Kamis, 31 Maret 2016

Bagaimana Mungkin Menghindar Dari Maut

Bagaimana Mungkin Menghindar Dari Maut

Menurut kisah, di sebuah perjamuan nabi Sulaiman seorang anak muda tanpa sengaja bertatapan mata dengan seorang tamu lain yang tidak dikenal. Pandangan mata orang itu begitu menusuk tajam ke jantungnya dan menjadikan dia sangat tidak nyaman. Tidak lama kemudian orang asing itupun pergi. Anak muda itu bertanya kepada nabi Sulaiman, siapa gerangan orang asing itu. Nabi Sulaiman mengatakan bahwa itu adalah malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa. Dia semakin ketakutan. Jangan-jangan malaikat Israil itu datang untuk mencabut nyawanya. 'Tolonglah Tuanku,' katanya memelas. 'Bukankah Tuanku berkuasa menundukkan angin? Tolonglah suruh angin mengantarkan saya ke negeri yang jauh.' 'Bukankah seandainya kematian itu memang datang menjemputmu engkau tidak akan dapat menghindar?' tanya nabi Sulaiman. 'Tapi saya ingin mencobanya wahai nabi Allah. Saya ingin menghindar ke negeri yang jauh dari sini,' pintanya pula. Permintaannya itu akhirnya dipenuhi. Diapun diterbangkan angin sampai ke negeri Cina.   

Tidak berapa lama kemudian malaikat maut itu datang lagi ke istana nabi Sulaiman. Beliau lalu bertanya, kenapa dia memandangi pemuda tadi dengan begitu tajam. Malaikat Izrail itu menjawab, 'Aku diperintah Allah mencabut nyawanya di negeri Cina. Aku tidak mengerti bagaimana aku akan melaksanakan perintah tersebut sedangkan dia berada di sini. Tapi akhirnya aku faham ketika angin menerbangkannya ke sana. Dan aku telah menyelesaikan tugasku di negeri Cina.'    

Kedatangan maut memang adalah rahasia Allah. Kita tidak tahu kapan, di mana dan dengan cara bagaimana kita akan dijemput malaikat Izrail. 

Cerita lain diceritakan oleh seorang anggota mailing list RantauNet, tentang seorang istri komandan yang akan pulang ke Padang dari Jakarta. Dia ingin sesegera mungkin berangkat untuk sebuah urusan penting. Tapi tiket pesawat yang diperolehnya hanyalah untuk pesawat lebih siang. Di bandara dia bertemu dengan seorang perwira anak buah suaminya yang juga akan ke Padang dan kebetulan mempunyai tiket pesawat yang lebih pagi. Dengan menggunakan wibawa suaminya, dia meminta bertukar tempat. Tapi apa daya, perwira itu keberatan karena dia sudah sangat rindu dengan keluarganya setelah berbulan-bulan di tempat tugas. Istri komandan tidak bisa memaksa lebih jauh, meski jengkel setengah mati. Dia berniat akan melaporkan hal itu nanti kepada suaminya di Padang.

Dan memang itulah yang dia lakukan begitu bertemu dengan suaminya yang datang menjemput di bandara. Dia mengomel panjang pendek atas 'ketidak sopanan' perwira bawahan yang tidak mau bertukar tempat itu. Tapi kata suaminya, 'Pesawat yang ditompangi perwira itu, yang berangkat dua jam lebih awal dari pesawatmu sampai saat ini belum sampai di Padang. Pesawat itu kehilangan kontak sejak beberapa ratus kilometer dari Padang.' Dan ternyata kemudian, pesawat itu memang nahas dan lenyap ditelan lautan Hindia tidak jauh dari pantai Padang. Bahkan tidak satupun mayat penumpangnya berhasil ditemukan. Tidak dapat disebutkan bagaimana perasaan istri komandan setelah mengetahui kenyataan itu. Seandainya dia tadi bertukar tempat...... 

Yang terakhir adalah cerita tentang almarhum ayahku yang dapat tawaran pindah ke Tanjung Pinang sebelum meletus perang PRRI. Sebelum menerima tawaran tersebut, beliau melakukan kunjungan dinas ke sana untuk melihat suasana. Tanjung Pinang saat itu adalah daerah istimewa yang menggunakan mata uang dolar Singapura dan dikenal sebagai kota dambaan banyak orang. Mungkin beliau tertarik untuk pindah, tetapi ibuku tidak. Pertimbangan ibu adalah karena nenek (ibu beliau) sudah tua dan beliau tidak mau berpisah terlalu jauh. Oleh karena itu ayah tidak jadi pindah. Beberapa bulan kemudian meletus perang PRRI dan ayahku terkorban dan meninggal di awal peperangan tersebut.  

Allah telah menetapkan ketentuan untuk setiap orang bagi kematiannya. Tidak seorangpun dapat menghindar dari apa-apa yang sudah ditetapkan-Nya. Meskipun kadang-kadang kita yang masih hidup melihat seolah-olah seseorang itu 'seharusnya' bisa terhindar dari kematian. 

****     

Rabu, 30 Maret 2016

Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Mendidik Anak-anak

Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Mendidik Anak-anak

Seorang kenalan mengeluh, anaknya yang dimasukkan ke sekolah Islam terkenal ternyata tetap saja badung. Bukan sekedar badung biasa bahkan terlibat dengan kegiatan-kegiatan tidak terpuji seperti menggunakan obat-obat terlarang. Dia bertanya-tanya kok bisa begitu? Padahal jawabannya sebenarnya ada pada dirinya sendiri. Seberapa perduli dia atas pendidikan anak-anaknya di rumah? 

Banyak orang salah sangka, dengan memasukkan anaknya ke sekolah Islam maka otomatis anaknya akan menjadi seorang anak yang shalih. Yang mengerti agama dan akan berprilaku baik-baik. Sementara di rumah dia tidak pernah memperdulikan kesehari-harian anaknya tersebut. Karena dia sibuk. Banyak sekali kegiatan. Boro-boro mau melakukan shalat berjamaah, makan berjamaah saja sangat jarang dilakukan di rumah mereka. Anak dimanjakan dengan uang berlimpah. Apa saja yang dimintanya dikabulkan. Maka jadilah si anak itu menjadi 'orang lain'. Seperti yang diperingatkan Allah dalam surat At Taghabun ayat ke 15; 'Sesungguhnya harta-bendamu dan anak-anakmu adalah cobaan (fitnah) belaka. Padahal di sisi Allah ada pahala yang besar.'  

Seharusnya, sesudah mempercayakan pendidikannya ke sekolah unggulan, di rumah orang tua juga mendidik anak-anaknya untuk menjadi orang yang baik. Ajak dia berdiskusi. Berikan kepadanya contoh dan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, rasa bertanggung jawab serta pemahaman dan kepatuhan terhadap perintah agama. Karena sebenarnya pendidikan seperti ini justru (lebih berat sebagai) tanggung jawab orang tua, terutamanya untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Sebagaimana Allah memperingatkan kita agar menjaga diri kita dan anggota keluarga kita dari siksaan api neraka (Surat At Tahrim ayat 6).  

Pendidikan itu dilakukan sedini mungkin. Jadi bergaullah dengan akrab dengan anak-anak sejak mereka masih bayi! Jangan diserahkan pendidikannya kepada pembantu atau baby sitter saja. Lalu dimasukkan ke sekolah tanpa diawasi di rumah. Karena kalau itu yang dilakukan, menyerahkan bulat-bulat pendidikan anak-anak kepada orang lain, bersiap-siaplah untuk kecewa, karena mereka akan benar-benar menjadi orang lain.

Apa yang harus dilakukan ketika anak-anak sudah terlanjur salah jalan? Kalau memang ada keinginan untuk memperbaikinya maka berusahalah sungguh-sungguh. Mulai melakukan pendekatan kepada anak-anak. Mulai dari nol atau bahkan dari below zero. Kalau memang dia terlibat pemakainan obat-obat terlarang, di samping direhabilitasi medis, cobalah memberikan perhatian kepadanya. Nasihati dia dengan sabar. Bila perlu minta maaf kepadanya atas keteledoran selama ini. Dan minta ampun serta berdoa bersungguh-sungguh kepada Allah. Memohon pertolongan-Nya untuk menyelamatkan sang anak. Mudah-mudahan Allah membukakan jalan ke arah kebaikan. 

****          

Senin, 28 Maret 2016

Kemiskinan Bukan Diciptakan Manusia Tapi Diciptakan Institusi dan Kebijakan Penguasa (Tulisan Prof. Samsuridjal Djauzi)

 Kemiskinan Bukan Diciptakan Manusia Tapi Diciptakan Institusi dan Kebijakan Penguasa

(Tulisan menarik dari Prof. Samsuridjal Djauzi. Saya Dapatkan Dari Kiriman Seorang Rekan Melalui WA)

Semoga bermanfaat..

Poverty is not created by people , it has been created by institution and policy (Peraih Nobel Moh. Yunus)

Teman-teman saya hanya menceritakan kasus sederhana yaitu pedagang makanan kaki lima di RSCM. Saya bekerja di RSCM sejak lulus tahun 1969 meski sejak mahasiswa saya juga sudah menjalani magang di RSCM yaitu ketika mahasiswa tingkat 4. Para pengunjung RSCM sekarang merasa kagum karena RSCM menjadi bersih tak ada lagi pedagang makanan PKL. Setiap hari RSCM dikunjungi oleh 2000 pengunjung poliklinik sebagaian besar diantar oleh keluarga. Pasien yang dirawat sekitar 1000 orang yang juga dikunjungi oleh keluarga dan teman mereka. Belum lagi karyawan RSCM jumlahnya sekitar 6000 orang yaitu dokter (termasuk mahasiswa), perawat, petugas kesehatan lain, serta pegawai administrasi. Jadi sekitar 10.000 orang setiap hari memerlukan makan terutama makan siang. Sebenarnya juga makan pagi diperlukan karena banyak pasien bahkan mahasiswa belum sempat sarapan datang ke RSCM karena takut kesiangan.

Dulu ada sekitar 500 pedagang makanan PKL di parkiran depan RSCM dan dipinggir jalan. Kemudian Direksi membuatkan tempat yang jauh lebih bersih di parkir belakang dekat mesjid dan di lantai dasar rumah singgah. Sekarang semua dibersihkan. Ketika saya tanyakan jawabnya adalah karena JCI. Akreditasi internasional tersebut mensyaratkan semua makanan di RSCM dijual oleh restoran yang terakreditasi pula. Akibatnya sekarang kita hanya menemukan CFC, DUNKIN Donuts, Es Teler, Oh lala, dan resto menengah keatas lain. Sewaktu keluarga saya dirawat di Kencana, cucu saya lapar dan makan nasi goreng dan goreng buntut. Istri saya terkejut harus membayar 110 ribu rupiah. Esoknya pukul sepuluh malam saya juga mengunjungi cucu saya dan karena pulang praktek saya lapar. Resto semua tutup, saya berjalan ke Megaria, dan juga tutup. Baru kemudian saya dapat nasi goreng di depan mesjid Assyifa di jalan Kimia yg buka 24 jam harganya sepuluh ribu rupiah. Apa yang ingin saya kemukakan adalah bukan saja pada pedagang makanan kecil yang susah karena terusir tapi juga para pegawai dan pengunjung rumah sakit yang memerlukan makanan terjangkau tak terlayani.

Kenapa begitu? Karena sistem. Kita telah terkungkung oleh sistem yang kita pilih dan kita laksanakan. Sistem tersebut menjerat leher kita sendiri, rumah sakit di Indonesia yang sedang mengejar JCI ada lima disamping RSCM. Hal yang sama juga akan berlaku di rumah-rumah sakit tersebut. Stasiun kereta api telah lama steril dari PKL. Dulu saya sering memperhatikan di stasiun Cikini berhamburan penumpang turun, mereka belum sarapan dari Bogor dan Depok. Mereka dapat membeli makanan dengan harga terjangkau di stasiun. Sekarang yang ada hanya restoran mahal. Ribuan, puluhan ribu pedagang kecil terusir. Kita bersusah payah menumbuhkan wirausaha pemula namun pada waktu bersamaan kita mematikan wirausaha yang sudah tumbuh.

Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah advokasi. Peluang usaha untuk pedagang kecil. Lebih spesifik tempat uasaha bagi pedagang kecil. Saya melihat titik terang di dekat Tugu Proklamasi Jakarta. Pedagang kecil terutama makanan dibuatkan tenda di luar di sepanjang pagar jalan kereta api. Ada sekitar 50 tenda, setiap siang penuh karyawan makan di sana. Sekitar jam 3 hampir semua pedagang makanan sudah habis. Saya tanya sewanya , waktu penempatan 1,4 juta untuk tenda namun setelah itu hanya 100 ribu setiap bulan. Mereka semua senang.

Saya mengunjungi PKL yang direlokasi ke gedung Blok G pasar Tanah Abang. Setelah hampir tiga tahun disitu mereka tak tahan dan meninggalkan tempat tersebut. Pembeli amat sepi. Relokasi harus mempertimbangkan lakunya dagangan mereka bukan hanya sekadar ke lokasi yang nyaman dan tak mengganggu lalu lintas. Sekarang jika Anda sempat berjkunjung ke Blok G Anda akan mendapati ratusan kios kosong.

Sarikat Dagang Islam pada tahun 1905 menjadi dambaan pedagang batik pribumi karena memperjuangkan kepentingan mereka. Semoga kita juga dapat memperjuangkan nasib pedagang kecil. Mari belanja di warung tetangga tidak lagi di Alfa Mart dan Indomart.

Samsuridjal Djauzi

Selasa, 22 Maret 2016

Kalaulah Sempat (Dari Dunsanak Ita Djamin Melalui WA KTS)

Kalaulah Sempat (Dari Dunsanak Ita Djamin Melalui WA KTS)

Seorang laki-laki tua duduk di teras rumahnya. Rumah yang besar namun sepi penghuni. Istri sudah meninggal. Tangan menggigil karena lemah, penyakit menggerogoti sejak lama. Duduk tak enak, berjalan tak nyaman. Untunglah seorang kerabat jauh mau tinggal bersama menemani beserta satu orang pembantu.

Tiga anak, semua sukses. Berpendidikan sampai ke luar negeri. Ada yang sekarang berkarir di luar negeri. Ada yang bekerja di perusahaan asing dengan posisi tinggi, dan ada pula yang jadi pengusaha. Soal Ekonomi, angkat dua jempol. Semua kaya raya.

Namun, saat tua seperti Ini dia merasa hampa. Ada pilu mendesak di sudut hatinya. Tidur tak nyaman, dia berjalan. Memaandangi foto-foto masa lalu. Foto laki-laki gagah dengan keluarganya berlatar Great Wall, Eiffel Tower, Big Ben, Sydney Opera House dan berbagai belahan bumi lainnya yang telah dijejaknya. Diabadikan dengan foto dibingkai bagus yang tak mampu lagi dilihat karena pandangannya yang sudah mengabur.

Di rumahnya yang besar dia merasa kesepian. Tiada suara anak, cucu. Hanya detak jam yang berbunyi teratur. Punggungnya terasa sakit, sesekali air liurnya keluar dari mulutnya. Dari sudut mata ada air yang menetes. Rindu dikunjungi anaknya, tapi anaknya sibuk dan tinggal jauh di kota dan negara lain. Ingin pergi ke mesjid namun badan tak mampu. Begitu lama waktu ini bergerak. Tatapannya hampa. Jiwanya kosong, hanya gelisah yang menyeruak ... Sepanjang waktu ....

Laki-laki itu, barangkali adalah saya. Nanti. Barangkali anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti. Hanya menunggu sesuatu yang tak pasti. Yang pasti hanya kematian. Rumah besar tak mampu lagi menyenangkan hati. Anak sukses tak mampu menyejukkan hati. Cucu-cucu yang seperti orang asing. Asset-asset produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa .... 

Kira-kira jika datang malaikat menjemput, akan seperti apakah kematian ini? Siapa yang akan memandikan kita? Dimana kita akan dikuburkan? Sempatkah anak kesayangan dan menjadi kebanggaan datang menyelenggarakan mayat dan menguburkan kita? Apa amal yang akan dibawa ke akhirat nanti? Rumah akan ditinggal, asset juga akan ditinggal. Anak-anak entah apakah akan ingat untuk berdoa untuk kita atau tidak. Sedang shalat mereka sendiri saja belum tentu berisi. Apa lagi jika dulu anak tak sempat dididik sesuai tuntunan Yang Maha Kuasa. Ilmu agama hanya sebagai sisipan saja.

Kalaulah dahulu sempat menyumbang yang cukup berarti di mesjid, Rumah Yatim, Panti Asuhan. Kalaulah sempat dahulu membeli sayur dan melebihkan uang pada nenek tua yang selalu datang. Kalaulah dahulu sempat memberikan sandal untuk disumbangkan di mesjid biar dipakai orang yang memerlukan. Kalaulah sempat membelikan buah buat tetangga, kenalan, kerabat dan handai taulan. Kalaulah kita tidak kikir kepada sesama. Mungkin itu semua akan menjadi amal penolong kita. Kalaulah dahulu anak disiapkan menjadi Muslim yang shaleh. Ilmu agama dan ilmu Al-Quran nya lebih diutamakan. Ibadah shalat dan sedekahnya kita tuntun dan ajarkan. Maka mungkin mereka senantiasa akan terbangun malam, meneteskan air mata medoakan kita orang tuanya.

Kalaulah sempat membagi ilmu dengan ikhlas pada orang sehingga bermanfaat bagi sesama ....

Kalaulah sempat ...
 
Mengapa kalau sempat? Mengapa itu semua tidak jadi perhatian utama kita? Sungguh kita tidak adil pada diri sendiri. Kenapa kita tidak lebih serius menyiapkan bekal untuk menghadap-Nya?

Semoga tulisan kecil Ini menjadi nasihat bagi diri saya, bagi kita semua. Berseriuslah menyiapkan diri menghadapi kematian, dan kehidupan akhirat yang kekal.

****

Minggu, 20 Maret 2016

Bagaimana Tentang Jodoh?

Bagaimana Tentang Jodoh?    

Seorang kemenakan bertanya tentang jodoh. Siapa yang menentukan jodoh? Apakah setiap manusia sudah tentu dan jelas jodohnya sehingga dia tidak perlu berikhtiar apa-apa lagi? Begitu pertanyaannya bertubi-tubi. Aku paham maksud pertanyaannya, karena dia agak kecewa dengan jodohnya sendiri. Banyak orang mengatakan dengan nada pasrah, apa boleh buat, memang sudah seperti itu takdirnya. Dia sudah ditakdirkan menjadi pasangan si Fulan yang ternyata kemudian membawa banyak masalah dalam kehidupannya.  

Aku mencoba menjelaskan. Jodoh itu adalah pilihan sebelum dia ditetapkan. Setiap orang boleh memilih siapa yang akan dijadikannya pasangan hidupnya. Banyak sekali pilihan kalau dia mau memilih. Begitu dia menetapkan pilihannya dan menerima berjodoh dengan seseorang barulah hal itu menjadi ketetapan Allah. Menjadi takdir baginya. Sama juga dengan ketika orang hendak makan. Dia boleh memilih apa yang akan dia makan. Mau makan di restoran Minang, atau di restoran seafood. Atau mau makan di warung Tegal. Atau di kedai sate kambing. Setiap orang bebas memilih. Tetapi begitu dia menetapkan pilihannya, akan berlakulah ketetapan atau takdir. Ternyata siang itu dia ditakdirkan makan sate kambing.

Dalam memilih jodoh, setiap orang dianjurkan melakukan pendekatan. Melakukan taaruf. Mencari tahu tentang pribadi orang yang akan jadi jodoh. Taaruf atau pendekatan bukan berarti berpacaran. Taaruf dilakukan dengan sangat menjaga batas-batas kesucian. Tidak membiarkan hawa nafsu ikut campur karena akan sangat berbahaya. Belum tentu setiap usaha pendekatan akan berujung pada kecocokan. Mungkin setelah mengenal pribadinya orang yang tadinya tertarik berubah pikiran. Dia merasa orang tersebut tidak cocok karena alasan-alasan tertentu 

Si kemenakan bertanya lagi, bagaimana dengan mereka yang berjodoh dengan orang yang berbeda agama. Seorang laki-laki Muslim menikah dengan wanita bukan Muslim atau sebaliknya. Apakah itu karena memang sudah jodoh mereka? Jawabannya sama saja. Setelah masing-masing setuju mengikat diri mereka dalam perjodohan maka berlakulah takdir Allah atas mereka. Tapi sebelumnya, keputusan ada pada diri mereka masing-masing. Mereka bebas menentukan pilihan.  Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; Seorang wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu beruntung.(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim). 

Dari hadits ini sangat jelas. Banyak pilihan untuk menentukan jodoh. Ada yang kaya, yang bangsawan, yang cantik dan yang beriman. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan memilih berdasarkan keimanannya. Bahkan di antara pilihan itu mungkin ada yang memiliki keempat-empatnya sekaligus. Artinya, sekali lagi setiap orang berhak dan bebas memilih sebelum menetapkan siapa yang akan dijadikannya jodoh. 

****          

Kamis, 17 Maret 2016

Jasad Sahabat Nabi Muhammad Ditemui Masih Berdarah (Dari Palingkeren.com)

Jasad Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam Ditemui Masih Berdarah Walau Sudah Lebih 1400 Tahun

SUBHANALLAH! Jasad Sahabat Nabi Muhammad Di Temui masih Berdarah Walau Sudah Lebih 1400 Tahun

Palingkeren.com – Oktober 2013 sewaktu terjadi banjir di Madinah, makam 70 orang keluarga Perang Uhud ikut dilanda banjir. Setelah banjir surut, jenasah para sahabat-pun akhirnya terlihat keluar dalam keadaan masih utuh karena mereka dikuburkan di kawasan padang pasir, darahnya masih mengalir harum.

Jenasah para sahabat dimakamkan kembali seperti semula tapi tidak lagi diberi nama-nama jenasah tersebut  kecuali jenasah Hamzah ra karena diketahui dari luka didadanya, badannya tinggi besar. Jenasahnya masih berdarah dan harum. Bahkan tangannya masih memegang lukanya akibat terkena tombak, yang masih keluar darah. Walaupun sudah beberapa ribu tahun.

Dan yang satu lagi adalah Abdullah bin Jaz ra karena diketahui dari telinga dan hidungnya yang terpotong akibat diikat benang. Kedua orang inilah yang sekarang nisannya ada di Uhud. Jadi kalau sekarang kita berziarah ke Gunung Uhud, hanya ada 2 nisan saja.

Berikut adalah sebagian isi dari kaset pembicaraan Dr Thariq As-Suwaidan tentang peristiwa tersebut. “Syaikh Mahmud Ash-Shawaf telah menyampaikan kepada kami bahwa dia adalah salah seorang yang diundang dari kalangan ulama besar untuk pemakaman semula para sahabat yang gugur syahid di perang Uhud di kompleks makam syuhada Uhud yaitu sebuah kawasan pemakaman yang terkenal.

Sebuah “Kesaksian” Dr Thariq As-Suwaidan dalam kasetnya yang amat berharga “Qisshatun Nihayah” yang dinukil secara langsung dari Syaikh Mahmud Ash-Shawaf menyebutkan peristiwa besar yang dialami oleh sebagian ulama saat penguburan kembali jenasah sahabat yang gugur syahid di perang Uhud. Setelah 1400 tahun jenasah para sahabat tetap utuh, ini sebagai bukti nyata atas berita gembira tentang para syuhada.

Para ulama memang diundang saat pemakaman kembali jenasah para sahabat itu ”Di antara orang yang aku kuburkan adalah Hamzah RA, badannya besar, kedua telinga dan hidungnya terpotong, perutnya terbelah, dia meletakkan tangannya di atas perutnya.
Ketika kami menggerakkannya dan mengangkat tangannya, darahnya mengalir. Aku menguburkannya bersama sahabat-sahabat lainnya yang gugur syahid di Uhud.” Dr Thariq As-suwaidan berkata, ”Ini adalah perkara yang terbukti secara mutawatir dan dengan mata kepala. Semoga Alloh SWT menyampaikan kita semua ke derajat para syuhada.

Syaikh Mahmud telah menyampaikan kepada kami tentang aroma harum misk yang berasal darinya ketika darah mengalir dari jasad Hamzah RA.” Subhanallah, setelah 1400 tahun lebih, betapa agungnya Engkau ya Alloh. Alangkah besarnya kekuasaan-Mu, Maha suci Engkau.

Betapa utamanya, betapa mulianya, Alloh memberikannya kepada para syuhada. Jika seperti itu kemuliaan jasadnya yang terpendam di perut bumi yang tak seorangpun melihatnya, lalu bagaimanakah dengan kemuliannya di surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Selamat bagi yang telah melihat sahabat mulia ini, Hamzah bin Abdul Mutthalib ra. 

Jasad Syuhada Yang Tidak Mengalami Pembusukkan

Jabir bin Abdillah bercerita, ”Menjelang perang Uhud, ayahku memanggilku pada malam hari. Ia berkata: ’Aku merasa akan menjadi orang yang paling pertama gugur di antara para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sungguh aku tidak meninggalkan sesuatupun yang lebih kusayangi selain engkau, disamping Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sesungguhnya aku memiliki hutang, maka lunasilah. Dan bersikap baiklah kepada saudara-saudara perempuanmu.’ Keesokan harinya, ia pun menjadi orang yang pertama gugur. Ia dimakamkan bersama orang yang lain dalam satu lubang kubur. Tetapi hatiku merasa kurang nyaman membiarkan ayahku satu lubang kubur bersama orang lain. Enam bulan kemudian, aku membongkar makamnya dan mengeluarkannya, jasadnya masih tetap utuh sama seperti pertama kali aku menguburkannya.” (Hadits Riwayat Bukhari, Fathul Bari, 3/214 )

Petikan hadits di atas membuktikan di mana ayah Jabir ra terbunuh dalam perang Uhud dan ketika enam bulan kemudian makamnya dibongkar, maka jasadnya tetap utuh. Enam bulan adalah waktu yang lama di mana tubuh mayat seharusnya sudah hancur.

Penelitian membuktikan bahwa 24-36 jam pertama mayat dikuburkan, maka bola mata mulai menonjol dan kornea menghitam. Cabang-cabang urat nadi mulai terlihat di perut dan dada. 2-5 hari berikutnya, wajah dan seluruh tubuh menggelembung, dari tubuh mayat keluar bau busuk. Setelah melewati 5-10 hari, kulit mulai rapuh dan tubuh ditutupi larva.

Organ-organ tubuh meleleh ke tanah dan mulai menyisakan tulang saja. (dinukil dari buku Ushuluth Thibbisy Syar’i, Dr. Muhammad Ahmad Sulaiman).

CATATAN –

Dalam buku sejarah bencana banjir pertama kali terjadi pada tahun 46 Hijrah atau 667 Masehi atau 43 tahun setelah Perang Uhud yang ceritanya mirip, yaitu jasad jasad mereka mengapung.

****

Senin, 14 Maret 2016

Menghitung Rekan Yang Sudah Tiada

Menghitung Rekan Yang Sudah Tiada       

Berawal dari kebiasaan teman-teman yang saling bertanya tentang rekan-rekan sekerja dulu, dan menyadari bahwa ada di antaranya yang sudah meninggal, seorang teman di tempat aku bekerja dulu menghitung dan membuat daftar nama mereka yang sudah meninggal dunia. Daftar tersebut dihitung melibatkan teman-teman sekerja sejak sekitar empat puluh tahun yang lalu. Sejak kita semuanya masih muda-muda. Dengan rentang usia sekitar enam puluh sampai delapan puluh tahun bagi yang masih hidup sekarang. Ternyata jumlahnya sangat banyak. Lebih dari dua ratusan orang dari jumlah populasi sekitar 1500 orang. 

Ada sekian banyak orang yang pernah sama-sama bekerja di lingkungan kantor yang sama tigapuluhan tahun yang lalu, sekarang sudah tidak ada lagi. Meninggal dengan bermacam penyakit sebelumnya. Yang terbanyak menurut catatan tersebut dikarenakan stroke. Satu persatu mereka pergi, memenuhi janji yang sudah ditetapkan Allah Ta'ala.

Aku juga pernah menghitung jumlah mereka yang sudah almarhum di komplek tempat tinggal kami, sejak aku ikut jadi penghuni komplek 23 tahun yang lalu. Sudah sekitar lima puluhan orang penghuni duaratusan buah rumah. Banyak di antara mereka adalah jamaah mesjid komplek. Ya, mereka sudah berangkat satu demi satu. Juga dengan bermacam cara dan penyakit sebelum maut menjemput. 

Kitapun dapat mengamati lingkungan yang mana saja di sekitar kita. Mungkin dari karib kerabat terdekat. Orang sekampung. Yang kalau kita amati selama jangka waktu tertentu, sepuluh dua puluh tahun, niscaya akan kita lihat mereka-mereka yang sudah kembali ke hadirat Allah.

Apapun penyakit yang mendahului kematian, yang pasti bahwa kematian tersebut adalah sesuatu yang nyata. Kullu nafsin tzaaiqatul maut. Setiap yang bernyawa pasti akan mati, demikian Allah memperingatkan kita. Tapi adakah kita merenung sedikit bahwa giliran kita juga akan segera sampai? Ini yang agak aneh sebenarnya. Setiap kali kita ikut menyelenggarakan fardhu kifayah, mengurus jenazah saudara atau tetangga kita, sejak dari memandikan, mengafani, menyalatkan dan mengantarkan ke kuburan. Tidakkah kita membayangkan bahwa suatu hari giliran kita akan sampai, dan kitalah yang difardhu-kifayahkan.

Ada seorang rekan senior yang mengatakan bahwa seratus tahun yang lalu kita tidak ada dan seratus tahun ke depan kita akan kembali tidak ada. Memang demikian adanya. Seratus tahun yang lalu hampir semua 7.5 milyar manusia penghuni bumi sekarang ini belum ada. Lalu seratus tahun yang akan datang kesemuanya akan kembali tidak ada. Dan inipun diingatkan Allah dalam firmannya; 'Kenapa kamu kafir kepada Allah padahal kamu sebelumnya tidak ada, lalu kamu dihidupkan, lalu kamu dimatikan, lalu kamu dihidupkan kembali dan kepada-Nya kamu akan kembali.'  (Al Baqarah ayat 28). 

Urusan paling besar adalah ketika kita nanti kembali kepada Allah untuk dihisab. Diperhitungkan segala amal perbuatan kita selama kita hidup di dunia ini. Hendaknya kita memperhitungkan pula, apa yang sudah kita peroleh selama keberadaan kita dalam kehidupan ini. Dan apa yang akan kita dapatkan setelah kita nanti kembali kepada Allah ketika Dia meminta pertanggungan-jawaban atas segala perbuatan kita. 

****                                          

Rabu, 09 Maret 2016

Shalat Gerhana Matahari

Shalat Gerhana Matahari  

Pagi ini ada gerhana matahari. Gerhana matahari total untuk sebagian tempat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku bagian utara. Dan gerhana matahari sebagian di Jawa. Dengan pengetahuan ahli astronomi, kejadian gerhana ini dapat diperkirakan waktu terjadi dan lamanya. Orang ramai membicarakan akan datangnya gerhana sejak beberapa hari sebelumnya. Khusus untuk gerhana matahari total ini sangat menarik bagi sementara orang untuk menyaksikan di tempat kejadian. Menurut informasi banyak juga pendatang asing berdatangan ke Indonesia kali ini.

Gerhana matahari atau gerhana bulan adalah fenomena alam, ketika dengan kekuasaan Allah matahari, bumi dan bulan terletak dalam satu garis lurus. Ketika bulan berada di antara matahari dan bumi, dan bulan sendiri secara perlahan-lahan menutupi matahari, maka pada saat itulah terjadi gerhana matahari. Disebut gerhana matahari total ketika bulatan matahari seutuhnya tertutup oleh bulan. Pada saat itu bumipun jadi gelap. Puncak gerhana matahari total itu bisa berlangsung beberapa menit dan hari tiba-tiba berubah seperti malam. Sedangkan gerhana bulan terjadi di saat matahari, bumi dan bulan berada pada satu garis. Bulan yang terlihat bercahaya, tiba-tiba menjadi redup karena ditutupi oleh bayang-bayang bumi.

Fenomena gerhana adalah salah satu bukti keMaha Perkasaan Allah. Allah yang mengatur benda-benda langit ini untuk berotasi dan bergeser dari posisinya dengan sebuah keteraturan yang luar biasa. Allah mengingatkan kita pada surat Yasin ayat 38 dan 40: 'Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (ayat 38). Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya (ayat 40).'

Islam mengajarkan agar kita menyadari kekuasaan Sang Maha Pengatur dengan peristiwa alam ini. Kita diajarkan oleh Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam untuk segera mengingat Allah ketika mengalami peristiwa gerhana. Melakukan shalat sunat gerhana, selama berlangsungnya peristiwa itu. Dalam sebuah shalat yang khusus pelaksanaannya dan panjang waktunya.

Aku menjalankan shalat sunat gerhana pertama kalinya ketika terjadi gerhana matahari total tahun 1983 di Balikpapan. Di mesjid pesantren Hidayatullah di Karang Bugis. Imamnya membaca surah al Baqarah seutuhnya kala itu dalam shalat yang lamanya lebih dari dua jam, selama berlangsungnya gerhana.

Kami berusaha melaksanakan shalat sunat gerhana setiap kali terjadi kejadian alam itu di mesjid komplek perumahan kami di Jatibening. Jamaah yang ikut shalat gerhana meningkat setiap kali. Dan puncaknya adalah tadi pagi karena pengurus mesjid mengumumkan rencana shalat gerhana kali ini dengan lebih intensif. Tadi pagi sekitar 150 orang hadir di mesjid kami (100 orang jamaah laki-laki dan 50 orang jamaah perempuan). Sepertinya kesadaran umat Islam untuk melaksanakan shalat gerhana di banyak mesjid lain juga meningkat. Mudah-mudahan Allah meridhai setiap amal kita. Aamiin.

****