Sabtu, 26 Januari 2013

Rasa

Rasa

Hari Ahad pekan lepas. Karena jalan cukup lancar. Karena waktu masih panjang sebelum kembali ke Jakarta dengan pesawat jam 19.25 malam, padahal hari baru jam dua siang. Maka kami singgahlah di sate mak Syukur Padang Panjang. Walau sebenarnya singgah ini lebih banyak isengnya. Ingin sekedar melepas taragak, konon. Kenapa demikian, karena baru jam sebelas, tiga jam sebelumnya, kami makan di sebuah lepau spesialis gulai ikan air tawar alias ikan tabek di Gaduik. Makan yang pastinya luar biasa dengan gulai kepala ikan mas besar, dengan baluik goreng lado mudo. Lalu sekarang berhenti pula di mak Syukur.

Kata pemantas sebelumnya adalah ingin minum kopi. Karena sejak dari Bukit Tinggi beberapa kali menguap sambil memegang stir. Eloklah diminumkan kopi agak secangkir, untuk melawan kantuk. Begitu biasanya, meski sehari-hari aku bukan lagi pelanggan kopi. Kalau minum kopi di kedai mak Syukur tentu tidak afdal pula kalau satenya tidak dicoba agak sedikit.

Aku penikmat makanan dan cukup faham tentang rasa. Aku tahu mana rasa yang enak sekali, yang enak biasa-biasa, yang kurang enak, yang tidak enak. Ada batas yang sangat jelas di lidahku untuk hal-hal seperti itu, terlebih-lebih untuk masakan orang Minang. Kata iklan, rasa itu gak pernah bohong. Aku setuju itu.

Nah! Inilah yang aku rasakan tentang sate mak Syukur hari Ahad pekan lepas itu. Rasa sate dan kuah sate itu agak jauh tercecer entah dimana. Rasanya kurang sekali dari yang dulu-dulu aku kenal. Kurang garamnya. Kurang gurihnya. Kurang menggigit dan pedasnya. Apakah bukan karena aku makan ketika masih kekenyangan? Aku yakin tidak. Bukan karena itu. Benar-benar rasa itu jauh sekali berbeda. Ini sesuatu yang harusnya disadari betul oleh pengelola sate mak Syukur. Tidak mungkin bahwa di antara staf mak Syukur tidak ada yang menyadari hal itu.  

Ini memang kelemahan dari masakan urang awak yang bumbunya diracik dan ditakar dengan tangan. Banyaknya bumbu seringkali disesuaikan dengan feeling dari tukang masak. Dan feeling itu seringkali tidak konstan. Maka sering terjadi rasa masakan berubah dan bertukar. Dari enak menjadi tidak enak. 

Satu contoh yang lain adalah rasa ayam goreng pop di restoran-restoran Padang. Rasanya tidak ada standar meskipun di restoran yang sama, semisal Sederhana. Ayam goreng pop itu aku kenal pertama sekali di akhir tahun 1960an buatan Rumah Makan Simpang Raya di depan Mesjid Raya Bukit Tinggi. Teringat-ingat terus rasanya. Dan sepertinya resep itu dituliskan oleh penemunya untuk digunakan oleh restoran yang sama di tempat lain. Karena beberapa belas tahun kemudian, aku dan keluarga makan di Simpang Raya di Muaro Bungo - Jambi dalam perjalanan darat dari Jakarta ke kampung, rasanya masih sama. Begitu kata lidahku. Tapi sekarang, rasa ayam pop  di RMP Simpang Raya pun sudah tidak sama. Sudah tercecer entah di mana. Meski namanya masih ayam pop juga.

Kembali ke cerita sate. Dekat tempat aku tinggal, di jalan Pondok Kelapa pernah ada lepau sate Dangung-Dangung. Beberapa kali kami singgah di sana, rasanya bolehlah. Artinya rasa sate mereka cukup khas. Sampai suatu ketika kami singgah pula dan mendapatkan kuah sate itu manis rasanya. Manis, terasa sekali gulanya. Bagiku itu adalah fatal error. Orang kampungku menyebut rasa pedas dicampur manis seperti itu kalimuncungan. Aku ingatkan pegawai warung sate ketika itu, bahwa rasa kuah sate seperti itu tidak enak. Mereka mungkin bukan penentu, jadi hanya sekedar mengangguk-angguk saja. Sepertinya tidak ada perubahan untuk rasa. Dan tidak lama kemudian, warung itu tutup.

Rasa gak pernah bohong.........

*****                                                  

1 komentar:

  1. MOkasi banyak Mak L.A. ............... 1976 - 1979 ambo salah surang tkg ma olah ayam pop tu , masukan dari Mak L.A. sangaek berharga sakali bagi kami , ambo aktif di lapau nasi sp,raya salamo Mak Suar jadi persiden ( Mak Suar = Pak Harto ) .. 1976 sampai 2008 . kini ambo aktif di Ru Pau ( di rumah balapau . ) santa lih ka ambo sampai kan " raso" Mak lembang Alam tu ... ka kanti kanti nan masih aktif di SP Raya ( B tinggi padang ) dan Riau ...
    ,,, Insya Alllah kok lai panjang umua , kadatangan Mak L.A. nanti akan baliak lidah tu ma " raso " an ba nan saroman sangkek tu doeloe .. sa x lai mokasi banyak , salam unt keluarga

    =============== inyiak jangkuang = "http://www.cafebening.blogspot.com"

    BalasHapus