Rabu, 22 April 2015

Allah Akan Menguji Kesungguhan Dan Komitmen Kita (Dari Dakwatuna.com)

Allah Akan Menguji Kesungguhan dan Komitmen Kita

Oleh: Sri Kusnaeni, S.TP. ME.I - 27/03/15 | 18:48 | 08 Jumada al-Thanni 1436 H



dakwatuna.com - Tiap peristiwa dalam jenak kehidupan ini sesungguhnya tidak pernah sepi dari hikmah dan pelajaran yang ingin Allah berikan kepada kita. Apa yang sudah yakini, kita ucapkan dan kita dakwahkan, akan dilihat Allah sejauh mana komitmen dan kesunggguhan kita dalam mengamalkannya. Kita akan diuji kesabarannya, sehingga Allah melihat siapa diantara hamba-hambanya yang bersungguh sungguh dan bersabar.

Tengoklah kembali firman Allah swt di suarat Al-Ankabut ayat 2 “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan kami telah beriman (dalam makna yang luas, meyakini suatu prinsip, nilai, pelajaran dan arahan dari Allah dan Rasulnya) dan mereka tidak di uji?“

Ketika hari ini kau telah mengajarkan besarnya nilai ketaatan istri kepada suami, sebagai seorang istri dalam waktu dekat engkau akan bertemu dengan kesempatan dimana engkau diminta melakukan sesuatu untuk mentaati suamimu, mungkin dalam hal yang terasa berat untuk melaksanakannya, karena begitu padatnya hari harimu dengan aktivitas lain.

Ketika hari ini kau telah mengajak orang lain untuk memiliki sikap dermawan dan gemar memberi , bersedekah, berinfaq, boleh jadi dalam selang waktu yang tidak berbilang, tiba tiba kau didatangi tetangga yang ingin meminjam uang keperluan yang mendesak.

Ketika dalam ceramahmu tadi telah mengajak jamaah untuk mendisiplinkan diri dengan shalat tepat waktu dan berjamaah, tanpa di rekayasa dan direncanakan olehmu, mungkin saat adzan berkumandang, tiba-tiba datang telpon, sms, atau wa yang berisi pesanan bisnis yang harus segera direspon.

Saat tetanggamu meminta nasehat agar bisa bersabar dalam mendidik anak, dan dengan lancar dari lisanmu meluncur nasehat nasehat bijak dan kiat bagaimana bersabar menghadapi berbagai tingkah anak, sangat mungkin sepulang sekolah anak kita tiba tiba membuat ulah yang membangkitkan emosi kita.

Saat dalam status Fb mu telah mengajak untuk menjadi pribadi yang gemar tersenyum pada saudara dan tidak suka cemberut, akan sangat mungkin dalam beberapa jam ke depan akan bertemu dengan seseorang yang selama ini telah membuat kita kesel hati.

Saat di depan murid-muridmu engkau telah mengajak mereka untuk selalu berbuat baik kepada orang tua/birrul waalidain. Tak disangka tiba tibamu orang tua menelpon minta dianter ke dokter, padahal saat itu mungkin engkau sedang terburu-buru mengejar satu jadwal kajian.

Dan seterusnya dan seterusnya, banyak moment dan kejadian yang Allah hadirkan untuk kita bisa membuktikan kesungguhan dan komitmen terhadap suatu kebaikan. Ibaratnya, sebelum orang lain merasakan “beratnya” kebaikan, Allah ingin agar engkau merasakan dahulu pengalaman itu. Sampai kebaikan kebaikan itu bisa menjadi akhlakmu yang kokoh. Maka jika engkau lulus, bukan berarti juga pelajaran pelajaran lain tidak akan berdatangan kembali, ia akan terus hadir mengisi kehidupanmu, hingga kehidupan ini telah berpindah ke bumi (kuburan).

Suatu kali, seorang ulama diminta berkhutbah membahas tentang keutamaan membebaskan budak. Permintaan pertama kedua, dan berikutnya tidak mau dipenuhi oleh ulama tersebut, sampai pada suatu saat ulama tersebut baru meng iya kan untuk berkhutbah dengan tema membebaskan budak. Ketika ditanya alasannya , kenapa baru kali beliau meng-iya-kan dan tidak dari kemarin kemarin, ulama tersebut menjawab bahwa “saya belum pernah membebaskan budak, maka saya tanya untuk berbicara tentang keutamaan membebaskan budak. Hingga saya berpikir untuk bisa menabung agar bisa membebaskan budak. Dan saat ini saya telah berhasil membebaskan seorang budak, maka saya berani untuk menyampaikan tema tersebut.

Secara fitrah, memang kita akan merasa berat, bahkan boleh jadi lidah menjadi kelu, saat harus menyampaikan tentang sesuatu yang kita sendiri belum mengamalkannya. Ada beban psykologis yang menggelayut. Memang ada tema yang harus kita sampaikan meski kita belum pernah merasakan dan mengamalkannya, yakni tema tentang “kematian”. Dengan ujian-ujian tersebut di atas, sesungguhnya Allah menginginkan agar kita banyak latihan, sehingga nilai suatu konsep yang kita dakwahkan, benar benar telah menginternal di dalam diri ini. Makin banyak latihan, makin mengokohkan dan menghunjamkan konsep kebaikan di dalam diri. Maka bersyukurlah seseoang yang senantiasa mengajak orang lain untuk mengajak kebaikan, karena itu berarti akan banyak latihan yang Allah berikan kepadanya, sehingga makin mahir mengoperasikan diri untuk hidup dalam kebaikan. Wallahu a’lam.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar