Sabtu, 25 Januari 2014

Kenangan

Kenangan

Setiap kita tentulah mempunyai banyak kenangan. Tentang sesuatu yang tidak pernah dapat dilupakan, yang selalu terkenang, atau yang sangat mudah kembali teringat ketika kita bersentuhan dengan apa saja yang dekat kepada peristiwa yang tidak terlupakan itu. Kenangan itu bisa tentang sesuatu yang indah dan menyenangkan, bisa juga mengenai sesuatu yang pahit dan menyedihkan. Atau bisa juga mengenai sesuatu yang mungkin tidak terlalu indah tapi sangat berkesan. 

Kenangan bisa berhubungan dengan orang. Atau dengan waktu dan peristiwa. Atau dengan tempat. Seumpama kita mengenang seorang sahabat, atau ketika berhasil membuat suatu prestasi yang membanggakan. Atau berada di suatu tempat yang khusus dan menyenangkan. Semua contoh ini biasanya akan jadi sebuah kenangan indah. 

Ada kata-kata bijak mengatakan bahwa; 'lama hidup banyak yang dirasai, jauh berjalan banyak yang dilihat'. Ungkapan ini masih cukup relevan. Dalam perjalanan hidup yang cukup panjang, berpuluh tahun, sudah berbagai macam pengalaman yang dilalui. Ada suka - ada duka. Ada di antaranya yang melekat jadi kenangan. Begitu pula, jauh berjalan banyak yang dilihat, bertambah pengalaman. Orang yang berjalan jauh akan banyak mengenal ragam budaya yang berbeda. 

Menghitung jauh berjalan tentulah dari titik awal. Dari tempat kita berasal. Dari kampung halaman. Ada orang yang tidak beranjak dari kampung. Perjalanannya hanyalah di persekitaran tempat dia lahir saja. Tidak banyak yang dilihatnya. Tidak bervariasi pengalamannya.

Sebaliknya ada orang yang pergi berjalan jauh, mengunjungi negeri-negeri, berintek-aksi dengan lingkungan yang sangat berbeda. Lebih bervariasi pengalamannya dan akan lebih banyak kenangan. Kenangan demi kenangan itu beruntai-untai jadi panjang. Melompat-lompat dari sejak masa kanak-kanak, masa remaja, masa muda dan seterusnya. Berpindah-pindah dari pengalaman di tempat yang satu ke tempat yang lain. Kadang-kadang dia indah. Adakalanya terasa lucu. Namun ada juga yang terasa pahit menyesakkan, yang kita ingin melupakannya saja, tapi dia tetap lengket dalam ingatan.  

Bagiku, kenangan itu berawal sejak dari masa kanak-kanak di Bukit Tinggi. Masih cukup terang sebagian dari ingatan ketika aku berumur empat tahun. Lalu berpindah ke kampung dalam suasana perang saudara. Yang ayahku gugur dalam perang tersebut. Di kampung itu aku beranjak jadi akil baligh. Lalu meninggalkan kampung di usia 15 tahun untuk pertama kali, ikut dengan kakak sepupu ke Rumbai - Pakan Baru. Kembali lagi ke kampung menyelesaikan kelas terakhir SMA. Menganggur satu tahun sesudah SMA karena tidak mendaftar ke perguruan tinggi manapun. Lalu hijrah ke Bandung dan sejak itu tidak pernah lagi berkartupenduduk kampung. Kuliah di ITB dengan segala suka dan dukanya pula. Masih belum selesai kuliah, tapi sempat bekerja di Jakarta bahkan bertugas  sampai ke Sorong di Irian. Menamatkan kuliah lalu bekerja di Balikpapan. 

Pengalaman tinggal dan bekerja di Balikpapan ini termasuk yang sangat istimewa bagiku. Karena dalam masa itu aku mendapatkan ketiga orang puteriku. Dalam masa itu aku pernah ditugaskan ke Perancis. Dalam masa itu pula aku mengunjungi Baitullah untuk pertama kalinya. Dan dengan hidayah Allah, di Balikpapan aku mengerem kecenderungan duniawi, dan berusaha untuk lebih berhati-hati dalam beribadah kepada Allah setelah mengikuti pengajian-pengajian. 

Kenangan itu terus merangkak sampai kami hijrah lagi ke Jakarta di akhir tahun 1993. Berpacu dalam riuh dan kerasnya perjuangan. Di sinipun bertebaran kenangan demi kenangan. Ketika menikahkan puteriku yang pertama. Ketika cucu pertama lahir. Dan ketika menikahkan puteri kedua. Dan cucu-cucu berikutnya lahir.  

Hidup ini masih mengalir. Sampai waktu yang ditetapkan Allah. Banyak dari kenang-kenangan itu tercatat indah. Maka nikamat Tuhan mana yang pantas didustakan???

*****                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar