Minggu, 14 Oktober 2012

Berlibur Dan Menjejak Negeri-negeri (4)

Berlibur Dan Menjejak Negeri-negeri (4) 

Ini adalah bagian terakhir dari rangkaian cerita menjejak negeri-negeri ini. Perjalanan ini dibuat di hari ke delapan liburan kemarin, sesudah kami sempat pula sebelumnya ke Pekan Baru, berangkat hari Rabu pulang hari Kamis. Selama dalam perjalanan Pekan Baru pp itulah dibuat rencana lain untuk pergi ke utara, melewati Lubuk Sikaping. Sampai kemana? Kami tidak terlalu pasti. Tapi sekurang-kurangnya sampai ke Rimbo Panti.

Ada route yang lebih menantang yang ditawarkan oleh adik yang di Garegeh, yaitu terus ke utara melalui Tapuih dan Talu, berbelok ke Simpang Ampek lalu turun ke selatan ke Manggopoh lalu bisa memilih antara terus ke Pariaman dan / atau memintas ke Maninjau. Diperkirakan jaraknya sekitar 400 kilometer. Ide yang sangat cemerlang dan sangat menarik. Aku baru satu kali ke Lubuk Sikaping, dan  belum pernah lebih ke utara lagi. Pernah juga satu kali ke Simpang Ampek melalui Manggopoh tapi dari Simpang Ampek tidak diteruskan kemana-mana lagi. 

Hanya sayangnya, waktu yang tinggal untuk perjalanan itu adalah hari Sabtu, hari terakhir liburan sebelum kembali ke Jatibening di hari Ahad pagi. Untuk menempuh jalan sejauh itu, idealnya berangkat sehabis subuh dari Bukit Tinggi dan bersiap-siap untuk sampai kembali ke pangkalan sekitar jam sepuluh malam. Yang jadi masalah sesudah itu adalah waktu untuk berkemas mengepak barang bawaan. Terlalu besar resikonya kalau rencana itu direalisasikan sekarang. Jadi sementara ini biarlah disimpan untuk program berikutnya, suatu hari nanti insya Allah.

Kami berangkat dengan santai di hari Sabtu pagi itu, setelah terlebih dahulu sarapan di Jambu Ayia. Sebuah tempat sarapan yang baru  kami (aku dan istriku) ketahui. Hebatnya, hidangan sarapan pagi di sini termasuk sup daging panas dihidangkan dengan nasi dan pergedel. Satu mangkok sup itu berisi banyak potongan daging dan tulang rawan, dengan harum bau daun sup. Maknyus kalau kata om Bondan.... Ini bukan lagi sekedar sarapan. Pengunjungnya? Masya Allah.... Ramai luar biasa di pagi hari ini. Lepau ini jauh lebih besar dari lepau di Garegeh. Bisa memuat sekitar empat puluh orang. Waktu kami datang, kami bisa duduk setelah satu rombongan berangkat sesudah mereka selesai makan pagi. 

Kami berenam (tiga pasang) dengan dua mobil. Berangkat dari Bukit Tinggi sudah lewat jam sembilan. Jalan ke Lubuk Sikaping cukup bagus dan licin aspalnya. Kami lalui kelok demi kelok. Melintas di Lurah Barangin, yang dahulu, ketika jalan masih sempit dikenal cukup angker karena lurah tersebut sangat dalam. Kalau sampai terperosok ke dalam alangkah mengerikan. Begitu konon kabarnya. Lurah itu masih tetap di sana, tapi jalan sudah lumayan lebar dengan menarah batu di tebing bukit di sisi lain jalan.

Bagiku inilah kesempatan kedua kali melintasi jalan ini. Sepuluh tahun yang lalu aku ikut mengantar marapulai, seorang sepupu yang menikah dengan orang Lubuk Sikaping. Waktu itu sebagai penumpang, kali ini meyetir sendiri. Aku sangat menikmati menyetir, yang alhamdulillah sejak keluhan asam urat jauh berkurang dapat aku lakukan dengan leluasa. Sekali lagi alhamdulillah.

Jam sebelas kami sampai di Lubuk Sikaping. Rupanya istriku dengan kakak dan  adiknya ingin bernostalgia di kota ini. Karena mereka pernah tinggal di sini ketika masih duduk di bangku SD, sekitar empat puluh lima tahun yang lalu, di saat ayah mereka jadi kepala kantor PLN di kota ini. Kami datangi rumah tempat mereka tinggal dulu, yang masih seperti itu juga. Kami beristirahat di sebuah toko kecil di hadapan rumah dinas PLN itu. Pemilik toko ini kenal baik dengan adik ipar, yang juga pernah dinas di Lubuk Sikaping sebelum ini. Istriku bercerita (entah iya entah tidak) bahwa di tempat toko kecil ini berdiri, dulu ada pohon durian, dan inyiak balang biasa mampir mengambil durian jatuh ke sini. Sesuatu yang mungkin-mungkin saja terjadi setengah abad yang lalu.

Setelah acara nostalgia itu, kami melanjutkan perjalanan lebih ke utara. Masih belum punya target yang jelas, entah akan sampai ke Tapuih atau cukup sampai ke Rimbo Panti saja. Jalan tetap bagus. Ini adalah bagian dari jalan lintas Sumatera ke arah Medan. Ada sedikit informasi kurang tepat. Mungkin karena salah hitung saja atau mungkin juga lupa. Bahwa jarak Lubuk Sikaping - Tapuih hanya sekitar empat puluh kilometer. Kami sudah melampaui kilometer 60 dari Lubuk Sikaping, belum ada tanda-tanda akan memasuki Tapuih. Payahnya lagi di batu penunjuk jalan, tertulis kota berikutnya sesudah Lubuk Sikaping adalah Kota Nopan. 

Kami sampai di Rimbo Panti. Kilometer delapan puluhan dari Lubuk Sikaping. Kami berhenti dekat sebuah taman dengan kolam air hangat. Di pinggir hutan perawan. Jalan diteduhi rindangnya pohon-pohon tinggi di kiri kanan jalan. Memasuki taman itu harus membayar, ada loket dan petugasnya. Di belakang loket itu ada sebuah warung. Ada jembatan kayu ke arah sungai yang airnya panas dan terlihat berasap dan menggelegak. Kalau telur direndamkan ke dalam air itu akan matang dalam tempo lima menit. Telur mentah dijual di warung itu. Kami membeli beberapa butir, dan merendamkan di sebuah bak kecil yang airnya juga terlihat bergejolak kecil. Lima menit kemudian telur itu benar-benar matang. 

Kami bersantai-santai di tempat itu kira-kira setengah jam. Di suasana sunyi 'tengah' hutan. Dan memutuskan untuk kembali saja sesudah itu. Tidak jadi ke Tapuih. Alasannya, di Tapuih tidak ada tempat makan yang enak. Padahal sudah hampir jam dua siang, dan kami sudah mulai lapar. Aku mencoba mengingat-ingat apakah sepanjang jalan sampai ke Rimbo Panti ini tadi ada rumah makan? Rasanya tidak ada kelihatan.   

Tapi teryata ada sebuah rumah makan di sebelah kiri jalan. Namanya Ampang Gadang. Terletak di tepi sungai batang Sumpu. Harus menunggu ikan dibakar. Sementara itu kami shalat. Ikan bakar itu ternyata biasa-biasa saja rasanya. Tapi karena perut lapar makan jadi lumayan enak. 

Perjalanan pulang dilanjutkan lagi. Akhirnya kami sampai di Bukit Tinggi menjelang maghrib. Lumayan jauh pula perjalanan hari itu.

*****                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar