Minggu, 25 Agustus 2013

Metallica

Metallica 

Di sebuah sore yang redup, menjelang masuk waktu maghrib, aku dan kemenakanku Pinto terlibat dalam sebuah perbincangan. 
 
'Apakah kau percaya dengan akhirat?' tanyaku memulai.

'Eh.... Kenapa..... mamak? Tentu..... ambo percaya,' jawab Pinto, gugup.

'Tahukah kau dimana pintu akhirat?'

'Kenapa pertanyaan itu yang mamak tanyakan?'

'Jadi kau lupa di mana pintu akhirat...?' aku mencoba memintas jawabannya.

'Bukankah...... Kata mamak...., pintu akhirat itu di kematian....' jawabnya masih ragu-ragu. 

'Bagus kalau kau masih ingat.'

'Tapi..... mamak. Kenapa mamak bertanya seperti itu?'

'Ah, tidak kenapa-kenapa. Aku hanya teringat ketika kalian membincangkan rencana menonton Metallica,' jawabku.

'Maksud mamak ketika ambo berdiskusi, eh menanyakan apakah Nando mau aku ajak menonton pertunjukan Metallica, kemarin itu?'

'Ya.... Tapi kenapa kalian tidak jadi pergi?'

'Karena Nando tidak bersedia. Katanya dia tidak punya uang untuk membeli tiket seharga enam ratus ribu...'

'Tapi, kau sendiri..... Kenapa tidak jadi pergi pula?'

'Uang ambo pun tidak cukup, mamak. Jadinya kami tidak jadi pergi.'

'Oo jadi maksud kau, kalau saja Nando punya uang dan mau pergi, dan mau pula menambah uang kau untuk membeli tiket, barulah kalian pergi. Begitu?'

'Ya,' jawabnya pendek sambil tersenyum kecut.

'Menurut, kau.... seandainya kalian jadi pergi, apakah yang akan kalian peroleh sepulang dari pertunjukan itu?'

'Maksud mamak?'

'Apakah kira-kira, kalian akan puas sedemikian rupa dan terbahagiakan untuk jangka waktu lama setelah menonton pertunjukan musik itu?'

'Entah jugalah, mamak. Tapi, kan jarang ada kesempatan seperti itu. Menonton konser pemusik kelas dunia secara langsung seperti itu..... Belum tentu sekali seumur hidup akan ada kesempatan melihatnya....'

'Wah! Sayang sekali kalau begitu, ya? Pastilah kalian rugi besar karena tidak ikut menghadirinya.'  

'Memangnya menonton konser musik itu dilarang agama, mamak?' tanya Pinto pula.

'Entah pulalah. Hanya saja,  coba kau telaah sendiri. Untuk menontonnya kau harus membeli tiket berharga beratus-ratus ribu rupiah. Uang yang seandainya engkau sedekahkan, pasti besar pahalanya. Tapi ketika kau belikan untuk tiket konser, tidak ada nilainya di sisi Allah. Bahkan mungkin kau dinilai mubazir. Lalu kalian berangkat ke tempat pertunjukan itu sebelum masuk waktu maghrib. Rasanya tidak akan mungkin kalian ingat untuk shalat maghrib disana. Kalian berdesak-desak di tengah kerumunan manusia menanti dimulainya pertunjukan. Setelah acara dimulai, kalian dihanyutkan oleh bunyi memekak alat-alat musik mengiringi lagu yang entah apa yang dikatakan penyanyinya. Dan kerumunan orang-orang itu berjingkrak-jingkrak histeris. Mungkin kalian akan ikut pula berbuat hal yang sama. Nah, seandainya...... dalam keadaan berjingkrak-jingkrak histeris itu, terjadi sesuatu yang tidak diduga-duga. Terjadi ke atas dirimu. Engkau terkorban..... Malaikat maut menjemputmu. Engkau dibawa melalui pintu akhirat. Kira-kira akan dimana tempatmu di akhirat nanti? Tidakkah terpikirkan olehmu?' 

'Tapi..... kan tidak akan sejauh itulah mamak.....'

'Tidak sejauh itu?  Tidak mungkinkah terjadi yang seperti itu menurutmu?' 

'Ya, mungkin. Tapi..... tentu bukan seperti itu yang kita harapkan. Mudah-mudahan tidaklah kita akan dapat serangan jantung gara-gara menonton konser musik...'

'Tidak mesti dengan serangan jantung. Waktu keluar dari arena pertunjukan itu dengan berdesak-desak, dapat saja terjadi malapetaka.' 

'Iya juga ya, mamak.....'

'Jadi...... Sebaiknya..... Banyak-banyak berpikir tentang manfaat dan mudarat dari setiap perbuatan. Ketika kita membeli sesuatu, atau menonton sesuatu, pikirkan betul apa manfaat dan apa mudaratnya. Manfaat yang sungguh-sungguh serta mudarat yang sungguh-sungguh pula. Untuk di dunia ini dan di akhirat. Jangan jadi orang yang hondong air, hondong dadak. Jadi orang yang ikut-ikutan, jadi pak turut, tanpa memahami apa maksud dan tujuan yang diikuti itu.' 

Pembahasan kami terhenti tatkala terdengar kumandang azan maghrib.

****                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar