Senin, 19 Mei 2014

Ketika Hamizan Ditinggal Umi

Ketika Hamizan Ditinggal Umi 

Ada sebuah rencana cukup besar di keluarga Billy Sunyoto, ayahnya Hamizan Hafidz. Dia akan dipindahkan ke Pau di Perancis dalam sebuah penempatan jangka panjang (beberapa tahun). Istilah di lingkungan Total Indonesie-nya ditugaskan IA (international assignment). Dan itu perlu persiapan tentu saja. Salah satu persiapan itu meliputi wawancara dengan orang yang akan digantikannya di Pau sana dan survai mencari tempat tinggal (rumah atau apartemen). Untuk yang terakhir ini, istri harus ikut. Begitu peraturan perusahaan.

Mereka diberi waktu dua minggu untuk mengerjakan kedua hal di atas. Berarti harus meninggalkan Hamizan selama maksimum dua minggu itu. Tapi umi Hamizan tidak tega berpisah sampai dua minggu. Lalu akhirnya dibuat rencana perjalanan yang berbeda. Ayah berangkat hari Sabtu tanggal 10 Mai. Umi berangkat seminggu kemudian, tanggal 17 Mai. Untuk umi Hamizan, sebenarnya perjalanan ini ekstra berat karena dia sedang hamil. Tapi, ya sudah tetap dijalaninya juga. 

Hamizan tinggal sama nenek dan inyiak plus onti (aunty) Nadya. Dari jauh hari sudah diberitahukan rencana berpisah selama seminggu ini dengan harapan Hamizan akan mengerti. Pada hari Sabtu keberangkatan umi, umi diantar onti ke Bandara Soeta. Hamizan bersama inyiak, nenek, bunda, abang kembar dan adek Rayyan, pergi jalan-jalan ke MM, untuk sedikit mengelabui Hamizan. Soalnya kalau dibawa mengantar umi ke bandara bisa-bisa dua-duanya nanti senewen sebelum berpisah. 

Alhamdulillah cukup aman-aman saja. Ketika kami sampai di rumah Izan bertanya uminya kemana, lalu dijelaskan bahwa umi pergi mencari rumah tempat tinggal di Pau. Dia kelihatan OK saja, mungkin sambil tidak terlalu mengerti. Malam itu aman-aman karena bermain dengan abangs dan adek Rayyan sampai agak larut sekitar jam 9.30. Sedikit masalah mulai timbul waktu diajak tidur. Teringat umi, karena biasanya memang tidur sama umi. Tapi alhamdulillah dengan cerita dan penjelasan bahwa umi sedang berada di pesawat dalam perjalanan jauh, dan ditemani nenek, inyiak dan onti Nadya, suasana bisa jadi cair dan Izan akhirnya tertidur. Tidur di tengah antara inyiak dan nenek.

Bangun pagi juga aman-aman saja meski masih bertanya keberadaan umi dimana. Hari Minggu itu sibuk bermain dengan abangs dan adek. Tidur siang ditemani abangs yang pura-pura ikut tidur, padahal abang kembar itu hampir tidak pernah tidur siang. Malamnya, alhamdulillah berkat teknologi bisa kontak melalui skype dengan umi yang baru saja sampai di Pau dan sudah bergabung dengan ayah. Umi bercerita kalau kakinya bengkak akibat terlalu lama di pesawat. Ditambah pula harus menunggu 6 jam di Bandara CDG Paris sebelum melanjutkan penerbangan ke Pau. Izan ngobrol deh sama umi, ngobrol santai-santai, tanpa nangis. Alhamdulillah.

Kemarin siang main di rumah depan (begitu disebut rumah tempat bunda beserta abangs dan adik tinggal). Begitu pula tadi malam meski masih adalah ingat-ingat umi sedikit sebelum tidur, tapi dengan penjelasan, Hamizan langsung mengerti dan tidak rewel. Diingatkan bahwa in syaa Allah hari Sabtu umi dan ayah akan sampai kembali di Jatibening.

Pagi ini sarapan sereal disuapin inyiak, karena onti ada keperluan keluar. Akung sama uti akan datang rencananya hari ini ingin ketemu Izan. Abangs belum datang (mereka libur), mungkin masih belajar karena minggu depan mereka ujian. 

Begitulah cerita tentang Hamizan Hafidz. Muhammad Hamizan Hafidz.

****                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar