Menangislah Karena Takut pada Allah (Dari Islampos)
Senin 16 Zulkaedah 1436 / 31 Agustus 2015 15:40
Oleh : Mabsus Abu Fatih, @mabsus
MENANGIS merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Bisa
dipastikan, tidak ada manusia –termasuk kita- yang tidak pernah menangis
selama hidupnya. Ya, menangis adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan. Ada yang menangis karena hal yang membahagiakan. Mendapatkan
keturunan, atau mendapatkan jodoh yang telah dinanti sekian lama
misalnya.
Ada juga menangis yang disebabkan karena duka mendalam. Duka
kehilangan sanak saudara, kehilangan orang terkasih, kehilangan harta
benda atau karena terusir dari tempat kelahiran seperti yang dialami
saudara-saudara kita di Palestina. Mereka menangis karena diusir oleh
kaum Zionis terlaknat.
Contoh lain yang terbaru adalah apa yang dialami saudara-saudara kita
di Kampung Pulo – Jakarta Timur. Mereka harus menangis lantaran dipaksa
pindah dari Kampung Pulo, tempat yang telah mereka tempati selama tiga
generasi lamanya. Wajar mereka menangis. Bagaimana tidak, awalnya mereka
dijanjikan kampung deret di lokasi yang sekarang diratakan, tapi
nyatanya mereka malah digusur.
Bagaimana tidak menangis, mereka digusur gubernur DKI Jakarta, Ahok
dengan alasan telah menempati lahan yang seharusnya menjadi resapan air.
Sementara pada saat yang sama, mereka menyaksikan bagaimana perumahan
elit dan mall yang juga sama-sama berdiri di lahan yang menjadi resapan
air ternyata dibiarkan begitu saja.
Mall Kelapa Gading dan Kelapa Gading Square adalah contoh dari
bagunan mewah dan sentra bisnis yang telah merebut daerah resapan air
bahkan persawahan. Kenapa Mall Kelapa Gading dan Kelapa Gading Square
tidak disentuh, sementara Kampung Pulo diobrak-abrik? Apakah karena Mall
Kelapa Gading dan Kelapa Gading Square milik konglomerat dan kapitalis?
Semoga Allah memberikan kesabaran kepada saudara-saudara kita di
Kampung Pulo, dan daerah-daerah lainnya. Hanya kepada Allah-lah urusan
orang-orang dzalim kita serahkan.
Kembali kepada persoalan menangis. Apakah menangis hanya terjadi
karena hal bahagia atau duka mendalam semata? Ternyata tidak. Ada
penjelasan ulama yang berkaitan dengan menangis. Pendapat Syaikh Shalih
bin Shuwailih Al-Hasawy dalam bukunya Tangis Para Salaf hal. 17-18
misalnya. Dalam buku yang merupakan terjemahan dari “Al-khosyatu wa al-bukâu”
tersebut, Syaikh Shalih bin Shuwailih al-Hasawy menjelaskan bahwa
tangisan terbagi menjadi tiga macam.
Pertama, tangisan karena kegembiraan dan tangisan kebahagiaan. Contoh
dari tangisan ini adalah sebagaimana disebutkan dalam kisah hijrah Abu
Bakar ash-Shiddiq, ketika beliau berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam: “Bolehkah aku menyertaimu wahai Rasulullah?”. Rasul
menjawab: “Ya”. ‘Aisyah menceritakan: “Maka menangislah Abu Bakar karena
gembiranya. Padahal sebelumnya tidak pernah aku mengira ada seseorang
yang menangis karena gembira”
Kedua, tangisan karena kesedihan sebab telah kehilangan kekasih atau
karib kerabat, atau karena musibah yang menimpa kaum muslimin. Ini
merupakan kasih sayang yang Allah resapkan ke dalam hati
hamba-hamba-Nya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah Shallallu
‘alaihi wa sallam ketika beliau meneteskan air mata di saat kematian
putera beliau bernama Ibrahim. Abdurrahman bin ‘Auf berkata kepada
beliau: “Engkau juga menangis wahai Rasulullah?”. Beliau berkata: “Wahai
Ibnu ‘Auf, ini adalah air mata kasih sayang”
Ketiga, ini merupakan jenis tangisan yang paling agung dan paling
mulia. Yaitu, tangisan karena takut kepada Allah Subhânahu wa ta’âlâ.
Tangisan jenis ini disebutkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dalam Al-Qur’an, misalnya disebutkan di dalam QS Al-Isrâ’[17] :
107-109, “Katakanlah, ‘Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman
(sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi
pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka
menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, Dan mereka berkata: “Maha
suci Tuhan Kami, Sesungguhnya janji Tuhan Kami pasti dipenuhi”. Dan
mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah
khusyu’.
Disamping QS Al-Isra tersebut, ayat yang membicarakan tentang
menangis karena takut kepada Allah bisa ditemukan di dalam QS Maryam
[19]:58, QS Al-Mâidah [5]:83, at-Tawbah [9]:91-92, QS An-Najm
[53]:59-60.
Juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, ”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Tidak akan masuk neraka seorang lelaki yang menangis
karena takut kepada Allah, sehingga air susu kembali ke puting susunya.
Dan tidak akan berkumpul debu fi sabilillah dengan asap jahannam
selamanya’” (HR at-Tirmidzi dan An-Nasâi, at-Tirmidzi berkata: “Hasan
Shahîh.”)
Lebih dari itu, menangis karena takut kepada Allah SWT bukan hanya
agung dan mulia, melainkan juga merupakan amalan yang disunahkan. Bahkan
perasaan takutnya seorang hamba kepada Allah itu sendiri fardlu
hukumnya. (Min Muqâwimât an-Nafsiyah al-Islâmiyah, Daarul Ummah, Beirut.
Hal. 40 dan Hal. 46)
Semoga kita termasuk orang-orang yang bukan hanya bisa menangis
lantaran bahagia dan sedih semata, tetapi kita juga bisa menangis
lantaran takutnya kita kepada Allah Ta’ala. Âmîn Yâ Rabbal ‘Âlamîn.
Wallâhu a’lâm bi al-shawâb.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar