Senin, 12 Januari 2015

In sya Allah

In Sya Allah 

Jangan menjanjikan akan melakukan sesuatu kepada orang lain tanpa mengucapkan in sya Allah. Karena tidak ada yang bisa memastikan apa yang akan menimpa diri seseorang di waktu yang akan datang. Kita bisa berencana, tapi rencana itu bisa gagal jika Allah tidak berkehendak. Mengucapkan in sya Allah, yang artinya 'jika dikehendaki Allah', adalah sikap tawadhuk seorang beriman di hadapan Allah. Dia menyadari keterbatasan dirinya, tiada daya dan kekuatan baginya kecuali hanya dengan izin Allah. 

Tersebutlah kisah, An-Nadhr ibn Harist dan Uqbah bib Abi Mu’aith, dua orang kafir Quraisy, diutus untuk minta nasihat kepada pemuka agama Yahudi di Yastrib (Madinah), karena golongan kafir Quraisy semakin tidak nyaman dengan kemajuan dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kedua orang ini bertanya kepada rabbi Yahudi, bagaimana caranya membuktikan bahwa Muhammad itu benar-benar seorang nabi atau bukan. 

Rabbi Yahudi itu mengatakan kepada mereka, “Tanyakan kepadanya tiga hal, yang kalau ia mampu menjawabnya dengan sempurna, maka ia adalah benar-benar seorang nabi. Tetapi kalau ia tidak bisa menjawab, maka pastilah ia pendusta.”  Pertanyaannya, “Pertama, tanyakan tentang beberapa orang pemuda di awal abad ini yang memiliki kisah menarik. Kedua, tanyakan tentang seorang raja yang mengembara dari barat ke timur. Ketiga, tanyakan kepadanya tentang persoalan ruh. Jika bisa menjawab perntanyaan ini maka ia adalah seorang nabi.”

Kedua utusan itu lalu pulang ke Makkah. Sesampai di Makkah, di hadapan pemuka-pemuka Quraisy ditanyakanlah ketiga hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau mengatakan, 'besok aku jawab', dengan harapan beliau akan menerima wahyu tentang hal yang ditanyakan itu. Ternyata keesokan harinya tidak ada datang wahyu. Beberapa hari berikutnya tidak ada wahyu datang. Orang kafir Quraisy merasa senang karena ternyata beliau tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut dan menganggap bahwa beliau ternyata seorang pendusta. 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bingung, sebab Jibril belum juga datang  membawakan wahyu untuk jawaban pertanyaan tersebut. Tagihan ketiga pertanyaan itu selalu beliau jawab berulang-ulang ‘besok pagi akan saya jawab’. Beliau resah dan merasa galau, karena terputusnya komunikasi antara beliau dengan langit. Beliau begitu berharap Jibril akan datang membawakan wahyu untuk menjawabnya.

Akhirnya pada hari ke 15 barulah Jibril datang dan turunlah Surat Al Kahfi [18] ayat 23 dan 24.

23. Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, 

24. kecuali (dengan menyebut): "In sya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini."

Dan Allah memberikan jawaban untuk ketiga pertanyaan tersebut yakni tentang para pemuda penghuni gua Al Kahfi yang ditidurkan Allah selama 300 tahun, tentang Zulkarnain yang menaklukkan negeri di ujung barat Afrika sampai ke tanah Hindustan di timur di dalam Surat Al Kahfi. Dan tentang ruh, Allah tidak memberikan pengetahuan kepada manusia kecuali sangat sedikit (Surat Al Israa' [17] ayat 85).

****                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar