Senin, 28 Juli 2014

Sakit Di Dalam Ramadhan 1435H

Sakit Di Dalam Ramadhan 1435H

Di awal Ramadhan yang lalu, ada sedikit gairah berlebih untuk menjalani ibadah tahun ini dengan lebih baik mengingat aku sekarang bukan pekerja. Hari-hariku adalah hari-hari santai. Aku seharusnya bisa lebih berkonsentrasi untuk beribadah, karena tidak ada rutinitas harus berkendaraan pagi-pagi ke tempat kerja, tidak ada kelelahan dan rasa kantuk di sore hari menuju pulang.

Dan gairah itu sempat menyapa, apa tidak sebaiknya menamatkan bacaan al Quran sendiri untuk Ramadhan tahun ini lebih ditingkatkan, misalnya dengan menamatkannya dua kali, atau kalau tidak lebih banyak juga membaca makna ayat-ayat tersebut di kitab tafsirnya. Ternyata ada juga sedikit godaan untuk tidak jadi memilih satu di antara dua itu, yakni bermain-main dengan cucu. 

Kegiatan di malam hari diawali dengan berbuka. Lalu shalat berjamaah maghrib ke mesjid. Sesudah itu pulang untuk makan malam. Berangkat lagi ke mesjid untuk shalat isya dilanjut dengan tarawih. Selesai shalat tarawih dan mendengar ceramah Ramadhan sekitar jam sembilan kami lanjutkan dengan tadarus satu juz sampai jam sepuluh malam. Mengaji sendiri setengah juz dan acara santai sampai masuk tidur jam sebelas - setengah dua belas. Bangun untuk sahur jam empat, kadang-kadang mengaji lagi beberapa lembar sebelum ke mesjid untuk shalat subuh.

Ritme seperti ini sudah berpuluh tahun aku jalankan, terutama sejak pindah ke Jatibening. Di Balikpapan, karena biasanya kami tarawih dari rumah ke rumah, tidak ada tadarusan. 

Tahun ini, sampai malam ke sembilan belas semua berjalan lancar tanpa gangguan apapun. Bahkan aku sudah mendaftar sebagai peserta i'tikaf di mesjid kami yang akan diawali hari Jum'at malam ke dua puluh satu. Tiba-tiba, di waktu subuh hari ke sembilam belasnya itu badan mulai terasa tidak enak. Shalat taraweh sampai tadarus dan mengaji sendiri di rumah masih aman.  Waktu bangun sahur dan pergi ke mesjid untuk shalat subuh, badan terasa meriang. Waktu zuhur, dan praktis waktu-waktu shalat sesudahnya aku tidak sanggup lagi ke mesjid karena tidak enak badan. Rasanya sedang masuk angin luar biasa. Mual dan bahkan sempat muntah.

Hari Jum'at ke mesjid untuk shalat Jumat dan setelah itu beristirahat. 

Karena merasa yakin badanku itu masuk angin berbagai usaha menolak angin dilakukan seperti membalur badan dengan minyak angin (tidak ada hasil), menggunakan obat gosok/balsem (juga tidak berhasil), menggunakan parem larutan kapur sirih dengan kunyit (dulu berkali-kali berhasil tapi sekarang tidak).  Hari Sabtu malam aku minta tolong dikerok sama istri. Keanehan terjadi di hari Minggu subuh, aku tidak bisa buang air kecil waktu bangun sahur. Malam itu aku bercerita ke istri bahwa aku tidak ada buang air kecil seharian dan tidak pernah merasa ingin melakukakannya. Dia bilang ini berbahaya, kamu bisa keracunan kita harus ke dokter. Aku bilang baik, tapi besok pagi saja. Karena waktu kami membicarakannya sudah tengah malam sementara aku tidak merasa sakit apa-apa (kecuali merasa masuk angin). Tidak ada keluhan apa-apa.  Sebenarnya anakku nomor dua, yang sampai hari Minggu menginap di rumah sudah cukup nyinyir menyuruhku ke dokter. Dia ini akan berangkat ke Pau - Perancis, ikut suaminya dalam penempatan kerja di sana untuk tiga tahun. Hari Minggu mereka pindah ke rumah mertuanya di Tangerang dan akan berangkat dari sana hari Selasa.

Hari Senin siang kami ke RS Harum di jl. Kalimalang arah ke Cawang. Aku mengawali urutan perawatan dengan melapor ke UGD. Oleh dokter UGD dikirim ke dokter bedah dengan dugaan kalau-kalau aku punya masalah prostat. Dokter itu tidak menemukan gejala prostat, tapi menganjurkan agar aku dirawat inap disamping segera melakukan pemeriksaan darah, jantung dan rontgen. Aku menawar tidak langsung dirawat inap hari itu karena anak dan cucuku akan berangkat jauh dan untuk waktu lama besoknya. Dokter itu bisa memahami, tapi tetap mengingatkan agar dirawat inap pada kesempatan pertama.

Hari Selasa pagi anakku di Tangerang melarang aku datang dan menyuruh tuntaskan urusan perawatan di rumah sakit. Kami telah terlanjur membuat rencana akan ke Tangerang, tapi tidak mengantar ke bandara. Kami adalah aku dan istri lalu keluarga si Sulung utuh dan si Bungsu. Delapan orang. 

Itulah yang kami lakukan. Berangkat dari rumah sebelum zuhur, melalui jalan yang lumayan lancar. Jam satu kami sampai di rumah besan di Tangerang. Cucu-cucu memuaskan bermain sampai saat terakhir. 

Jam setengah tiga kami berpamitan dan berangkat dari Tangerang menuju ke RS Harum lagi. Dokter UGD nya bukan yang kemarin lagi. Dengan sedikit penjelasan bahwa aku sudah mengawali pemeriksaan darah dan sebagainya kemarin, kami disuruh menunggu waktu dia mengambil hasil pemeriksaan darah dan mengkonsultasikannya dengan dokter ahli ginjal. Dokternya sendiri sedang tidak berada di rumah sakit dan mereka berkomunikasi per telepon. Hasilnya adalah bahwa aku 'divonis' harus segera menjalani cuci darah. Tapi ada masalah lain, bahwa di RS Harum fasilitas untuk cuci darahnya sudah terpakai penuh. Aku disarankan untuk mencari RS lain.

Kami berhasil mendapatkan tempat di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur. Akhirnya setelah berbuka puasa dulu dan kembali ke rumah untuk mengambil kartu asuransi, kami sampai di rumah sakit tersebut jam setengah sembilan malam. Aku langsung dirawat inap. Cuci darahnya sendiri baru akan dilaksanakan besok pagi dan malam itu aku dirawat di bagian yang mereka sebut intermediate untuk memonitor kondisi tubuhku. Anehnya, kecuali tidak bisa BAK, aku tidak merasa adanya gangguan apapun, selain tubuhku tetap seperti masuk angin. Ingin sendawa dan buang angin yang sepertinya akan mengenakkan, tapi tidak bisa. 

Hari Rabu pagi aku lalui proses cuci darah tersebut. Setelah itu ada pemeriksaan oleh dokter ahli ginjal yang mengatakan akan langsung mengambil tindakan jika dalam observasinya menemukan masalah di ginjal. Aku menyerah saja. Hasil cuci darah pertama belum memadai seandainya diperlukan tindakan operasi. Dokter merencanakan untuk melanjutkan cuci darah lagi hari Kamis. Hari Kamis aku cuci darah kedua kali disamping ada pemeriksaan dengan USG.

Hari Jum'at difoto (rongent khusus) dan.... dilanjutkan dengan cuci darah ketiga. Dokter urologi (ahli ginjal) tidak menemukan sesuatu yang nyata untuk melakukan operasi. Mungkin ada batu (tapi tidak yakin). Dalam keadaan tertekan harusnya ginjal membengkak, tapi ini tidak demikian. Kesimpulannya sementara dia belum mau melakukan tindakan apa-apa. Sementara itu sejak hari kedua air seni mulai keluar sedikit melalui kateter. Air seni bercampur darah. Lebih banyak lagi pada hari Jumat. Hari Sabtu aku diijinkan pulang karena sementara tidak ada tindakan apa-apa yang akan mereka lakukan. Tempat dan waktu dicadangkan untukku hari Selasa ini. Dan siang nanti aku melakukan pemeriksaan lagi di RS tersebut.

Alhamdulillah, hari Ahad aku bisa buang air kecil normal. Bahkan seharian itu sampai sepuluh kali dengan kondisi normal. Kemarin juga  normal. Kita lihatlah selanjutnya...... Mudah-mudahan Allah menghindarkan diriku dari sakit yang serius dan menyulitkan......

****
                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar