Rabu, 31 Agustus 2011

Ujian Sehari Sesudah Ujian

Ujian Sehari Sesudah Ujian

Suasana ceria, penuh tawa. Di hari yang berbahagia, hari raya Aidil Fitri. Meski hari raya itu sendiri dua versi. Yang kemarin dan yang hari ini. Ramadhan, bulan latihan telah berlalu. Kita penuh harap, meski agak ragu-ragu, bahwa kita telah kembali suci. Kembali ke fitrah, seperti pertama kali dilahirkan ibu kita dulu. Semua dosa kita mudah-mudahan telah diampuni Allah. Karena rasa-rasanya, kita telah menjalankan ibadah (tidak hanya puasa) Ramadhan kemarin dengan imaanan wahtisaban. Dengan dasar iman dan penuh keberhati-hatian, dalam menjaga diri, menjaga prilaku, perkataan, pikiran agar jangan sampai bertabrakan dengan yang tidak dikehendaki Allah SWT. Dan sekarang bulan suci itu telah berlalu.

Penuh tawa dan canda. Di tengah pertemuan silaturrahim antar saudara, antar tetangga, antar kerabat. Canda yang elok-elok saja. Yang ringan-ringan saja. Yang tidak menohok dan menyikut. Benarkah?

'Aku kesal,' kata Dulhamid.

'Kenapa lagi?' tanya Abas.

'Lebaran bertikai ini lho. Kenapa sih susah benar menyatukan yang seperti ini,' desahnya.

'Sudahlah. Toh sudah berlalu.' 

'Bukan begitu..... Ada yang mengatakan bahwa puasa kita hari Selasa kemarin itu keliru. Karena sudah masuk bulan Syawal kita masih berpuasa.'

'Kan kita mengikuti arahan pemerintah. Arahan Ulil Amri. Kita kan jadi ma'mum saja. Tidak usahlah itu kita pikirkan pula.'

'Ulil Amri?' Dulhamid mengernyitkan kening.

'Ya, ulil amri......... Yang menguruskan urusan kita......'

'Urusan kita yang mana saja yang diuruskannya?'

'Sudahlah.......'

'Tapi...... Katanya justru tidak boleh taqlid seperti itu. Kita juga harus memikirkan. Entah bagaimana pula caranya aku yang tidak berpengetahuan ini memikirkan.'

'Sudahlah. Aku juga kesal,' Sabar menimpali.

'Nah kau kenapa pula?'

'Aku hari Selasa sudah tidak puasa, tapi aku ikut shalat Id hari Rabu. Katanya yang seperti itu juga salah. Aku dikatakan tidak konsisten.'

'Siapa yang mengatakan begitu?'

'Ada saja orang..... Huh... Kesal.... Sebal....'

'Tidak apa-apa. Kan bukan malaikat yang mengatakan seperti itu kepadamu.'

'Aku kesal karena kebagian tempat shalat dekat kandang kambing. Baunya ya Allah......'

'Itu bagian dari ujian Allah.....'

'Mana imamnya bacaannya panjang sangat lagi...'

'Seberapa panjang? Surah apa yang dibacanya?'

'Aku tidak tahu.... Yang jelas sangat panjang. Katanya yang seperti itu menyalahi contoh Rasul SAW....'

'Wuih, hebat kau. Katanya siapa? Panjang, menyalahi contoh Rasulullah SAW tapi tidak tahu surah yang mana yang dibaca imam. Agak-agaknya kau tidak ikhlas saja. Berapa benarlah panjang bacaan imam dalam shalat. Mungkin memang bukan Qulhu dan Inna a'thaina yang dibacanya.'

'Aku dengar, kata ustadz, imam harus memendekkan bacaannya. Kan di antara ma'mum mungkin ada yang tua-tua. Ibu-ibu yang menyusui, anak yang menangis...'

'Iya, ya.... Tapi tetap saja aku tidak yakin yang kau katakan panjang itu benar-benar panjang, sampai berhelai-helai halaman al Quran. Tidak mungkinlah rasanya akan seperti itu.'

'Mana khotbahnya panjang dan bertele-tele pula....'

'Apa yang dikhutbahkannya?'

'Entahlah. Tentang puasa juga lagi. Tentang memelihara iman dan taqwa juga lagi. Entah apa saja lagi yang disampaikannya. Aku sudah kesal saja bawaannya. Tempat itu bau sekali. Bau kotoran kambing.'

'Itulah yang sebenar-benar ujian. Mungkin waktu menjalani puasa Ramadhan kau masih kurang sabar.'

'Sabar nggak sabarlah. Bagaimana bersabar ketika THR tertunda-tunda pula.'

'Padahal dapat kan?'

'Dapat sih, tapi barang yang mau dibeli dengan uang THR sudah setinggi langit harganya.'

'Itulah....... ujian kesabaran. Sama seperti ketika kau shalat Aidil Fitri itu. Allah mencoba menguji kau sedikit lagi.'

'Seperti itu? Jangan-jangan aku tidak lulus......'

'Serahkan saja kepada Allah! Tapi berlatihlah untuk lebih sabar. Untuk tidak cepat mencela. Apalagi mencela imam dan khatib. Karena kau sendiri mungkin belum mampu untuk jadi imam dan khatib.' 

(Merenung sambil terdiam).


*****                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar