Selasa, 01 Februari 2011

Cucu-cucuku

Cucu-cucu 

Sayang ke cucu berbeda dengan sayang ke anak, begitu konon kata orang tua-tua dulu. Dan ternyata benar sekali ungkapan itu. Sayang kepada anak, ketika kita melihat mereka bandel, kita marahi mereka. Tapi ketika cucu dimarahi orang tuanya, (orang tuanya itu adalah anak kita), kita cenderung membela sang cucu. Sehingga cucu-cucu biasanya berbeda manja mereka kepada orang tuanya dibandingkan dengan kepada kakek dan nenek. Dari inyiak dan nenek mereka seperti mendapat perlindungan ekstra.

Nikmat punya cucu ini kami miliki sejak hampir lima tahun yang lalu. Ketika cucu kembar kami lahir. Kami mengamati perkembangannya dari sehari ke sehari, sejak masih bayi merah mengeak-ngeak. Berangsur-angsur besar. Berangsur-angsur pandai berjalan, berbicara, berlari dan bermain. Sejak jalan mereka tertatih-tatih sampai pandai berlari. Sejak pandai berbicara terpeloh-peloh sampai berbicara dengan benar dan lurus. Ada suatu masa di mana mereka menggunakan campuran bahasa mereka berdua dengan bahasa umum. Yang sangat berkesan, sekitar dua tahun yang lalu, ketika mereka mulai pandai berbicara, entah dari mana asalnya, kedua anak kembar itu menyebut 'mobil' sebagai 'baadi'. Kalau mereka mengatakan baadi, yang mereka maksud adalah mobil. Hal ini berlangsung (memahami baadi = mobil atau mobil = baadi) selama berbulan-bulan, hampir selama satu tahun. Dan mereka sangat konsisten dengan ungkapan itu. Pernah kami (siapa saja diantara inyiak-inyiaknya, atau oom-oomnya) mencoba mengajak mereka mengeja. Misalnya untuk mengucapkan motor. Mo, dia ulangi mo. Tor, dia ulangi tor. Kita sebut Mo tor. Dia ulangi Mo tor. Lalu kami coba mengeja Mo, dia ulangi mo. Bil, dia ulangi, bil. Kita sebut Mo bil. Kedua-duanya, baik bersamaan maupun sendiri-sendiri akan menyebut 'baa di'. Otomatis seperti itu. Membuat kami terheran-heran dan tertawa.

Sekarang kedua anak kembar itu sudah berumur empat setengah tahun. Sudah sekolah. Sudah merasa seperti orang besar, baik dalam cara berbicaranya, cara berargumentasinya, cara membela dirinya. Dan mereka sudah punya adik. Bahkan dua. Satu adik sepupu yang lebih dahulu lahir (sekarang sudah sepuluh bulan umurnya) dan  adik kandung mereka yang berumur hampir 5 bulan. Kalau mereka berempat berkumpul pasti sangat ramai. Pasti sangat menyenangkan. Menyenangkan bagi mereka dan menyenangkan bagi inyiak dan nenek. Cucu nomor tiga sudah pandai berjalan dengan berpegangan. Biasanya kalau dibimbing berjalan seperti itu maunya ngebut saja. Sudah pandai menunjukkan ekspresi dirinya. Pandai memanggil (bersuara; heeeeh) ketika jengkel atau ketika ada yang diinginkannya.

Cucu yang paling kecil pula sedang senang-senangnya diguyu. Dijujai-jujai, dan dia akan tertawa terpingkal-pingkal. Tidak terlalu suka lagi kalau digendong sambil tertidur. Sebentar saja dia akan meronta-ronta. Yang dia mau, digendong dalam posisi duduk, disangga pantatnya dan kepalanya terangkat. Kalau sedang digendong seperti itu, lalu ada yang menggoda, dia akan tertawa-tawa.

Betapa nikmatnya mempunyai cucu........

****.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar