Rabu, 18 Juli 2012

30 Tahun Yang Lalu

30 Tahun Yang Lalu

Di Balikpapan, di tempat aku dan keluarga bermukim ketika itu. Tempat aku bekerja mencari nafkah. Kota yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan untuk jadi tempat tinggal. Tapi tiba-tiba jadi pilihan yang paling reasonable dibandingkan dengan Tembagapura yang terlalu jauh dan Jakarta yang terlalu sumpek. Tahun 1979, aku sudah menganggap Jakarta tidak menarik untuk jadi tempat tinggal karena kesumpekannya itu. Karena kalau aku bekerja di Jakarta, tentu harus mencari dan menyewa rumah yang sederhana, yang sewanya relatif murah. Rumah seperti itu pasti tidak akan nyaman, begitu yang terpikir. 

Maka Balikpapan, sekali lagi menjadi sangat menarik. Meski pada awal-awalnya cukup  banyak tantangan juga. Anakku yang pertama lahir di Bukit Tinggi, ketika aku baru menyelesaikan masa percobaan di tempat bekerja. Bayi kecil itu kami bawa hijrah ke Balikpapan di saat dia berumur 3 bulan. Kami mula-mula tinggal di sebuah rumah sewa di jalan Gunung Guntur, sebuah rumah sederhana. Dengan air tanah yang tidak baik, mengandung zat besi dan berbau. Tapi kami bisa mengambil air minum dari keran di kantor yang dibawa dengan jerigen yang ditaruh di bagasi service car yang dipinjamkan kepadaku.

Setelah hampir setahun di rumah sewa barulah aku mendapat fasilitas perumahan kantor. Tinggal di rumah yang lebih baik dan peralatan rumah tangga dipinjamkan oleh kantor. Sebuah rumah yang disewakan kantor, terletak di jalan Gunung Sari Ulu. Balikpapan terasa jadi lebih nyaman. Dan...... kami merencanakan anak kedua. 

Meski istriku sudah mempersiapkan diri untuk hamil, selama beberapa bulan pertama kehamilannya, dia tidak merasa seperti orang hamil. Dia aktif berolah raga dan tidak pernah mengalami gangguan kesehatan. Di awal bulan ketiga, baru ada sedikit perubahan. Dia pergi memeriksakan diri dan oleh dokter dijelaskan bahwa dia telah hamil tiga bulan. Kehamilan yang enteng-enteng saja baginya. Dia masih tetap aktif dalam pergaulan dengan teman-temannya dan menyetir kemana-mana. Adiknya datang berkunjung ke Balikpapan ketika itu. Pada saat aku pergi bekerja dan menginap beberapa hari di menara pemboran, kedua kakak beradik itu bertanding-tanding makan durian. Alhamdulillah, tidak ada masalah.

Sampailah pada tanggal yang sama seperti hari ini di tahun 1982, anak kedua kami lahir. Hari-hari terakhir bulan Ramadhan. Kali ini aku hadir di ruang persalinan melihat proses kelahirannya. Subhanallah.... Dan yang lahir itu anak perempuan kedua. Kecewa? Karena berharap akan dapat anak laki-laki? Sama sekali tidak. Aku bersyukur atas anugerah Allah yang sangat elok itu. Aku katakan kepada istriku bahwa dia adalah anak kurnia Allah di bulan Ramadhan. Maksudnya? tanya istriku. Maksudnya aku menamainya seperti itu. Dia anak (kurnia Allah di bulan) Ramadhan. Diringkas dan sedikit dirobah menjadi, Diana Rimadany.  

Sekarang bayi tiga puluh tahun yang lalu itu pulang kampung dan bertempat tinggal di Balikpapan. Dia sekarang umi dari seorang anak laki-laki berumur 2 tahun lebih dan sangat menyukai kota kelahirannya.

*****         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar