Selasa, 30 Agustus 2011

Harapan Ke Depan

Harapan Ke Depan

Seorang kemenakan, sarjana teknik, mengatakan bahwa dia sangat optimis bahwa beberapa tahun ke depan masyarakat Islam di Indonesia tidak perlu lagi berbeda pendapat yang bahkan nyaris saling gontok-gontokan, ketika menentukan awal puasa atau hari Raya Aidil Fitri. Aku penuh semangat mendengar buah pemikirannya.

'Insya Allah akan muncul sebuah alat, mak tangah,' katanya. 'Yang dapat digunakan seperti jam, yang akan menunjukkan secara tepat posisi matahari dan bulan di langit ketika dilihat di suatu tempat pada setiap saat. Di tengah hari misalnya, alat itu akan menunjukkan posisi matahari, lengkap dengan penunjuk kapan matahari itu disebut tergelincir yang artinya sudah masuk waktu shalat zhuhur. Pada saat yang sama dia juga menunjukkan posisi bulan. Di saat matahari terbenam, yang juga akan divisualisasikan alat itu kita bisa pula melihat posisi bulan. Begitu seterusnya, di malam hari tanpa matahari, posisi dan ukuran bulan sesuai dengan bilangannya dapat ditampilkan. Begitu....' kata si kemenakan ini bersemangat.

Aku percaya, alat seperti itu tidak sulit membuatnya. Apalagi di jaman teknologi microchip  terus berkembang pesat seperti sekarang ini. Atau bahkan, jangan-jangan alat itu memang sudah ada. Bukankah dua puluh lima tahun yang lalu telepon genggam belum ada? Lalu alat komunikasi itu berkembang seperti saat ini? Aku sangat berharap alat seperti itu segera muncul. Dan setelah memasyarakat beberapa tahun, orang tidak perlu lagi menunggu-nunggu sidang isbath. Tinggal melihat alatnya masing-masing dan mencocokkan kapan akan mengawali puasa atau akan berhari raya.

'Bagaimana dengan orang yang tetap akan ngotot untuk melihat anak bulan secara nyata alias merukyat?' tanyaku pada si kemenakan.

'Tentu kita biarkan saja, mak tangah,' jawabnya. 'Perlu waktu sampai beliau-beliau itu sadar bahwa untuk pergi ke Makkah menunaikan haji, kita sudah lama tidak mengikuti cara Rasulullah SAW dengan mengendarai unta.'

Aku tidak bisa berkata lain selain setuju dengan pendapatnya itu.

*****                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar