Senin, 17 November 2014

Wisata Ranah .... (lanjutan)

Wisata Ranah .... (lanjutan)  

Jam 4 subuh aku terbangun, langsung ke kamar mandi dan berwuduk. Lalu kubangunkan istri untuk bersiap-siap pula. Aku memperkirakan waktu subuh kurang dari jam setengah lima. Jam 4.20 pintu kamarku diketuk. B bertiga rupanya sudah siap untuk berangkat. Kami memang telah berniat untuk pergi shalat subuh ke mesjid subuh ini. Untuk sampai di mesjid Raya di Pasa Ateh (Pasar Atas) hanya perlu waktu kurang dari 5 menit. Jam setengah lima kurang kami sudah sampai di sana. Mesjid itu terang benderang tapi tidak ada satu orangpun di dalam. Jadi kami adalah jamaah pertama yang hadir di subuh itu. Ternyata azan subuh baru dikumandangkan jam 4.40. Bersahut-sahutan antara beberapa mesjid berdekatan.   

Bacaan imam shalat subuh itu sangat indah dan tartil. Sehabis zikir dan doa sesudah shalat ada ta'lim yang disampaikan ustadz yang lain. Kami mendengar ta'lim itu sampai selesai. Sudah mulai terang waktu kami keluar dari mesjid. Sekarang kami menuju ke Taluak - Jambu Ayia, di jalan arah ke Padang untuk sarapan di sebuah warung. Keistimewaan warung itu adalah hidangan sup panas untuk sarapan. Sebuah makan pagi yang lumayan berat. Setelah sarapan, kami kembali ke hotel.  

Jam delapan kami mulai kunjungan wisata untuk hari itu. Pertama sekali kami mampir lagi ke Pesantren di Koto Tuo untuk melihat keadaannya di waktu siang. Cuaca cukup cerah. Gunung Marapi dan Singgalang terlihat utuh di sebelah selatan. Indah dan gagah sekali. Murid-murid sedang belajar di kelas masing-masing. Aku menyempatkan berbincang-bincang sebentar dengan ustadz A, kepala sekolah.

Seterusnya kami lanjutkan perjalanan menuju Lembah Harau. Kami berkendaraan dengan santai. Tidak banyak kendaraan yang lalu lalang di pagi itu. Jam setengah sepuluh kami sampai di Harau, di dekat air terjun utama. Hanya kami pengunjung pagi ini. Kami beristirahat di sebuah warung di depan air terjun, sambil memandang air yang jatuh cukup deras. 



Kami tidak lama di Harau. Tujuan berikutnya adalah Pagaruyung. Dari Harau kami susuri kembali jalan ke Payakumbuh, terus arah ke Bukit Tinggi. Di Piladang, kami berbelok ke kiri menuju Batusangkar, dan akhirnya terus ke Istano Basa Pagaruyung. Tempat ini pernah kami kunjungi (aku dan B dalam rombongan karyawan Total) di tahun 2003. Istano yang lama sudah terbakar tahun 2007. Yang kami kunjungi kali ini adalah bangunan baru pengganti yang terbakar.  

Azan zuhur berkumandang ketika kami masih di rumah gadang Istano Basa ini. Kami segera menuju mesjid yang terletak beberapa puluh meter dari sini. Sesudah shalat kami tinggalkan Pagaruyung. Kali ini menuju Padangpanjang dan kampung Ombilin di tepi danau Singkarak.  

Jalan mulus dan berliku menuju Padangpanjang. Tidak banyak kendaraan sehingga kami dapat melaju dengan santai. Melewati kampung Ombilin beberapa kilometer, kami berhenti di pinggir danau. Memandang keelokan danau Singkarak dengan airnya yang lebih bersih dibandingkan air danau Maninjau karena di sini tidak ada keramba tempat pemeliharaan ikan. 

Setelah berhenti di pinggir danau itu lebih kurang 20 menit kami berputar arah, kembali menuju Padangpanjang. Kunjungan ke kota ini khusus untuk singgah ke kedai sate mak Syukur. Saat itu sudah hampir jam tiga siang. Sudah lumayan lapar.

Dari kedai sate kami lanjutkan perjalanan pulang ke Bukit Tinggi.

****                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar