Sabtu, 29 September 2012

Mesjid Raya Bukit Tinggi



Mesjid Raya Bukit Tinggi

Hari Jum'at subuh kemarin aku sengaja pergi shalat subuh ke mesjid Raya. Berjalan kaki menaiki tangga di ujung jalan Lurus di Kampuang Cino ke arah Pasa Ateh dekat gerbang kebun binatang. Karena di mesjid ini imam membaca surah As Sajdah (surah 32) pada shalat subuh. Suatu amalan sunnah yang dicontohkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam setiap shalat subuh di hari Jum'at.

Begitu sampai di dalam mesjid terlihat jumlah jemaah yang lebih banyak dari yang biasa aku lihat sebelum-sebelumnya. Kemarin itu kami shalat dengan makmum lebih dari  40 orang jamaah laki-laki. Imam shalat seorang yang kira-kira seumur denganku. Sudah beberapa kali aku menjadi makmum di belakangnya, terutama pada waktu shalat subuh di hari Jum'at. Bacaannya bagus dan tartil. Suaranya agak sedikit serak. Aku menyimak bacaannya dengan khusyuk. Dulu aku pernah diberi tahu nama imam ini, tapi sekarang sudah lupa.

Seperti yang disunahkan dia membaca surah As Sajdah di rakaat pertama dan surah Al Insan di rakaat kedua. Kami menyimak bacaannya yang sangat elok itu. Kami sujud tilawah di rakaat pertama setelah imam memberi komando dengan takbir setelah dia sampai ke ayat 15. Sajada wajhiya lilladzi khalaqaha wa sam'aha, wa absharaha bi haulihi wa quwwatihi fa tabarakallahu ahsanul khaaliqiin...

Sesudah shalat ada taklim subuh. Biasanya sebagian besar jemaah meninggalkan mesjid sebelum ustad mengawali ceramah. Tapi kali ini tidak. Ustad berceramah tentang orang-orang yang menerima kitabnya dari sebelah kanan kelak. Mereka disuruh membacanya. Dan mereka bergembira karena mereka akan dimasukkan Allah ke dalam surga dan akan mendapat keridhaan Allah. Sedangkan sebaliknya akan ada orang-orang yang akan menerima kitab mereka dari sebelah kiri. Mereka akan meratap menyesali diri. Karena mereka akan dimasukkan ke dalam neraka dan di sana mereka akan disiksa akibat dosa dan kelalaian mereka. Mereka mengingkari perintah Allah sewaktu hidup di dunia.

Pada saat catatan amalan dibagikan di hari perhitungan setiap jiwa sudah mengetahui di mana dia akan ditempatkan. Buku catatan itu disuruh baca. Semua amalan selama hidup di dunia tercatat di sana dan diperlihatkan, yang baik meskipun yang buruk. Setiap kebajikan dan setiap keburukan, walau sebesar biji zarrah akan diperlihatkan. Seseorang yang menerima kitabnya dari sebelah kanan, dia pernah berbuat dosa, maka dosanya itu akan dilihatnya, dan diberitahukan bahwa dosa tersebut sudah diampuni. Begitu pula halnya, seseorang yang menerima kitabnya dari sebelah kiri, dia pernah berbuat kebajikan, maka kebajikannya itu juga dilihatnya. Dia diberi tahu bahwa perbuatan baiknya itu sia-sia, karena tidak diberi imbalan apa-apa.

Demikianlah lebih kurang isi ceramah ba'da subuh itu.

Siangnya, aku kembali ke mesjid Raya untuk shalat Jum'at. Aku mendengar khotbah yang sangat indah, yang mengingatkan agar setiap amal dilakukan dengan mengikuti contoh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, dan tidak melakukan amalan yang kita perkirakan baik, padahal tidak ada contohnya. Diingatkannya pula, bahwa kita jangan mengartikan ayat-ayat al Quran tanpa pengetahuan dan dengan memperturutkan hawa nafsu atau perkiraan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ayat-ayat al Quran itu ada yang muhkamat, yang jelas maksudnya. Dan ada yang mutasyabihat yang memerlukan penjelasan. Penjelasan itu haruslah berdasarkan keterangan dari al Quran dengan ayat yang lain atau penjelasan dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Penjelasan ayat mutasyabihat tidak boleh dilakukan dengan merekayasa atau mencari-cari takwil atau maksudnya.

Diberikan contoh tentang ayat ke 62 surah al Baqarah, yang artinya, 'Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi, dan orang-orang Nashara, dan orang-orang Shabiin yang beriman dengan Allah dan hari akhirat, dan mereka berbuat kebajikan, maka bagi mereka pahala dari Tuhan mereka. Mereka tidak merasa takut dan tidak pula mereka bersedih hati.' Ayat ini adalah ayat mutasyabihat. Dan ayat ini dijelaskan dengan keterangan bahwa sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam (surah Ali Imran ayat 19). Dan ayat yang lain yang menjelaskan bahwa, barangsiapa mengambil selain Islam sebagai agama, maka Allah tidak akan menerimanya (surah Ali Imran ayat 85).

Mengartikan ayat-ayat mutasyabihat tanpa ilmu sangat besar risikonya di sisi Allah. Jadi, janganlah kita merekayasa ma'na dari suatu ayat yang tidak kita fahami. Seperti ada yang membuat-buat keterangan tentang arti Alif lam miim adalah demikian-demikian, padahal Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mengajarkannya.
 
Sebuah khotbah yang sangat tegas dan menyentuh.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar