Minggu, 19 Februari 2012

Padahal Seharusnya Kita Tahu

Padahal Seharusnya Kita Tahu

Sering terjadi sindir menyindir antara sementara penceramah agama, tentang perayaan-perayaan hari besar Islam. Misalnya saja tentang perayaan maulud Nabi SAW, tentang perayaan Isra' mi'raj (nabi), tentang perayaan tahun baru Hijriyah dan sebagainya.  Yang satu mengatakan bahwa melakukan perayaan-perayaan seperti itu adalah amalan yang dibuat-buat alias bid'ah. Dan bid'ah itu adalah kesesatan. Sementara yang lain pula mengatakan, masa yang seperti itu saja bid'ah. Masa mengadakan taklim, pengajian dalam rangka peringatan peristiwa dan pengalaman Rasulullah SAW dianggap bid'ah. Maka terjadilah sindir menyindir. Salah menyalahkan.  

Adalah benar, bahwa Nabi SAW mengingatkan kita umat Islam mempunyai dua hari raya, yakni hari raya Aidil Fitri dan hari raya Aidil Adha. Sedangkan hari-hari besar yang lain itu, tidak pernah diperingati di zaman Nabi SAW, tidak juga di zaman para sahabat, tidak pula di zaman para tabi'in. Peringatan-peringatan yang terakhir tadi itu, menurut riwayat diperkenalkan dan diawali oleh Salahuddin Al Ayyubi, pahlawan dan panglima perang tentara Muslim ketika perang salib. Beliau yang ketika itu merasa bahwa semangat umat Islam kalah dibandingkan semangat tentara Nasrani, mengajak dan mengingatkan perlunya mengenang kepahlawanan kaum Muslimin di bawah pimpinan Rasulullah SAW. Dan menurut riwayat pula, ajakan itu diterima dan memang mampu menggugah kembali semangat kaum Muslimin untuk berjuang di jalan Allah.

Meskipun demikian terasa juga ada sedikit 'tiru' dari apa yang dilakukan orang Nasrani seperti dalam hal memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW dan hari tahun baru. Seharusnya kita tahu, bahwa ketika beliau lahir, dengan nama Muhammad bin Abdullah, beliau belum lagi jadi nabi. Beliau baru diangkat Allah jadi Nabi dan Rasul pada saat beliau berusia 40 tahun. Artinya istilah maulud (hari kelahiran) Nabi tidak tepat, karena beliau tidak langsung jadi Nabi ketika dilahirkan. 

Begitu pula dengan perhitungan tahun. Nabi Muhammad SAW tidak menetapkan permulaan tahun. Perhitungan tahun Hijriyah baru diawali dan dikenal sejak kekhalifahan Umar bin Khaththab. Beliau yang mengusulkan agar umat Islam mempunyai perhitungan tahun yang jelas. Menurut riwayat, ketika itu diadakan musyawarah di kalangan para sahabat, tentang kapan dimulai perhitungan tahun umat Islam. Ada yang mengusulkan sejak Rasulullah SAW lahir. Ada yang mengusulkan sejak Islam pertama sekali diperkenalkan. Ada yang mengusulkan sejak Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Ternyata kemudian, usulan yang ketiga ini yang disepakati. Demikian permulaan perhitungan tahun Islam yang dinamai dengan tahun Hijriyah (tahun sesudah hijrahnya Nabi SAW), yang kita gunakan sampai sekarang.

Kembali ke pokok masalah, tentang perayaan atau peringatan atau dalam rangka memperingati hari-hari istimewa yang dialami Rasulullah SAW, selama dilaksanakan untuk mengaji dan merenungkan perjuangan beliau SAW, untuk dijadikan teladan dalam menjalankan ibadah dalam agama Islam, mudah-mudahan tidaklah perlu dipermasalahkan. Mungkin akan jadi masalah kalau yang dibahas adalah bibit perpecahan dan pertentangan. Wallahu'alam.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar