Sabtu, 13 Juli 2013

Bagaimana Mereka Menghafal Al Quran......

Bagaimana Mereka Menghafal Al Quran.....                                                             

Melanjutkan cerita tentang sekolah berbasis menghafal Al Quran, pada mulanya aku tidak punya bayangan yang utuh tentang bagaimana cara melatih seseorang menghafal al Quran. Aku tahu bagaimana caranya menghafal, mengulang-ulang bacaan yang akan dihafalkan itu  berkali-kali sampai benar-benar terkuasai. Tapi menghafalkan al Quran yang 30 juz itu? Menghafal sehafal-hafalnya bahkan tidak boleh keliru panjang pendek bacaan tersebut sedikitpun? Pastilah sesuatu yang sangat berat dan harus dilakukan dengan tekun dan berhati-hati. Aku sampai ke kesimpulan seperti itu, karena aku juga pernah mencoba menghafalkan beberapa ayat al Quran sendirian, dan hasilnya tidak pernah optimal. Sering kali hafalan itu berantakan atau terlupa. 

Ketika baru memulai kegiatan pendidikan di Sekolah Berbasis Menghafal Alquran di Koto Tuo Balai Gurah itu, kami hanya mempunyai satu orang guru (kepala sekolah) yang benar-benar hafidz alias hafal 30 juz. Atas saran sang kepala sekolah, kami berencana mendatangkan dua orang guru tambahan yang sudah hafal al Quran secara utuh. Dia memintaku mengubungi dan menjemput guru tambahan itu ke pesantren mereka di Cipadu, Tangerang. Kebetulan tempatnya berdekatan dengan rumah salah seorang sepupu. Pesantren tersebut adalah sebuah rumah bertingkat. Banyak anak-anak berumur belasan tahun di sana, dan mereka itulah santrinya. Aku sempat berbincang-bincang dengan pimpinan pondok itu, seorang ustad yang usianya jauh lebih muda dariku. Dia bercerita bahwa para santri di sana  khusus menghafalkan al Quran saja. Di rumah itu tidak ada televisi, tidak ada radio, tidak ada koran atau majalah. Jadi para santrinya benar-benar berkonsentrasi untuk menghafal saja. Masing-masing menghafal sesuai dengan kemampuannya, dan secara berkala, setiap hari menyetor hafalannya. Artinya membaca di depan ustad hafalan barunya. Sekali seminggu ada pula keharusan membacakan atau menyetor hafalan selama seminggu terakhir. Begitu pula setelah melalui masa satu bulan, menyetor hafalan sebulan. Dengan demikian hafalan-hafalan itu semakin mantap dan jarang lupa. 

Sehari-hari setiap santri sama-sama menjaga pula hafalan masing-masing dengan saling menyimak dan membetulkan. Begitu rupanya caranya. Dan para santri yang mengkhususkan menghafal al Quran itu mampu menghafalkan al Quran utuh setelah dua setengah sampai tiga setengah tahun. 

Tahun 2010 yang lalu itu kami 'dipinjami' dua orang alumni yang masih muda. Berumur tujuh belas tahunan dan sudah hafal 30 juz. Aku hanya bisa terkagum-kagum melihat mereka. Sebelum berangkat ke Koto Tuo mereka aku bawa terlebih dahulu ke rumahku dan aku perkenalkan kepada jemaah mesjid. Bahkan aku suruh mereka menjadi imam (shalat isya dan shalat subuh). Bacaan keduanya sangat baik dan mantap. Kedua guru muda itu bertugas di sekolah di kampung selama satu tahun lebih. Sayang bahwa mereka harus pergi dari sana sesudah masa beberapa belas bulan, karena alasan pribadi mereka. Yang satu diminta jadi guru di Batam dan yang satunya lagi melanjutkan sekolah. Kami mendapat pengganti dari pesantren yang sama hanya satu orang. Waktu dia datang umurnya baru lima belas tahun. Dan dia seorang hafidz.  

Namanya Arief. Dia berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ke Madinah. Tapi syaratnya, dia harus menyelesaikan sekolah setingkat Aliyah terlebih dahulu untuk dapat melanjutkan sekolahnya ke sana. Sekarang Arief bersekolah di Aliyah di Sungai Pua. Sekolahnya itu sekitar tujuh kilometer dari pondok. Arief tetap tinggal dan jadi guru penghafal sambil dia bersekolah. Anak muda mentah yang penuh semangat. Dipanggil ustadz oleh santri-santri yang jarak umur mereka hanya beberapa tahun. Arief memang terlihat berwibawa di hadapan para santri-santri itu.   

Di sekolah kami cara menghafal juga sama dengan sistim menghafal dan menyetor hafalan. Tapi volume menghafalnya disesuaikan karena mereka juga harus belajar pengetahuan umum. 

****                                                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar