Senin, 11 Agustus 2014

Cucu Ke Lima

Cucu Ke Lima 

Hari Selasa tanggal 22 Juli, hari aku masuk Rumah Sakit, adalah hari keberangkatan si Tengah ke Perancis. Tepatnya ke Pau, beberapa ratus kilometer di barat daya Paris. Dia yang berangkat dengan suami dan anaknya akan menempuh 3 etape penerbangan sejak dari Jakarta. Melalui Singapura, lalu ke Paris dan terakhir ke Pau. Penerbangan paling 'berat' adalah dari Singapura ke Paris yang akan memakan waktu sekitar 15 sampai 16 jam.

Sebenarnya penerbangan seperti itu tidaklah perlu dikatakan berat. Kecuali untuk si Tengah yang sedang hamil 36 minggu. Banyak orang tua pencemas, dan aku adalah salah satunya. Aku sangat mencemaskan keadaannya dan resiko yang mungkin terjadi. Was-was. Bagaimana kalau? Bagaimana kalau tiba-tiba dia melahirkan di pesawat antara Singapura dan Paris? 

Alhamdulillah, bahwa dia cukup santai. Dia cukup percaya diri. Karena dia bilang dia mengembalikan urusan kepada Allah. Soalnya baginya, ini opsi yang paling baik meski beresiko. Seandainya dia tidak langsung ikut dengan suaminya, tinggal di Jakarta dan melahirkan di sini, dia baru bisa berangkat paling cepat 3 bulan setelah melahirkan. Artinya di sekitar akhir November yang adalah pertengahan musim gugur, dengan cuaca dingin dan angin kencang di Perancis sana. Akan sangat tidak nyaman terutama buat anak-anaknya, khususnya si orok yang baru lahir untuk bepergian sejauh itu. 

Akhirnya mereka dilepas berangkat diiringi doa. Mudah-mudahan Allah memelihara mereka dalam sebaik-baik pemeliharaan. Alhamdulillah, aku yang sedang terbaring sakit sangat bersyukur ketika mendengar kabar bahwa mereka sudah sampai dengan selamat, dalam keadaan baik-baik di Paris. Dan terakhir sekali, beberapa jam kemudian dengan selamat pula sampai ditujuan akhir, di Pau. Alhamdulillah.

Sangat menyenangkan mendengar ceritanya setelah beberapa hari berada di Pau. Interaksinya dengan warga Indonesia sesama karyawan Total tempat suaminya bekerja, dengan komunitas Muslim, dengan toko-toko halal, dengan mesjid tempat shalat Aidil Fithri dan sebagainya. Sementara mereka tinggal di hotel (apartemen kecil) menunggu rumah yang akan mereka tempati dipersiapkan. Semua berjalan baik-baik saja, termasuk untuk Hamizan. Dan lebih membahagiakan ketika kami berkomunikasi dengan skype. Mereka terlihat sangat bahagia dan sudah mulai pergi menjelajah ke hilir ke mudik di sekitar Pau.

Pau adalah kota kecil yang menyenangkan. Aku pernah tinggal di sana selama enam bulan di tahun 1988.

Sudah 20 hari sejak mereka berangkat. Dan pagi kemarin kami mendengar kabar mendebarkan melalui komunikasi WA. Saat-saat melahirkan semakin mendekat. Bermacam celoteh antara si Tengah, si Sulung, ibunya, suami si Tengah, aku sendiri dan si Bungsu. Semua berdoa agar persalinan itu berjalan dengan lancar.  Sudah ada kontraksi, tapi masih belum maksimal. Hari kemarin kami lalui dengan harap-harap cemas. Sampai sore, sampai malam. Ternyata masih belum melahirkan.

Lalu pagi ini, belum pula ada berita. Mungkin mereka masih pada tidur. Jam 6 pagi di sini adalah jam 12 tengah malam di sana. Terus menunggu sampai jam 10 di sini. Baru mulai ada komunikasi melalui WA lagi. Diawali si Sulung dengan suami si Tengah. Si Tengah sudah masuk ke ruangan bersalin dan kontraksinya sudah semakin intens. Doa-doa dipanjatkan. Semoga Allah menolong dan memudahkan proses kelahiran.  

Terakhir sekali kabar itu datang. Cucu kami nomor 5 lahir di Pau - Perancis jam 5.10 waktu setempat atau jam 11.10 WIB. Subhanallah.... Alhamdulillaah..... Allahu Akbar.....

Bayi perempuan dengan berat badan 3,24 kg. Sekali lagi Alhamdulillah...... Si Tengah dan suaminya telah menyiapkan nama untuk bayi perempuan itu. Fathimah Nisrina Nafiys..... Mudah-mudahan Allah memberkahinya, menjadikannya anak yang sehat, cerdas dan shalihah dalam kehidupannya. Aamiin....    

****                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar