Mustafa Kemal. Saat mereka mulai ingat dan kembali mengikuti para ulama, sudah terlalu terlambat. Semua orang sudah terbawa pemikiran Eropah.

Pelajaran yang diambil dengan kacamata orang tua:

1. Didik anak dengan cara Islam. Dengan lingkungan Islam. 


2. Jangan percayakan lingkungan yang salah untuk diri sendiri apalagi untuk anak. Sahabat benar2 jadi cerminan pribadi. Sesuai Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam: berteman dengan penjual parfum; kita kecipratan wanginya atau paling tidak mencium wanginya, berteman dengan tukang besi; kita kecipratan api atau paling tidak terkena panasnya.


3. Saat ulama ditinggalkan, yang berikutnya tinggal kehancuran.


****    

Sabtu, 29 Oktober 2016

Singapura

Singapura 

Sudah sangat lama aku tidak mengunjungi Singapura. Yang terakhir sekali adalah di tahun 1989 ketika kami pulang dari Perancis. Sejak itu, kecuali menclok di bandaranya (dua kali), tidak pernah lagi memasuki kota itu, karena tidak ada urusan (pekerjaan). Tapi tiba-tiba pertengahan pekan yang lalu atau tepatnya tanggal 25 Oktober yang lalu aku berkunjung ke sana untuk menghadiri pernikahan seorang kemenakan. 

Yang ingin aku ceritakan bukan perihal pernikahan tersebut, tapi pengamatan tentang kota Singapura. Kecuali bandara Changi yang sekarang luar biasa besar, kenampakan kota ini sepertinya tidak banyak berubah. Dengan jalan-jalan yang lebar dan rapi di kiri dan kanannya. Dengan bangunan rumah susun (apartemen, flat, kondominium) bertebaran di sepanjang jalan. 

Lalu lintas ramai, bahkan ada sedikit macet di sore hari Selasa lalu itu, tapi tidaklah seperti macetnya Jakarta. Pemerintah negeri pulau ini berusaha keras membatasi jumlah kendaraan beroda empat. Hal itu sudah pernah aku dengar sejak 30 tahun yang lalu. Harga kendaraan dibuat mahal. Pajaknya mahal, serta haraga BBM juga mahal. Usia mobil (pribadi) dibatasi hanya sampai sepuluh tahun. Tapi tetap saja banyak penduduk negeri ini yang cukup kaya untuk memiliki mobil. 

Kalau diperhatikan, sebenarnya Singapura ini adalah sebuah negeri kecil yang rapuh, yang tidak mempunyai sumber daya alam yang memadai. Pulau kecil ini bahkan tidak  mampu memberi minum 5 juta penduduknya dengan mencukupi. Maka airpun didatangkan dari Tanah Semenanjung. Masyarakatnya hampir semua tinggal di bangunan bertingkat seperti disebut di atas. Tenaga listrik adalah sebuah kebutuhan mutlak. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi seandainya mereka mengalami gangguan pasokan listrik. Dan listrik dihasilkan dengan pembangkit yang menggunakan gas. Gas dibeli dari mana saja, termasuk dari Indonesia.

Mungkin menyadari serba keterbatasan sumber daya alamnya, Singapura berusaha tampil beda untuk menarik pelancong dan juga pengusaha datang berkunjung. Tampil dengan serba keteraturan, ketertiban dan kebersihan. Dan jaminan keamanan. Hal-hal yang memang sangat menakjubkan. Masalah kebersihan misalnya, dipelihara dan diawasi sangat ketat. Jangan coba-coba meludah sembarangan atau membuang sampah sembarangan. Jika tertangkap pelakunya akan didenda atau bahkan dipenjarakan. Dendanya pasti akan membuat orang berpikir panjang sebelum melanggar aturan. 

Singapura yang ditata dengan disiplin dan keteraturan yang sangat ketat itu menjadi sebuah kota bisnis penting di dunia. 

****      

Jumat, 21 Oktober 2016

Cemas Dalam Penantian Pemimpin

Cemas Dalam Penantian Pemimpin     

Banyak orang cemas menjelang selesainya pelaksanaan sebuah pemilu. Cemas kalau-kalau calon yang dipilihnya kalah. Padahal mereka sudah terlanjur sangat 'cinta' kepada calon mereka itu. Bagi mereka calonnya adalah yang paling hebat. Bahkan nyaris-nyaris menyamai kehebatan malaikat. Sampai sebegitunya? Iya, seperti itu yang kelihatan dari setiap komentar dan adu pendapat. Calon mereka itu hebat, suci tanpa cacad sedikitpun. Sementara calon orang lain penuh dengan segala kekurangan

Menyukai dan menyokong seorang calon yang kita nilai baik tentu sah-sah saja. Harusnya itu dapat dilakukan tanpa menistakan calon lain. Tapi yang membuat kita terheran-heran, di sebahagian pemilih berlaku penilaian dengan cara belah bambu. Mengangkat setinggi-tingginya yang mereka sukai lalu menginjak lawannya sampai tak bisa bergerak. Memang unik demokrasi di negeri kita ini.

Yang lebih mencengangkan adalah kuatnya pengaruh sponsor. Pengaruh duit dari orang-orang yang punya kepentingan di belakang pemilihan tersebut. Apakah pernyataan ini mengada-ada? Insya Allah tidak. Sudah pernah terbukti bahwa seorang calon yang dibiayai pemilihannya dengan duit, lalu terpilih, ternyata adalah seorang yang sama sekali tidak berkemampuan. Bahkan sangat memalukan karena tertangkap sebagai pengisap madat. 

Kitapun terheran-heran melihat pro dan kontra antara masing-masing pemilih. Sangat dahsyat kefanatikan sebagian dari mereka dan rasa-rasanya tidak masuk di akal. Setiap kekurangan dari calon mereka yang sebenarnya bisa terlihat dengan mata yang normal, yang tidak dibuat-buat, selalu mereka sangkal. Mereka tuduh orang yang menyebut kekurangan-kekurangan itu sebagai sirik. Tukang fitnah. Pokoknya calon mereka tidak ada cacadnya dan tidak boleh dilecehkan dengan menyebutkan hal-hal negatif tentang dirinya. Calon mereka itu adalah seorang yang super hebat, jujur, penuh perhatian kepada kemajuan negeri.

Namun, mana ada manusia yang sempurna? Yang diagung-agungkan oleh sementara orang itu tetap saja penuh dengan kekeliruan. Keliru bicara, keliru bertindak, keliru memperlakukan masyarakat banyak. Dan semua itu fakta tak terbantahkan.

Jabatan di pemerintahan di negeri kita ini memang sangat menggiurkan. Itulah sebabnya banyak orang bermimpi untuk jadi penjabat, Jadi pemimpin negeri. Karena kalau sudah jadi pemimpin kastanya pasti naik tingkat. Yang berminat mencalonkan diri biasanya rela berhabis-habis membiayai pencalonannya. Atau berkongsi dengan sponsor yang tentu saja ada maunya jika ternyata nanti calon yang disponsorinya menang.   

Setelah selesainya pemilihan, pemimpin yang dipilih itu tidak semuanya mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Bagaimana kita mengetahuinya? Kepemimpinannya tidak membawa perubahan apa-apa bagi masyarakat banyak. Bahkan sebaliknya ada yang justru menjadikan hidup menjadi lebih susah.  

Maka disamping ikut memilih di dalam sebuah pesta demokrasi, sangat sepantasnya kita melibatkan Allah Subhanahuwata'ala dalam mencari pemimpin. Dengan berdoa kepada-Nya agar Allah mendatangkan pemimpin yang amanah, yang mampu membawa kita mencapai kebaikan di dunia dan akhirat. Allah memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, mencabut kekuasaan dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kita memohon kepada-Nya agar Allah menghadirkan pemimpin-pemimpin yang baik menurut pandangan-Nya untuk memimpin negeri kita ini.


****                                          

Rabu, 19 Oktober 2016

Obrolan Dengan Anak

Obrolan Dengan Anak  

'Bagaimana proyek mencetak buku, papa?' tanya anakku.

'Sukses,' jawabku.

'Berapa banyak dicetak?'

'Cuma 50 buku masing-masing dari kedua judul,' jawabku pula.  

'Kok sedikit amat? Terus sudah habis semua?'

'Ya sedikit memang. Belum habis. Paling baru terkirim sekitar 20 buah buku masing-masing.'

'Lho kok gitu? Tidak ada yang berminat? Tidak dipublikasikan?' 

'Memang tidak dipublikasikan besar-besaran, sih. Paling hanya diumumkan di FB.'

'Wah, pasti rugi dong?!'

'Itu memang bukan proyek untuk mencari untung. Hanya senang saja kalau orang lain bisa menikmatinya dalam bentuk buku begitu.'

'Maksudnya buku-buku itu dibagi-bagikan gratis?'

'Sebagian. Dan sebagian lagi dijual seharga ongkos cetak.' 

'Lebih banyak mana yang dibagikan dibanding yang dijual?'

'Masih sedikit lebih banyak yang dijual...'

'Berapa ongkos cetaknya, memang?'

'Sekitar empat juta rupiah untuk dua kali 50 buah buku.'

'Lalu dijual berapa?'

'Empat puluh dan lima puluh ribu,'

'Wadduh.... Jadi seandainya dijual semua pun, dan laku semua, hanya akan sekedar balik modal....'

'Ya.'

'Dan sementara ini baru 20 buah yang 'laku', begitu?!'

'Benar. Tapi mudah-mudahan, mereka yang sudah membacanya akan bercerita kepada orang di sekitarnya, dan mudah-mudahan orang di sekitarnya juga akan tertarik.'

'Papa yakin, orang yang membacanya akan menyukainya?'

'Insya Allah. Sudah dimintai pendapat beberapa orang yang sudah membacanya, mereka mengatakan bahwa cerita itu menarik.'

'Tidak ada yang mengkritik? Yang mengatakan bahwa buku itu tidak menarik?'

'Belum ada. Tapi mungkin saja ada yang tidak suka. Dulu ada yang berkomentar cerita-cerita itu ke-padang-padangan.' 

'Dulu, kapan?'

'Waktu cerita-cerita itu ditaruh di blog dan dibaca orang.'

'Jadi, sudah pernah dimuat di blog?'

'Ya.' 

'Mungkin karena itu orang-orang yang sudah membacanya tidak tertarik lagi memiliki bukunya.'

'Mungkin juga.' 

'Masih tertarik lagi menulis cerita sesudah ini?'

'Mungkin saja.'

'Kalau begitu jangan ditaruh di blog lagi sebelum dicetak.'

'He...he.. Ya, mungkin juga harus begitu.'

****

Kamis, 13 Oktober 2016

Mudah-mudahan Kita Terhindar Dari Kemunafikan

Mudah-mudahan Kita Terhindar Dari Kemunafikan   

Munafik adalah sikap orang yang mencla-mencle. Hatinya tidak sepenuhnya beriman kepada Allah dan kepada ketetapan-ketetapan ataupun perintah-perintah Allah. Mereka mengaku sebagai orang Islam tapi berprilaku yang bertentangan dengan keislaman. Seringkali bahkan dia membenci ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah. Dia memilih-milih. Jika sesuatu itu menguntungkan untuk urusan dunianya, meskipun hal itu bertentangan dengan perintah Allah niscaya akan tetap dilakukannya juga. Aturan Allah baginya bisa saja dikesampingkan dan dia membuat bermacam dalih untuk itu. 

Allah sudah mensinyalir prilaku orang-orang munafik tersebut. Firman Allah di surah An Nisaa' ayat 142; 'Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas mereka....'  Bahkan di bagian awal surah Al Baqarah (ayat 8 sampai 20), Allah menjelaskan ciri-ciri mereka dengan panjang lebar. Di antaranya, bahwa mereka mengatakan beriman kepada Allah dan hari akhirat tapi kenyataannya mereka tidak beriman. Mereka tidak memperlihatkan kekhawatirannya dengan janji-janji Allah, bahwa Allah akan mengadili dan menghukum kesalahan-kesalahan mereka. Mereka berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka mencla-mencle. Dekat orang beriman mereka mengaku sebagai orang beriman, tapi kalau mereka kembali ke kelompok orang-orang yang memusuhi orang beriman, mereka menyatakan bahwa mereka pun ada dalam kelompok itu.

Secara sedehana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan tiga ciri khas orang munafik yaitu, jika berkata-kata maka kata-katanya itu penuh kebohongan, jika berjanji, dia memungkiri janjinya dan jika diberi kepercayaan dia khianat. Kita bisa dengan mudah mengenali orang-orang seperti ini yang berada di sekeliling kita. Atau bahkan jangan-jangan kita berkecenderungan mempunyai sifat seperti itu. Maka cepat-cepatlah sadar. Cepat-cepatlah minta ampun kepada Allah dan berhenti berprilaku munafik.    

Ancaman Allah sangat berat untuk orang-orang munafik. Mereka nanti akan ditempatkan di dasar neraka jahannam. (An Nisaa' 145). Artinya hukuman untuk mereka lebih berat dari hukuman untuk orang-orang kafir. Sesuatu yang mudah untuk kita fahami, karena mereka lebih berbahaya bagi orang yang benar-benar beriman. Orang-orang kafir sangat jelas dengan kekafirannya dan orang beriman bisa menjaga jarak dengan mereka. Akan tetapi dengan orang munafik belum tentu kita akan dapat segera mengenalinya. Karena dia srigala berbulu domba. Dia terlihat seperti teman. Dia mengaku sama-sama Islam. Tetapi kalau kita cermati, terlihatlah bagaimana senangnya dia memperolok-olok orang beriman. Bahkan menyakiti orang yang beriman. 

Marilah kita lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Berusaha dengan sungguh-sungguh memelihara keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Mudah-mudahan kita terhindar dari kemunafikan.

****                          

Sabtu, 08 Oktober 2016

Kucing

Kucing   

Kucing selalu ramai di komplek ini. Umumnya kucing tak bertuan, bukan kucing peliharaan. Meski ada seorang ibu di sini yang agak istimewa, menampung banyak sekali kucing-kucing kampung itu di rumahnya. Tapi selain si ibu yang istimewa itu, banyak juga warga lain yang memberi perhatian dengan memberi makan kucing-kucing lepas itu. Termasuk kami. Maka tidak aneh, di komplek kami ini berkeliaran banyak sekali kucing.

Di keluargaku, yang paling sayang dengan kucing adalah si Bungsu. Pernah ketika kami baru saja pindah ke Jatibening ini di tahun 1990an, seekor kucing kecil yang dia akui sebagi kucingnya mati tertabrak motor. Dia menangis histeris waktu itu. Kami (aku dan istri) bersusah payah membujuknya, mengingatkan bahwa kucing mati itu adalah ketetapan Allah.  

 

Suatu ketika dulu, sekitar sepuluh tahun yang lalu atau mungkin lebih, jumlah kucing yang datang minta makan ke rumah kami sampai lebih sepuluh ekor. Mulai dengan seekor induk yang beranak dan membawa anaknya dan kemudian di antara anak-anaknya itu ada yang beranak pula. Kucing-kucing itu boleh berkeliaran di pekarangan tapi tidak boleh masuk rumah. Aku sengaja membuat aturan seperti itu untuk menghindari bau pesing kotoran kucing dalam rumah. Dan alhamdulillah aturan itu dipatuhi. Kucing yang sudah sangat banyak itu akhirnya satu persatu meninggalkan kami. Yang paling duluan pergi adalah kucing-kucing jantan. Sangat menyedihkan lagi ketika seekor induk dan dua ekor anaknya mati di teras rumah kami, yang kelihatannya akibat termakan racun tikus. 

Lama sesudah itu kami tidak menjamu kucing-kucing. 

Sekitar lima tahun yang lalu, ada seekor induk kucing mati tertabrak mobil di persimpangan jalan menuju mesjid. Aku melihat bangkai kucing itu terkapar waktu akan ke mesjid shalat subuh. Yang mengenaskan, induk kucing itu punya empat ekor anak yang masih kecil-kecil. Aku bercerita tentang kucing dan anak-anak kucing malang itu di rumah. Si Bungsu kebetulan sedang di rumah (dia tinggal di Bandung waktu itu). Langsung saja dia pergi menjemput dan mengamankan keempat anak kucing tadi. Namun malang sekali dua ekor kembali tergilas mobil dalam dua hari berurutan. Si Bungsu kesal dan sedih. Dua anak kucing kecil yang tinggal dipeliharanya hati-hati. Dibawanya ke Bandung kalau dia sedang di Bandung dan dibawanya kembali pulang kalau dia pulang. Malang lagi, satu dari kedua ekor kucing yang sudah mulai besar itu dicuri orang di Bandung. Tinggal satu ekor. Dia adalah yang di foto paling atas. 

Di tempat kerja si Bungsu, tiba-tiba datang seekor kucing betina yang sok akrab. Begitu katanya. Tentu saja langsung benar-benar diakrabinya. Kucing itu diberi makan dan dibiarkan berkeliaran di dalam kantor. Bahkan pernah menjatuhkan laptop sehingga rusak. Hal itu tidak jadi halangan bagi si Bungsu untuk tetap menyayangi si kucing kantor yang dinamainya Kuka. Suatu hari si Kuka ini keracunan, jadi lemes, lesu dan tidak mau makan. Dibawa ke dokter hewan dan diobati. Lalu dibawa pulang ke rumah. Alhamdulillah dia kembali sehat. Dan sejak itu resmi jadi kucing di rumah kami.  

Suatu hari beberapa minggu yang lalu, aku baru keluar rumah mau shalat zuhur ke mesjid. Ada lima orang anak SD, satu di antaranya menjinjing kantong plastik lalu membuangnya ke tong sampah tetangga di depan rumah. Aku bertanya, apa isi plastik itu. Kata anak-anak itu kucing habis kena tabrak mobil. Kok ditarok di sana, aku bertanya. Disuruh, jawab mereka sebelum mereka cepat-cepat berlalu. Pulang dari mesjid aku datangi tong sampah itu dan kulihat kucing itu ternyata pindah dan duduk di pinggir tong sampah. Kucing itu terlihat duduk diam. Sebelah matanya keluar. Kucing itu pasti sangat kesakitan. Aku ambilkan makanan kucing dan kutarok di depannya. Hanya itu yang dapat kulakukan.

Besoknya dan bahkan dua hari kemudian kucing itu masih dalam posisi duduk seperti sebelumnya di tempat yang sama. Makanan di depannya sepertinya tidak dimakannya. Hari ketiga itu si Bungsu yang baru pulang dari mengunjungi kakaknya di Pau melihatnya, mengira bahwa itu adalah si Kuka. Aku jelaskan bahwa itu adalah kucing lain. Si Bungsu segera melarikannya lagi ke dokter hewan. Kucing itu harus diopname (nah lho!). Dia bayar biaya perawatan dan dipesan seandainya dia sembuh agar di lepas saja, karena itu bukan kucingnya. 

Seminggu kemudian dia dihubungi dokter hewan meminta agar kucing malang itu diambil kembali. Si Bungsu datang ke sana. Ternyata kucing itu buta total. Kepada si Bungsu diminta biaya perawatan selama seminggu yang jumlahnya cukup aduhai. Setelah negosisi berat harga yang harus dibayar dikurangi sang dokter meski masih saja lumayan besar. Kucing malang itu dibawa pulang. Dirawatnya dengan menyuapi makan dua kali sehari. Aku dan ibunya mengatakan bahwa binatang yang kesakitan seperti itu lebih baik dimatikan saja. Jika itu ayam misalnya, kita potong saja. Si Bungsu menolak usulan itu.... 

****                     

Jumat, 07 Oktober 2016

Buku-buku Karanganku Itu

Buku-buku Karanganku Itu    

Alhamdulillaah, dua judul bukuku itu, Derai-derai Cinta dan Pulang Kampung (kumpulan cerita pendek) sudah dalam perjalanan dari Jogyakarta tempat dicetak menuju ke Jatibening. Mudah-mudahan dalam sehari dua ini kiriman buku-buku itu akan sampai. Dan setelah itu in sya Allah akan dikirim ke mereka-mereka yang sudah menyatakan berminat. Kedua buku tersebut dicetak dalam jumlah terbatas, masing-masing hanya 50 eksemplar. Karena pengalaman yang tidak memuaskan ketika mencetak buku pertama kali enam tahun yang lalu.

Dulu itu sebuah karanganku dengan judul Anak Manusia Korban Politik dicetak di sebuah percetakan di Bandung. Pemilik percetakan itu pada awalnya sangat optimis bahwa buku itu akan diminati orang. Dia membuat pengantar yang sangat bersemangat di kulit buku tersebut. Akupun begitu pula, hanya karena apresiasi teman-teman di mailing list RantauNet yang selalu menyemangati agar buku tersebut dicetak. Tapi ternyata kemudian, buku itu tidak laku.     


Inti cerita Anak Manusia Korban Politik  : 

Pertemuan dua kawan lama mantan murid SMP di kampung dekat Bukit Tinggi yang terpisah sejak mereka tamat SMP di tahun 1966, bertemu secara tidak sengaja di sebuah toko buku di Pasar Senen Jakarta. Salah satu dari dua sahabat itu mengalami pengalaman pahit, yang selama ini menjadi beban perasaan di hatinya, lalu diceritakannya kepada kawan lama itu. Dia yang seorang sarjana teknik mesin, pernah bekerja di sebuah perusahaan asing eksplorasi minyak, tapi kemudian diberhentikan dari pekerjaannya karena dia anak seorang anggota PKI. Tragisnya, yang melaporkan itu adalah orang sekampungnya sendiri. Deritanya lebih parah lagi karena setelah dia diberhentikan, istrinya minta cerai.

Cerita ini juga berlatar belakang kejadian 'politik' di Sumatera Barat sejak perang PRRI sampai jauh sesudah peristiwa Gestapu/PKI. Banyak dibumbui dengan istilah-istilah Minang, sehingga seorang pengeritik dari lingkungan keluarga mengatakan bahasanya terlalu 'Minang'.

Dan berikut ini komentar salah seorang anggota RantauNet..

Assalaamu'alaikum sanak,

Nakan Reni mangirim ambo buku "Anak Manusia Korban Politik", karya sanak awak Muhammad Dafiq Sutan Lembang. Memang agak baansua ansua ambo mambaco. Agak mulai ditangah mulai seru mambangkikkan emosi kemanusian awak. Menjelangkan akhir memang indak taraso manitiak aia mato ambo. Memang begitu kejamnyo politik. Ambo penggemar tulisan sanak Dafiq. Buku novel Anak Manusia ko merupakan kritik sosial terhadap kejamnya suatu kebijakan paranoid terhadap suatu isme.

Salut untuk sanak kito St. Lembang. Sayang kalau buku rancak ko kok kurang laku. Mungkin masih memerlukan promosi dan strategi pemasaran yang lebih terpoles. Tapikia baa indak dijadikan proyek penjualan buku YPRN. Kalau dijadikan film tantu akan rancak pulo. Nan alun mambaco buku tu, rancak pasan capek, sebelum YPRN nan manjua, tantu akan manjadi maha beko....hehehe...

--
Wassalaamu'alaikum
Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
gelar Bagindo, suku Mandahiliang

Kamis, 05 Januari 2012

Anak Manusia Korban Politik

Novel ini sesungguhnya, menceritakan tentang perjalanan anak manusia yang hidup dalam dua rezim ini, Orde baru dan orde lama. Akibat seorang ayah yang tidak tahu menahu dengan seluk beluk PKI sehingga masuk menjadi anggota PKI. Melihat perilaku partai yang tidak sesuai dengan kesehariannya sebagai seorang muslim maka keluarlah dia dari partai. Namun dalam aturan partai tidak mengizinkan anggotanya keluar, sekali masuk harus tetap di dalam dan tidak bisa lagi meninggalkan partai.

‘Menginggalkan partai berarti penghianat dan dicap sebagai kontrarevolusi’. Kalimat itu yang selalu di ucapkan oleh salah satu tokoh PKI kepada seorang ayah. Namun peristiwa gesatapu telah membuat PKI kehilangan simpati dari rakyat Indonesia apalagi prilakunya selama ini yang anti agama. Gestapu atau dikenal dengan gerakan 30 september PKI yang melakukan pengkudetaan terhadap presiden sukarno dan pembunuhan 6 Jendral sehingga mencoreng namanya dalam panggung perpolitikan Indonesia. Suasana perpolitikan pasca peristiwa itu mengalami instabilitas. Singkat cerita akhirnya Suharto menduduki tampuk kekuasan republik Indonesia.

PKI dibubarkan dan kader-kadernya diberikan sangsi oleh orde baru. Bahkan anak dan cucu eks PKI mengalami diskriminasi dalam kehidupan di masyarakat. Inilah yang terjadi pada Marwan, seorang anak dari eks PKI yang sebenarnya ayahnya sudah mengundurkan diri dari partai terlarang itu. Namun dalam mekanisme partai ini tidak pernah memberikan surat pemberhentian kepada anggotanya yang terlanjur bergabung dalam partai. Akhirnya sekali PKI tetap PKI.

Di masa orde baru inilah PKI mendapatkan cercaan di masyarakat Indonesia. Orang PKI selalu di identikan dengan pengacau, pemberontak, kejam dan ateis. Predikat inilah yang menjadi pemicu konflik dalam rumah tangga Marwan. Istrinya marah padanya karena merasa dibohongi yang selama ini tidak pernah diberitahu tentang latar belakang keluarganya. Istrinya baru tahu belakangan setelah mendengar cerita dari Ibu Marwan. Ibu Marwan menceritakan secara lengkap kepada menantunya yang dikiranya sudah diberi tahu sebelunya oleh Marwan.

Tak bisa menahan emosi, akhirnya istri Marwan memarahi suaminya. Konflik pun terjadi kembali yang sebelumnya juga sering terjadi. Sebenarnya masalah ini hanya pemicu bagi istrinya yang belakangan sangat sensitif karena tak kunjung mendapatkan anak. Namun setelah Marwan menjelaskan secara lengkap tentang alasan ayahnya masuk PKI dan akhirnya keluar maka istrinya pun mulai melunak dan konflik reda kembali.

Tak berhenti di rumah tangga. Di perusahaan tempat Marwan bekerja, dia mendapatkan imbasnya pula karena anak dari anggota PKI. Seorang teman kerjanya mengetahui identitas keluarganya dan melaporkannya kepada atasannya. Sebenarnya Marwan sudah mencoba menjelaskan secara rasional tentang status ayahnya di PKI. Namun atasannya yang simpati tidak memiliki otoritas untuk mempertahankannya di perusahaan. Pada akhirnya dia dipecat dan bahkan diancam untuk diadili karna melakukan kebohongan administrasi.

Kejadian ini kemudian membuat istrinya menangis. Istrinya merasa bersalah sebagai istri karena selama menikah dengan Marwan kesialan selalu menghampiri. Mereka tidak memiliki anak dan Marwan dipecat dari tempat kerjanya. Atas alas an inilah istrinya meminta agar di ceraikan. Dan rentetan-rentetan sebab tadi akhirnya mereka bercerai.
_______________

Anak manusia korban politik: sebuah novel politik : sebuah cerita fiktif berlatar belakang percaturan politik sejak tahun 1958 sampai tahun 1980an di Indonesia


Sampul Depan
Pustaka Reka Cipta, 2010 - 210 halaman

Apa yang dikatakan orang - Tulis resensi


Sebuah cerita fiktif yang nyaris seperti keadaan sebenarnya, dibahas dengan bahasa yang menarik dan runtut. Buku ini sangat perlu dibaca terutama bagi generasi muda yang tidak mengalami kondisi politik sampai jaman Orde Baru.....

_______________________
        
****

Rabu, 05 Oktober 2016

Sudah Nyaris Menzinai, Pemuda Ini Bertaubat (Dari Tarbiyah,Net)

Sudah Nyaris Menzinai, Pemuda Ini Bertaubat (Dari Tarbiyah.Net)

Gadis itu cantik. Berparas ayu, dengan wajah mempesona. Sebagai pemuda normal, ia pun terpikat dengannya. Cinta tumbuh bersemai dalam hati, lalu akarnya menghunjam dan daun-daunnya meninggi.

“Aku sangat mencintainya sebagaimana seorang laki-laki mencintai seorang wanita,” kata pemuda itu seperti dikisahkan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Rupanya cinta itu tak hanya tumbuh rindang tetapi juga liar. Hingga ia pun menginginkan mencicipi madunya gadis pujaan yang tak lain masih sepupu. Berkali-kali ia mencoba merayu, namun sang gadis selalu menolaknya.

Hingga satu kesempatan datang. Kesempatan dalam kesempitan.

Suatu ketika, musim paceklik melanda. Orangtua gadis itu mengalami kesulitan ekonomi. Karena tahu bahwa pemuda tersebut adalah orang berada, mereka mengutus gadis itu meminta bantuan.

Pemuda tersebut memberinya 120 dinar. “Dengan satu syarat,” katanya memanfaatkan kondisi itu, “engkau mau menyerahkan dirimu.”

Kondisi ekonomi yang sulit membuat gadis itu terpaksa mengiyakan. Sebab ia sangat butuh uang. Ia perlu menyelamatkan keluarganya dari cengkraman paceklik yang menyeramkan.

Sang pemuda pun bersiap. Hanya berdua, ia berpikir akan segera memetik ranumnya buah yang selama ini diidam-idamkannya. Namun saat ia telah siap dan berada di atas pahanya, gadis itu mengatakan: “Bertaqwalah kepada Allah dan janganlah kau pecahkan tutup kecuali dengan cara yang sah.”

Seketika mendengar nama Allah disebut dan pesan taqwa diucapkan, pemuda itu gemetar. Hatinya bergetar. Dan ia pun meninggalkan gadis itu.

“Ambillah uang itu untukmu,” katanya sembari berlalu.

Beberapa waktu kemudian, ketika sedang safar, pemuda itu bermalam di sebuah gua. Tiba-tiba, batu besar jatuh dari gunung dan menutup pintu gua itu. Bersama dua pemuda lainnya, ia terperangkap di sana, tidak bisa keluar.

Merasa tak ada jalan keluar, ketiganya pun hanya mengandalkan doa. Doa dengan amal shalih andalan masing-masing. Bertawasul dengan amal kebaikan.

Ketika tiba giliran pemuda tersebut untuk berdoa dengan wasilan amal shalihnya, ia pun menyebutkan peristiwa itu; ketika ia bertaubat tidak jadi berzina dan memberikan 120 dinar secara cuma-cuma.

“Ya Allah, jika perbuatanku itu untuk mencari keridhaan-Mu, maka berilah kami jalan keluar dari cobaan ini.” Seketika, pintu gua tersebut bergeser. Hingga ketika ketiga pemuda di gua tersebut telah berdoa semuanya, pintu gua terbuka dan mereka bisa keluar dari gua tersebut.

[Muchlisin BK/Tarbiyah.net]

****