Rabu, 29 November 2017

Meskipun Engkau Lari Rezeki Tetap Mengejarmu

Meskipun Engkau Lari Rezeki Tetap Mengejarmu 


(Dari kiriman teman di WA, tidak disebutkan siapa penulisnya)

Kalaulah rezeki itu diukur dari hasil kerja keras, maka kuli bangunanlah yang  akan cepat kaya. Jika rezeki itu ditentukan dari lamanya waktu kerja maka warung kopi 24 jam lah yang akan lebih banyak mendapatkannya. Jika rezeki itu milik orang pintar saja maka dosen yang bergelar panjang yang akan lebih kaya. Jika rezeki itu datangnya karena jabatan atau pangkat tinggi maka presiden dan rajalah orang yg akan menduduki 100 orang terkaya di dunia.
Rezeki itu karena kasih sayang Allah.
'Ketika mencari rezeki jangan mengejar jumlahnya.... Tetapi carilah berkahnya " ( Ali bin Abi Thalib )_

Meskipun Engkau Lari Rezeki Tetap Mengejarmu.

'Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya (untuk menjalankan perintah Allah) sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya.' (HR Ibnu Hibban)

Miskin kaya sudah ada yang mengaturnya.

Abdurrahman bin Auf radhiyallahu anhu selalu gagal jadi orang miskin.

Jika tiba-tiba kondisi ekonomi "down", saya selalu terhibur mengingat kisah bisnis Abdurrahman bin Auf, tentang investasinya membeli kurma busuk.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, Abdurrahman bin Auf  akan masuk surga terakhir karena terlalu kaya. Ini karena orang yang paling kaya akan dihisab paling lama.
Maka mendengar ini, Abdul Rahman bin Auf  pun berfikir keras, bagaimana agar bisa kembali menjadi miskin supaya dapat masuk surga lebih awal. Setelah Perang Tabuk, kurma di Madinah yang ditinggalkan sahabat menjadi busuk. Lalu harganya jatuh.
Abdurrahman bin Auf pun menjual semua hartanya, kemudian memborong semua kurma busuk milik sahabat tadi dengan harga kurma bagus.
Semuanya bersyukur. Alhamdulillah... kurma yang dikhawatirkan tidak laku, tiba-tiba laku keras! Diborong semuanya oleh Abdurrahman bin Auf. Sahabat gembira. Abdurrahman bin Auf pun juga gembira.
Sahabat lain gembira sebab semua dagangannya laku. Abdurrahman bin Auf gembira juga sebab dia berharap jatuh miskin! Masya Allah....hebatnya.
Coba kalau kita? Usaha diuji dikit, udah teriak tak tentu arah.
Abdurrahman bin Auf  merasa sangat lega, sebab tahu akan bakal masuk surga dulu, sebab sudah miskin.
Namun... Masya Allah.... Rencana Allah Subhanahu wa ta'ala itu memang terbaik.. Tiba-tiba, datang utusan dari Yaman membawa berita, Raja Yaman mencari kurma busuk.
Rupa-rupanya, di Yaman sedang berjangkit wabah penyakit menular, dan obat yang cocok adalah KURMA BUSUK !
Utusan Raja Yaman berniat memborong semua kurma Abdurrahman bin Auf r.a dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.

Allahu Akbar....


Orang lain berusaha keras jadi kaya. Sebaliknya, Abdurrahman bin Auf berusaha keras jadi miskin tapi selalu gagal. Benarlah firman Allah:
'Wahai manusia, di langit ada rezeki bagi kalian. Juga semua karunia yang dijanjikan pada kalian " ( Adz Dzariat ayat 22).
Jadi.. yang banyak memberi rezeki itu datangnya dari kurma yang bagus atau kurma yang busuk?
Allah Subhanahu wa ta'ala lah yang Memberi rezki
Semoga kisah ini dapat *menyuntik kembali semangat* dalam diri kita semua, yang sedang diuji dalam pekerjaan dan usaha kita, UNTUK LEBIH MENGUTAMAKAN URUSAN Kepada Allah dibanding urusan dunia yang sementara ini, aamiin. Kisah diatas sesuai dengan hadist; Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu , ia mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‎مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya.
Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. ”
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Mâjah (no. 4105); Imam Ibnu Hibbân (no. 72–Mawâriduzh Zham’ân); al-Baihaqi (VII/288) dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu.
Lafazh hadits ini milik Ibnu Mâjah rahimahullah.

Minggu, 26 November 2017

Jamaah Shalat Subuh

Jamaah Shalat Subuh      

Shalat fardhu berjamaah di masjid adalah amalan yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah terutama bagi laki-laki. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskankan, bahwa shalat fardhu berjamaah di masjid itu menjadi pembeda antara orang beriman dan orang munafik. Dan di antara shalat berjamaah di mesjid yang paling berat adalah shalat isya dan subuh. Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan, 'Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.' (Hadits riwayat Bukhari  dan Muslim). 

Buya Hamka pernah mengatakan kalau ingin melihat jumlah orang Islam di suatu negeri lihatlah ketika mereka mendatangi shalat Id. Akan tetapi kalau ingin melihat jumlah orang beriman di negeri itu lihatlah ketika mereka hadir di mesjid untuk shalat subuh.

Di komplek perumahan kami yang kecil, yang terdiri dari sekitar 200 buah rumah, kami mempunyai sebuah mesjid jami'. Mesjid tempat dilaksanakannya shalat fardhu berjamaah. Beberapa belas tahun yang lalu, jamaah shalat (terutama subuh) mesjid ini mencapai seratusan orang, terdiri dari 70an orang laki-laki dan sisanya jamaah wanita. Lumayan banyak mengingat jumlah itu meningkat dalam beberapa tahun, dari sebelumnya hanya belasan orang saja. Umumnya para jamaah tersebut adalah pensiunan. Namun jumlah itu pelan-pelan menurun, sehingga yang tinggal hanya sekitar 60 - 70 orang saja, karena satu persatu dipanggil Allah Ta'ala serta ada juga yang pindah alamat.

Tapi sejak lebih kurang setahun terakhir, jumlah jamaah kembali meningkat bahkan jumlahnya lebih tinggi dari yang pernah dicapai belasan tahun yang lalu itu. Yang cukup menarik jumlah jamaah yang masih muda juga bertambah. Bahkan ada anak-anak yang berusia dibawah sepuluh tahun, ikut dengan ayahnya dengan rajin setiap subuh. Shalat yang paling ramai jamaahnya di mesjid kami adalah shalat subuh dan maghrib.

Mudah-mudahan Allah meneguhkan hati kami para jamaah mesjid ini untuk tetap istiqamah menegakkan shalat fardhu berjamaah. Aamiin.

****

Rabu, 22 November 2017

Si Pembohong Tanpa Rasa Malu

Si Pembohong Tanpa Rasa Malu  

Rowan Atkinson atau yang lebih dikenal sebagai Mr. Bean, dalam sebuah lawakannya mempertunjukkan suasana di neraka ketika manusia akan diadili di pengadilan Tuhan. Dipanggilnya satu persatu (mulai dari orang perorang sampai kelompok orang-orang) para penghuni neraka tersebut, di suruh berbaris di tempat yang ditunjuknya. Di antara yang dipanggil itu ada pencuri, pelacur dan..... lawyers...   

Lawyers ini dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai pengacara, yang biasanya jadi pembela kepada orang-orang yang sedang berurusan dalam masalah hukum di pengadilan. Pembela akan membela mati-matian kliennya agar terbebas dari jerat hukum. Target dari pembela adalah membebaskan kliennya dari ancaman hukuman atau setidak-tidaknya mendapat hukuman seringan mungkin. Untuk itu dia mendapat bayaran dari orang yang dibelanya. Jadi sangat mudah difahami kalau dia habis-habisan dalam pembelaan.

Cara pembelaan itu seyogianya tentu dengan argumentasi ilmiyah secara hukum. Mencari kelemahan tuduhan yang disampaikan jaksa dan berusaha mementahkannya. Namun dalam kenyataan, pembelaan itu kadang-kadang jadi berlebih-lebihan noraknya. Si pembela sanggup berbohong dalam pembelaannya. 

Kita baru saja menyaksikan kesaksian seorang pembela kepada seorang tersangka yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan itu sendiri penuh dengan hal-hal yang menjadikan orang awam mengernyitkan kening, saking anehnya. Si tersangka dibawa ke rumah sakit. Oleh pembelanya dinyatakan bahwa dia (si tersangka) dalam keadaan cedera parah. Disebutkan kondisi fisiknya yang babak belur namun ternyata semua itu hanya rekayasa. Dua hari kemudian si tersangka dijemput paksa petugas hukum yang ternyata dalam keadaan baik-baik saja. Tidak ada sama sekali kondisi cedera berat yang diberitakan si pengacaranya.

Maka tahulah orang ramai betapa bohongnya sang pengacara. Yang tanpa malu-malu menyebarkan berita dusta untuk kepentingan kliennya.   

****            

Selasa, 21 November 2017

Demi Waktu

Demi Waktu      

Pada kesempatan ta'lim Ahad ba'da subuh di mesjid komplek kami, ustad membahas tentang penggunaan waktu. Setiap manusia diberi waktu yang sama setiap hari yakni dua puluh empat jam. Manusia menggunakan waktu itu dengan cara berbeda. Waktu yang kita lalui, detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari selama kita hidup. 

Allah bersumpah; Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih. Yang saling berwasiat tentang yang haq. Yang saling berwasiat tentang kesabaran. (Surat Al 'Ashr ayat 1 - 3).

Waktu bagaikan anak panah yang melesat dan tidak pernah kembali. Yang sudah berlalu akan tinggal di belakang, semakin menjauh dari ujung kehidupan. Sangatlah bijak kalau kita pandai mengatur penggunaan waktu bukan saja untuk kepentingan dunia tapi yang lebih utama adalah untuk bekal di akhirat.  

Penggunaan waktu itu bisa bernilai ibadah, atau bernilai kemungkaran atau tidak bernilai apa-apa di sisi Allah. Waktu kita shalat, atau berpuasa atau melakukan ibadah-ibadah maka itulah yang bernilai positif. Sebaliknya ketika kita melakukan hal-hal yang dilarang Allah atau kita berbuat maksiat nilainya adalah negatif. Lalu banyak waktu yang kita gunakan untuk hal-hal yang 'boleh' dilakukan, tidak bernilai ibadah dan tidak pula berupa kemaksiatan. Termasuk di dalamnya ketika kita bekerja, makan minum, berolah raga, bepergian untuk melancong, beristirahat, tidur dan sebagainya.

Kegiatan seperti ini bisa menjadi kegiatan ibadah, jika kita melakukannya dengan membaca bismillah dan tidak berbuat kemungkaran dalam melakukannya. Misalnya waktu kita bekerja mencari nafkah, kita awali dengan bismillah, dalam bekerja itu tidak kita lakukan hal-hal yang mungkar. Maka nilainya jadi ibadah. Makan jadi ibadah ketika kita awali dengan ucapan bismillah dan yang kita makan bukan bahan yang haram. Begitu juga dengan tidur. Disunnahkan untuk berwudhu sebelum tidur dan membaca doa. Maka tidur itu akan menjadi ibadah. 

Banyak orang menggunakan waktunya untuk bermain-main, istilah kerennya untuk bersenang-senang. Seandainya bermain-main itu tidak disertai dengan kemungkaran dia tidak akan menjadi perbuatan dosa. Tapi sangat rentan untuk berubah menjadi dosa ketika kita, karena bermain itu jadi lalai untuk melaksanakan perintah Allah untuk shalat. Atau dalam bercengkerama ketika bermain terlibat dalam ghibah. 

Kita akan ditanyai Allah di akhirat kelak tentang waktu yang kita lewatkan dalam hidup, untuk apa saja kita gunakan. Berapa banyak yang bernilai ibadah dan berapa banyak yang dipakai untuk bermaksiat atau berbuat dosa. Di sanalah kita akan merasakan kerugian seperti yang diperingatkan Allah kalau kita tidak pandai-pandai menggunakan waktu.

**** 

Sabtu, 11 November 2017

Peringatan Demi Peringatan

Peringatan Demi Peringatan  

Pandanglah ke sekeliling kita. Banyak sekali peringatan dari Allah. Untuk mengingatkan kita agar sadar bahwa kita ini tidak ada siapa-siapanya. Aku berjumpa dengan seorang teman sekantor. Yang paling tepat mungkin bukan teman karena dia itu memang karyawan papan atas. Seorang manager yang gagah dan perkasa beberapa puluh tahun yang lalu. Disegani, dihormati bahkan ditakuti oleh sebagian karyawan karena jabatannya yang tinggi. Waktu itu dia adalah seorang penentu dalam kebijaksanaan dan pembuatan peraturan perusahaan. 

Sekarang, dia sakit. Penampilannya sangat jauh berbeda dengan ketika dia gagah dulu. Kata orang penyakitnya sebangsa azheimer. Tidak mengenali lagi orang-orang di sekelilingnya. Entah sejak kapan dia sakit, aku tidak tahu. Tapi yang pasti proses datangnya penyakit itu terjadi dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama. Katakanlah dalam bilangan pekan, atau bulan, atau tahun sekalipun. Segala sesuatunya berubah drastis. Badan yang tadinya kuat dan gagah tiba-tiba ambruk. Penampilan yang tadinya berwibawa dan memukau tiba-tiba jadi seperti orang tak berdaya. 

Sadarkah kita bahwa kejadian seperti ini bisa terjadi kepada siapa saja? Bahkan bisa saja seseorang yang sedang gagah-gagahnya dijemput oleh malaikat maut? Bagi kita yang mau memperhatikan, sesungguhnya contoh seperti ini adalah peringatan yang sangat nyata. Engkau tidak ada apa-apanya. Ketika Allah mencabut sesuatu yang sepertinya milikmu, engkau tidak kuasa mempertahankannya. Sebutlah, apakah itu kekayaan, pangkat, kekuasaan. Semua pasti berakhir pada saat yang ditetapkan Allah. 

Kalau kita sadar dengan peringatan demi peringatan itu, maka banyak-banyaklah mengingat Allah. Mengingat bahwa kita akan kembali kepadaNya untuk mempertanggungjawabkan setiap pemberian-Nya yang kita terima. Pertanggungjawaban yang hanya menyiksakan dua konsekwensi. Diterima dan diridhai Allah maka balasannya adalah surga-Nya. Atau ditolak dan dimurkai-Nya lalu kita akan dihukum dalam siksa neraka. 

Mudah-mudahan kita mampu memahami setiap peringatan Allah. Dan mudah-mudahan kita senantiasa ditunjuki-Nya ke jalan-Nya yang lurus. Aamiin.

****  

Senin, 06 November 2017

Selalulah Libatkan Allah Dalam Urusanmu

Selalulah Libatkan Allah Dalam Urusanmu 

Kita selalu berhadapan dengan masalah dalam hidup ini. Dari masalah sederhana sampai masalah yang paling rumit. Kadang-kadang kita bingung, tidak tahu bagaimana caranya keluar dari masalah yang kita hadapi. Kemana-mana buntu, tidak terlihat sedikitpun jalan keluar. Maka segeralah minta pertolongan Allah. Mohon ampun kepada Nya dan mohon petunjuk Nya. Mohon agar diberikan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Seperti itulah sikap orang-orang yang beriman. 

Adakalanya pula kita merasa tidak bermasalah dalam mengambil keputusan. Merasa bahwa kita melihat sesuatu itu aman-aman saja menurut akal pikiran kita. Tidak terpikirkan sesuatu yang mungkin saja terjadi dibalik itu. Justru di sanalah kekeliruan kita, ternyata, sesuatu yang kita perkirakan akan aman-aman saja, sesuai dengan telaahan akal kita, ternyata berakhir di luar dugaan. Allah telah peringatkan di dalam firmannya pada surat Al Baqarah ayat 216; 'Boleh jadi yang kamu benci itu mendatangkan kebaikan bagimu, boleh jadi pula yang kamu senangi itu mendatangkan keburukan kepadamu. Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui.'   

Bagaimana caranya kita mengambil keputusan di saat-saat genting? Hendaklah libatkan Allah. Lakukan shalat istikharah. Minta petunjuk Nya apakah sesuatu itu perlu diteruskan atau barangkali harus ditinggalkan. 

Seorang anak muda yang sedang mencari calon pasangan hidup. Bertemu dengan seorang gadis yang sepintas menarik perhatiannya. Dia coba melakukan pendekatan untuk mengetahui dan mengenalnya. Tapi tetap dia tidak tahu secara utuh bagaimana sesungguhnya keperibadian gadis itu. Seyogianya pemuda ini beristikharah. Meminta pertolongan Allah sebelum mengambil keputusan. Misalnya saja dengan berdoa, 'Ya Allah, hati hamba tertarik kepada si Fulanah ini dan hamba ingin menjadikan dia pasangan hidup hamba. Ya Allah, seandainya dia akan menjadi pasangan hidup yang baik bagi hamba untuk kebaikan dunia dan akhirat di bawah ridha Engkau, maka mudahkanlah ya Allah urusan ini bagi hamba. Akan tetapi seandainya dia, jika menjadi pasangan hidup hamba akan membawa keburukan kepada hamba untuk urusan dunia dan akhirat hamba, maka pisahkanlah dia dari hamba dan gantilah calon pasangan hamba dengan yang lebih baik.' 

Begitu juga sebaliknya seandainya seorang anak gadis dipinang atau didekati oleh seorang anak muda. Mintakan petunjuk Allah apakah si pemuda itu akan membawa kebaikan untuk dunia dan akhirat sebelum menerima pinangannya. Jangan buru-buru menerima atau jangan buru-buru menolak. Karena kita tidak tahu apa-apa yang jadi rahasia Allah. Kita tidak tahu dan Allah yang mengetahui siapa dan bagaimana dia. Dan kita mintakan pertolongan Allah sebelum membuat keputusan.

****                     

Kamis, 02 November 2017

Tentang Kematian (Lagi)

Tentang Kematian (Lagi)  

Agak terkesiap aku waktu sampai di mesjid subuh tadi. Ada keranda jenazah di sudut bagian belakang mesjid untuk dishalatkan sesudah shalat subuh. Aku tidak tahu jenazah siapa. Aku sempat bertanya sebelum shalat subuh dan dijawab itu adalah jenazah pak N. Pak N ini waktu maghrib tadi masih ikut shalat berjamaah. Aku sangat kaget mendengar tapi tidak melanjutkan pembicaraan tentang kematiannya karena iqamat sudah dikumandangkan.

Pak N ini adalah warga komplek yang sudah lebih dahulu dariku jadi warga lingkungan ini. Hanya saja sejak beberapa tahun terakhir dia lebih banyak tinggal di kampungnya di Jawa Tengah. 

Sejak dua bulan terakhir dia kembali muncul di komplek kami, tinggal bersama anaknya. Kondisi tubuhnya agak kurang sehat. Sepertinya dia pernah mengalami stroke. Berjalan tertatih-tatih dengan menggunakan tongkat. Yang agak berbeda sejauh yang aku amati dia jadi sangat rajin berjamaah ke mesjid. Pernah ketika aku lihat dia tidak terlalu kuat berdiri, aku anjurkan untuk menggunakan kursi dan shalat sambil duduk, dia menolak dan mengatakan dia tidak apa-apa. Alhamdulillah memang tidak ada masalah waktu itu.  

Tadi malam dia masih ikut shalat maghrib berjamaah dengan kami. Aku tidak memperhatikan apakah dia juga hadir di saat shalat isya. Menurut anaknya, jam setengah dua belas dia terjatuh dari tempat tidur. Karena kondisinya mengkhawatirkan oleh anaknya segera dibawa ke rumah sakit. Rupanya itulah akhir hayatnya. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. 

Jenazahnya dimandikan dan dikafani di rumah sakit. Sepertinya tadi subuh itu langsung dibawa ke mesjid untuk dishalatkan. Sesudah dishalatkan jenazahnya dibawa ke kampungnya di Majenang.

Mudah-mudahan pak N meninggal dalam husnul khaatimah.....

****