Rabu, 30 November 2011

Pergilah Rapat Ke Negeri Cina (6 - habis)

Pergilah Rapat Ke Negeri Cina (6 - habis)

Jam sembilan malam kami sampai di hotel, diantarkan oleh She dan beberapa orang lainnya. Sama dengan jam delapan malam waktu Jatibening. Setelah mengucapkan selamat malam kepada mereka aku bergegas menuju lift untuk segera masuk kamar. Ada kekhawatiranku bahwa mereka akan menyambung lagi acara minum khamar (yang ternyata kemudian tidak benar). Pimpinan lokal kantor di Hang Zhou (aku tidak ingat namanya), tuan rumah acara makan malam itu, juga ikut dengan kami. Rupanya dia menyuruh anak buahnya mencari dan mengantarkan teh untuk dihadiahkan kepada kami. Karena temanku memuji teh Cina yang kami minum waktu makan siang tadi. Hal ini aku ketahui keesokan hari, waktu kami mau berangkat. She yang menyerahkan teh hadiah itu.

Aku segera mandi dan berwudhu untuk shalat maghrib dan isya dijamak ta'khir. Shalat zuhur dan asar tadi aku lakukan di atas bis dalam perjalanan menuju danau barat. Sehabis shalat, waktu akan mengirim sms ke rumah, ternyata pulsa habis. Padahal praktis hanya dipakai untuk ber sms ria dengan istri dan ketiga anak-anak. Setelah itu sempat juga mengintip acara tv tapi tidak ada yang menarik. Aku langsung tidur.

Jam setengah lima aku terbangun. Sesudah shalat subuh, terasa perutku lapar. Tadi malam sama sekali tidak ada nasi. Di kamar hotel itu ada alat pembuat kopi, bukan ketel listrik untuk memasak air. Sejak pagi kemarin aku coba mengutak-utik untuk mengoperasikannya, tidak berhasil. Padahal ada brosur petunjuknya. Terpaksa minum air putih kemasan saja, menanti jam enam untuk sarapan. Pagi kemarin kami sarapan di lounge sambil berdiskusi terakhir sebelum rapat. Pagi ini aku akan pergi sarapan ke restoran di bawah.

Mungkin aku orang yang pertama yang masuk ke restoran tempat sarapan itu. Aku memesan kopi dan mengambil beberapa potong roti. Tanpa disengaja aku duduk di pojokan yang menyediakan berbagai macam mi. Kita bisa memesan apa saja yang akan dimintatolongkan memasaknya. Bumbu-bumbu untuk mi tersedia bermacam-macam seperti irisan bawang, irisan seledri, sambel (ini yang aku heran, kok ada juga), berbagai macam kecap dan bumbu-bumbu lain yang aku tidak tahu. Setelah yakin bahwa mi ini aman untuk dicoba, aku lalu memesannya. Mengambil mi biasa berwarna kuning dicampur dengan mi putih, dan daun selada. Semua itu dicemplungkan pelayannya ke dalam air mendidih, bukan kaldu. Aku pilih pula lima macam bumbu, bawang, seledri, sambal, kecap manis dan kecap asin. Insya Allah amanlah. Masih kuamati apakah mi yang sudah terhidang di mangkok itu ada minyak yang mengapung, khawatir kalau-kalau ikut pula minyak yang tidak boleh dimakan. Dan tidak ada. Bismillah, mi itu aku santap. Lumayan enak.

Tidakkah ada kekhawatiran bahwa di dalam ikan yang aku makan kemarin itu tercampur pula yang tidak halal? Ada kekhawatiran itu, dan aku beristighfar. Mudah-mudahan Allah mengampuniku.

Jam delapan kami meninggalkan hotel menuju ke bandara. Jadwal pesawat kami jam sebelas. Berjaga-jaga agar tidak terlambat karena macet. Karena kabarnya 10 km pertama dalam kota arah ke bandara berpotensi macet.

Pagi yang basah dan berkabut. Lalu lintas tidak seperti yang kami khawatirkan. Jam setengah sembilan lebih sedikit kami sampai di bandara, di kumpulan penerbangan menuju Hongkong, Makau, Taipeh dan entah kemana lagi. Bandara ini ternyata cukup besar. Counter untuk check in belum dibuka. Kami menunggu beberapa puluh menit sebelum check in. Setelah itu termangu-mangu sambil agak terkantuk-kantuk menunggu keberangkatan. Jam setengah sebelas kami naik ke pesawat. Lalu terbang ke Hongkong. Transit dua setengah jam lebih kali ini, lalu meneruskan penerbangan ke Jakarta. Misi rapat itu pun selesai. Dan cukup sukses.

*****
                                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar