Sabtu, 04 Juni 2011

Antara Mau Percaya Dengan Tidak

Antara Mau Percaya Dengan Tidak 

Menantuku sakit. Badannya panas dan kepalanya pusing terus menerus. Subuh dua hari yang lalu, sebelum kami berangkat ke mesjid untuk shalat subuh, anakku (yang tinggal bersebelahan) menelepon, memberi tahu bahwa dia akan mengantar suaminya ke rumah sakit. Maksudnya dia mau menitipkan anak-anaknya yang masih tidur. Kami bergegas ke rumahnya. Akhirnya, istriku tidak pergi ke mesjid, menunggui cucu-cucu yang masih tidur, sementara puteri kami pergi mengantar suaminya itu.

Di rumah sakit dia diperiksa (harusnya dengan seksama), dengan pemeriksaan darah dan foto rontgen. Dia dianjurkan untuk dirawat inap. 

Sore hari, atau lebih tepat malam hari sesudah maghrib aku, istri dan dua cucu kembar kami pergi mengunjunginya ke rumah sakit. Puteri kami dan bayi bungsunya, menemani di rumah sakit sejak pagi tadi. Si menantu terlihat lemas. Badannya panas. Rasa pusing masih ada meski sudah berkurang. Menurut dokter, rasa pusing dan demam itu dikarenakan radang di tenggorokan (sinusitis). Dokter menganjurkan agar sinusitisnya dioperasi saja. 

Inilah yang aku maksud dengan judul di atas. Antara mau percaya dengan tidak kita dengan analisa dokter. Terutama dengan kesimpulan untuk mengoperasi yang sepertinya sangat cepat benar datangnya. Setahun yang lalu aku sakit. Sakit perut bersangatan disertai dengan gejala mual dan bahkan muntah-muntah. Ketika itu (malam hari sekitar jam delapan) aku dibawa ke rumah sakit. Aku langsung diperintahkan untuk diopname. Menurut analisa sementara dokter, setelah memeriksaku dengan bantuan peralatan USG, kemungkinan aku mengalami radang usus buntu. Di samping itu, katanya, ada batu di kandung empedu dan ginjal. Ada beberapa pengamatan seperti rontgen dan pemeriksaan darah yang harus aku jalani keesokan harinya.

Besoknya itu aku diberitahu bahwa ada tiga tindakan yang 'harus' segera diambil. Membuang usus buntu, mengeluarkan atau bahkan membuang empedu yang berisi batu dan mengeluarkan batu di ginjal. Lebih heboh lagi, nomor satu dan dua bisa dikerjakan sekali jalan. Tinggal, kesediaanku, kapan mau menjalani operasi itu.

Sebentar dulu, kataku. Usus buntu, menurut pengetahuanku yang bukan dokter, ada ciri yang sangat utama, yakni rasa sakit jika kaki ditekuk dan dirapatkan ke perut. Dua orang puteriku sudah menjalani operasi pembuangan usus buntu, yang ketika itu keduanya punya gejala rasa sakit ketika kaki ditekuk itu. Sementara aku tidak merasa apa-apa. Batu empedu, ada dua butir, di dalam empeduku menurut pengamatan dokter. Aku kenal seorang sepupu yang punya sepuluh butir batu dalam empedunya dan hidup normal-normal saja. So.......? Aku belum mau atau tepatnya tidak mau dioperasi. Tiga hari kemudian aku pulang dari rumah sakit dan alhamdulillah sampai sekarang aman-aman saja.

Ini pula yang aku ingatkan kepada menantu. Jangan terlalu dipikirkan anjuran operasi dokter itu. Dan alhamdulillah, dia hari ini sudah akan pulang pula dari rumah sakit setelah panas badannya kembali normal dan rasa pusingnya hilang.

Antara mau percaya dengan tidak kita dengan hasil analisa dokter. Terutama yang menyangkut anjuran untuk menjalani tindakan medis (operasi) yang datangnya terlalu cepat......

*****       

1 komentar:

  1. Itu dokter kejar tayang di push sama rumah sakit.... kesian! Yang paling konyol yang pernah aku dengar dalam sejarah kedokteran: temen cerita anaknya 9 bulan dianjurkan operasi kecil memotong frenulum (jaringan ikat tipis yang ada di antara bibir dan gusi) karena gigi serinya diastema (jarang). Padahal hampir semua gigi susu yang baru tumbuh itu jarang, nggak kebayang kalau ada pasien yang mengiyakan anjuran dokter untuk operasi bayi 9 bulan hanya gara-gara gigi jarang, bayi kesakitan nggak bisa nyusu, bibir bengkak... naudzubillah!

    Tapi untungnya itu cerita temen di Riyadh, untung dia tanya-tanya dulu sebelum mengiyakan si dokter. Mudah-mudahan dokter di Indonesia nggak ada yang segitunya banget keterlaluannya.

    BalasHapus