Minggu, 02 Juni 2013

Dua Buah Undangan Walimahan

Dua Buah Undangan Walimahan

Ada dua buah undangan yang kami datangi tadi siang. Yang pertama dari teman sekantor di Balikpapan dulu. Teman sekantor itu sendiri sudah almarhum. Istrinya masih aktif di acara pertemuan ibu-ibu mantan karyawan (pensiunan maksudnya) di kantor. Acara ngunduh mantu, yang diadakan di rumah kediaman keluarga itu di daerah Rawamangun. Sebuah acara yang apik. Kami bertemu dengan beberapa teman pensiunan di acara tersebut. Ada yang sangat jarang berjumpa meski di acara undangan-undangan yang lain. Dan bertemu pula dengan mantan ketua Yayasan Ar Rahman di Balikpapan dulu, yang aku sendiri adalah wakilnya ketika itu. Lumayanlah, kami sempat bernostalgia. Sayang kami tidak bisa berlama-lama, karena kami mempunyai undangan kedua. 

Yang ini dari seorang ustadz (beliau ini salah satu ustadz pembimbing ketika kami melaksanakan ibadah haji tahun 2004) yang menikahkan puterinya. Kebetulan tempatnya di sebuah gedung di jalan Haji Naman, yang lebih dekat ke tempat tinggal kami di Jatibening. 

Waktu kami sampai di tempat pesta itu menjelang jam satu, rupanya acara belum dimulai. Kami sempatkan shalat zuhur terlebih dahulu di mesjid di samping gedung pertemuan tersebut. Ternyata acaranya dimulai jam setengah dua siang. Bagus juga, karena dengan demikian orang berkesempatan untuk melaksanakan shalat zuhur terlebih dahulu. 

Pesta ini menggunakan acara adat Minang.  Maksudnya kedua pengantin memakai pakaian adat Minang. Ustadz yang mengundang kami berasal dari Minang, sedangkan istrinya dari Jawa. Tapi besan mereka berasal dari Pariaman di ranah Minang. Iring-iringan pengantin dan orang tua mereka diarak menuju ke pelaminan dengan gendang tasa yang berdentum-dentum. Lalu ada tari persembahan oleh tiga pasang penari, menyambut kedatangan anak daro dan marapulai

Kemudian diikuti pula oleh pertunjukan tari piring yang musiknya adalah alunan gendang tasa dan saluang serta puput tanduk. Yang menari tiga orang penari laki-laki dan satu orang penari perempuan. Sebuah pertunjukan tari yang sangat elok. Entah kenapa, menonton pertunjukan tari Minang seperti ini menyebabkan jantungku berdebar-debar dan tanpa di sengaja air mataku meleleh. 

Menurut istriku, sepertinya sang ustadz menyibukkan dirinya dengan zikir saja selama pertunjukan tari-tarian tersebut.

****

                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar