Selasa, 11 Maret 2014

Ketika Kendaraan Tak Sampai Di Tujuan

Ketika Kendaraan Tak Sampai Di Tujuan 

Kita dikejutkan oleh peristiwa hilangnya pesawat udara milik maskapai penerbangan Malaysia (Malaysia Airlines) yang terjadi hari Sabtu tanggal 8 Maret yang lalu. Pesawat jenis Boeing 777, sebuah pesawat moderen buatan manusia, dengan 239 orang di atasnya, dalam penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Beijing, hilang begitu saja di udara. Sampai hari ini, lima hari kemudian, belum tampak tanda-tanda bahwa pesawat atau bagiannya ditemukan. Kita masih berharap bahwa semua penumpang itu selamat, meski kemungkinan itu menurut penjabat yang berwewenang semakin tipis adanya.  

Menoleh ke belakang, kita teringat catatan tentang pesawat terbang yang mengalami peristiwa nahas yang hampir serupa. Di negeri kita, tanggal 1 Januari 2007, pesawat Boeing 737 dari maskapai penerbangan Adam Air hilang di selat Makassar. Pesawat tersebut dalam penerbangan dari Surabaya menuju Manado. Membawa 102 orang (96 orang penumpang dan 6 orang awak pesawat), hilang lenyap tanpa bekas. Berbulan-bulan kemudian, di bulan Agustus 2008, baru didapatkan kotak hitam pesawat yang berisi rekaman / penjelasan  kejadian kecelakaan tersebut. Sekedar menjelaskan apa yang terjadi sebelum peristiwa itu berlaku. 

Bulan Juni 2009, sebuah pesawat milik Air France (Perancis) hilang pula di lautan Atlantik. Kali ini pesawat Airbus  A330 dengan 231 orang di atasnya, dalam penerbangan dari Paris Perancis menuju Rio De Janeiro di Brazilia. Pesawat ini benar-benar hilang lenyap tanpa bekas di tengah lautan luas itu. Penumpang dari berbagai bangsa, yang terbanyak dari Perancis (61 orang), Brazilia (58 orang) dan Jerman (26 orang) serta bangsa-bangsa lainnya, tidak pernah lagi ditemukan jasad mereka.

Kita teringat kepada firman Allah Ta'ala di dalam surat Yasin (36), dalam ayat 41 sampai 43 yang artinya; 'Dan tanda (kekuasaan Allah) bagi mereka ialah, Kami bawa mereka dan keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan. Dan Kami ciptakan bagi mereka yang seumpama kapal itu. Dan jika Kami kehendaki, niscaya Kami karamkan mereka, maka tidak ada yang menolong mereka dan tidak pula mereka diselamatkan.' Allah yang memperjalankan mereka dalam kendaraan-kendaraan mereka. Dengan ijin Allah kendaraan-kendaraan itu mereka buat, mereka kendarai, mereka pakai. Tapi kadang-kadang mereka merasa bahwa diri merekalah yang hebat.

Peristiwa yang lebih dahsyat pernah terjadi dengan kapal besar Titanic di tahun 1912. Kapal, yang oleh pembuatnya dinyatakan secara sombong dan pongah, yang tidak akan terlawan oleh apapun karena sedemikian gagah dan besarnya. Gagah dan besar menurut ukuran manusia (yang sombong dan takabur itu) sementara bagi Allah Ta'ala benda itu tidak ada apa-apanya. Maka terjadilah dengan kehendak Allah, pada tanggal 15 April tahun 1912 itu, dalam pelayaran perdananya, kapal yang sedang dalam pelayaran menuju New York dari kota pelabuhan Southampton di Inggeris, menabrak gunung es dan berakhir dengan tenggelam. Karam ke dasar lautan. Lebih dari 1500 orang penumpangnya, dan sebahagian sangat besar tidak selamat, terkubur ke dalam laut. 

Tidakkah kita mengambil pelajaran dari semua peristiwa ini? Tentang ke Maha Kuasa an Allah? Wa aayatullahum annaa hamalnaa dzurriyyatahum filfulkil masyhuun. (Dan tanda (kekuasaan Allah) bagi mereka ialah, Kami bawa mereka dan keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan....).

Mudah-mudahan Allah senantiasa memberi kita petunjuk dan perlindungan agar terhindar dari kehancuran yang dikarenakan kelalaian kita....

*****                                

2 komentar: