Minggu, 23 Januari 2011

Celoteh di Twitter

Celoteh......

Teknologi, gitu lho, kata anak-anak muda sekarang. Dulu mana ada internet, Yahoo messenger, Facebook, Twitter, Blogger. Dulu Diary adalah buku catatan harian yang benar-benar buku. Isinya ditulis tangan bila-bila mau, sesuai dengan yang ingat untuk ditulis. Sekarang? Jelas sangat berbeda. Dulu mana ada email. Yang ada adalah surat per pos. Kalau mau yang cepat sampai kirim dengan pos kilat, sehari sampai. Dulu mana ada telepon di setiap rumah. Ya , dulu.... Dulu teknologi masih sedang mencari-cari bentuk sebelum sampai ke keadaan seperti sekarang.

Sekarang kita ikut tercempelung ke dalam lautan kemajuan teknologi itu. Kita semakin 'fasih' dengan dunia komputer. Kita ikut menggunakan komputer. Mulai dari PC yang jalannya beringsut-ingsut beberapa belas tahun yang lalu, sampai yang segenggaman tangan dan bisa dikantongi saat ini. Kita berkomunikasi, mengirim informasi baik audio maupun visual dari pojok yang satu ke pojok bumi yang lain secara instantaneous.

Kita semua. Termasuk aku. Lalu, akupun ikutlah bertwitter. Ikut berfacebook, ikut punya blog. Di blog aku bisa menempatkan tulisan-tulisan apa saja. Khusus tentang twitter. Yang sangat terasa manfaatnya adalah untuk kontak dengan anak-anak, termasuk beberapa kemenakan. Mereka semua pengguna twitter. Kami, aku dan mereka, bisa menulis santai di twitter itu tentang apa saja yang perlu-perlu. Tentang pertanyaan, tentang komentar, tentang pesan untuk cucu. Begitu juga antara mereka sesama mereka. Meski masing-masing tentu juga mempunyai follower (istilah untuk yang mengikuti kita di twitter itu) masing-masing. Mereka bisa bercerita tentang salon favorit, tentang makanan, tentang buku, dan sebagainya. (Mereka itu satu di Jatibening, satu di Tangerang, satu di Bandung). Mereka bertwitter ria melalui hp, jadi bisa saling kontak dari mana saja. Aku menggunakan PC tua di rumah. Semua obrolan itu tinggal permanen, kecuali dihapus tentu saja.

Kemarin pagi aku membaca obrolan mereka menanyakan keadaanku yang sejak beberapa hari ini sedang kumat asam uratnya. Yang di Bandung bertanya ke kakaknya yang tinggal di sebelah rumah. Lalu sang kakak memberi tahu, bahwa kayaknya agak serius. Tadi subuh gak ke mesjid. Adiknya yang bertanya tentu jadi agak cemas, karena kalau gak ke mesjid berarti sakitnya agak serius. Aku, yang begitu membuka komputer dan menemukan jejak-jejak obrolan mereka itu segera menengahi, memberitahu bahwa keadaanku sudah berangsur baik.

Aku agak geli dalam hati membaca ukuran / kadar sakit dengan tidak pergi ke mesjid. Karena memang mereka tahu, kalaulah tidak benar-benar uzur aku tidak pernah absen. Karena beberapa puluh tahun yang lalu ada juga alat ukur kadar sakit itu dalam konteks yang jauh berbeda. Yaitu rokok. Aku belum merasa suatu penyakit itu mencemaskan selama rokok masih enak dihisap. Walaupun agak demam, walaupun terbatuk-batuk, walaupun nafsu makan agak menurun, tapi kalau rokok masih enak dihisap, artinya aku masih cukup sehat.

Untunglah itu dulu. Aku tidak lagi menjadi ahli hisab sejak Agustus 1988....

*****

2 komentar:

  1. Assalaamu'alaikum Tan Lembang.

    Ado tips untuk mencegah asam urat? Kadar AU ambo alah labiah 8. Tapi alhamdulillah alun pernah kanai serang. Katonyo setiap urang punya daya tahan berbeda.

    BalasHapus
  2. Pencegahan umum adolah diet purin Jo. Kalau ubek ambo sadang mancari-cari taruih Jo. Alun dapek nan cocok lai. Ajo baruntuang kalau AU tinggi tapi aman-aman sajo. Namun jago-jago juolah, khawatir kalau sakali wakatu nanti manyipak, agak kareh sipakno.

    BalasHapus