Jumat, 31 Juli 2015

Perjalanan Waktu (1)

Perjalanan Waktu (1)

Sering kita tersentak ketika menyadari cepatnya waktu berlalu dan mengatakan; Tiba-tiba sudah hari Jum'at lagi. Tiba-tiba sudah di akhir bulan lagi. Tiba-tiba sudah masuk bulan Ramadhan lagi. Atau waktu kita mengatakan, ini anakmu yang lasak sekali dan pernah jatuh di rumahku dulu, kan? Sudah kelas berapa sekarang? Padahal waktu anak itu jatuh  yang disebutkan sudah berlalu lima tahun lebih.  

Aku juga sering tersentak dengan kecepatan waktu berlalu. Cucuku yang bungsu, Fathimah, tiba-tiba sudah hampir setahun saja umurnya. Padahal baru kemarin kami melepas uminya berangkat ke Perancis dengan was-was karena dia sedang hamil besar. Dengan izin Allah dia selamat sampai di tempat suaminya bertugas di Pau. Tiga minggu kemudian si Upik itu lahir. Seperti baru kemarin rasanya.

Baru kemarin rasanya abang-abangnya lahir. Bahkan si Kembar Rafi dan Rasyid yang sekarang sudah kelas empat SD. Baru kemarin aku gendong mereka bergantian. Atau lebih jauh lagi, masih sangat segar dalam ingatanku ketika anak pertama kami, bundanya Rafi dan Rasyid, lahir di RSU Bukit Tinggi tiga puluh lima tahun yang lalu. Aku bahagia sekali saat itu karena sudah menjadi ayah.

Begitu seterusnya rentangan waktu yang sudah kujalani, menari-nari dalam kenangan yang sangat jelas. Baru seperti kemarin. Ketika aku menikah. Saat aku bertugas di Balikpapan. Ketika aku sekolah di Bandung. Dan sebelumnya di Bukit Tinggi dan di Rumbai. Dan di kampungku di Koto Tuo Balai Gurah. Padahal itu sudah berpuluh tahun yang lalu. 

Betapa cepatnya waktu berlalu. Usiaku sekarang sudah 64 tahun. Usia yang menurut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah usia rata-rata umat beliau. Alhamdulillah bahwa aku mencapai usia rata-rata umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Berapa tahun lagi jatah hidupku? Allah saja Yang Maha Mengetahui.

Maha Benar Allah dengan firman-Nya. 'Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam keadaan rugi. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih. Yang saling berwasiat tentang kebenaran. Yang saling berwasiat tentang kesabaran.' Allah bersumpah demi waktu yang bergulir dan mengingatkan bahwa betapa manusia dalam keadaan rugi ketika dia lalai dalam mempergunakan waktu untuk memelihara iman dan berbuat baik. Padahal masa hidup kita sebenarnya sangat singkat. Seperti yang kita rasakan ketika waktu itu kita rentang kembali ke belakang.

Aku memohon kepada Allah kiranya aku dibimbing-Nya agar dapat memanfaatkan sisa waktuku dalam iman kepada-Nya. Dan aku memohon agar kiranya aku dimatikan dalam keadaan berserah diri kepada-Nya. Mudah-mudahan Allah tidak membiarkan aku termasuk golongan yang dikatakan-Nya sebagai orang-orang yang merugi. Aamiin.

****
                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar