Sabtu, 14 Januari 2012

Hati Yang Polos

Pemimpin Berhati Yang Polos 

Hati yang bersih dan polos, yang menggerakkan perbuatan hanya untuk mendapatkan kemuliaan hakiki. Kemuliaan di sisi Allah. Keridhaan Allah semata. Hati yang terbendung dari dorongan nafsu angkara. Hati yang terkendali. Kita tidak tahu apakah ada di kalangan manusia, terutama di kalangan pemimpin umat, yang memiliki hati yang polos saat ini.

Contoh utama tentu saja Rasulullah SAW. Yang dengan sabar menyuapi seorang Yahudi tua renta dan buta, kendati si orang tua itu tiada henti mencaci maki dan menghinakan beliau SAW. Pekerjaan menyuapi orang tua buta dan bawel itu terhenti ketika beliau SAW wafat. Sampai suatu hari dia, si orang buta itu disuapi oleh Abu Bakar, yang segera dikenalinya sebagai orang lain, bukan orang yang seperti biasanya. Lalu Abu Bakar memberitahunya dan berkata, bahwa orang yang biasa menyuapi engkau wahai orang tua, dia sudah tiada. Dia adalah Muhammad Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, yang selama ini engkau cerca tiada hentinya. Terperanjat si Yahudi tua, buta. 

Lalu ada contoh Ali bin Abi Thalib r.a. Yang dalam sebuah duel bermain pedang satu lawan satu berhasil melumpuhkan lawannya sehingga pedang sang lawan terpental. Pada saat super kritis itu, pada saat sang lawan menyadari bahwa dia akan segera tamat, dia masih ingin menunjukkan kebenciannya yang merasuk ke tulang sumsum terhadap pejuang Islam itu. Lalu muka Ali diludahinya. Ternyata, perbuatan tidak senonohnya itu menyelamatkan jiwanya. Ali r.a. yang tinggal menetakkan pedangnya ke leher orang kafir itu, menarik kembali pedangnya dan menyarungkannya sebelum berpaling dari musuhnya itu. Orang bertanya kepada Ali, apa gerangan penyebabnya dia tidak jadi menghabisi musuh itu? Ali r.a. menjawab, ketika dia meludahiku, timbul perasaan marahku. Dalam kemarahan itu hatiku mengingatkan, bahwa aku tidak boleh membunuh orang lantaran hawa nafsu amarah. Aku tidak jadi membunuhnya.

Sebuah contoh lagi. Tersebutlah kisah tentang Salahuddin al Ayyubi pahlawan Islam dalam menghadapi perang yang dikobarkan tentara Nasrani dan mereka namai sebagai perang salib. Telah berpekan-pekan dia mendengar kabar bahwa tentara orang Nasrani yang dipimpin Richard si Hati Singa sudah sampai di Palestina. Tetapi kenapa mereka belum kunjung datang juga menyerang tentara orang Islam. Ini sangatlah aneh. Akhirnya Salahuddin mendapat kabar bahwa Richard Hati Singa dalam keadaan sakit. Salahuddin, yang rupanya mempunyai ilmu pengobatan menyamar menjadi seorang tabib dan datang ke kemah Richard yang sedang terbaring sakit. Dirawatnya musuhnya itu, yang dengan pertolongan Allah dia berangsur-angsur sehat. Setelah benar-benar sehat, dia mengucapkan terima kasih sambil mengatakan, 'berkat pertolongan anda mudah-mudahan saya segera bisa menghadapi pemimpin orang Islam, si Salahuddin keparat itu.' 'Tahukah anda siapa saya?' tanya Salahuddin.  'Anda adalah seorang tabib yang ahli,' jawab Richard. Lalu jawab Salahuddin, 'bukan hanya itu, saya adalah Salahuddin.'

Richard bangkit dan memasang kuda-kuda begitu mendengar pernyataannya. Apa kata Salahuddin selanjutnya? 'Anda tidak perlu memasang kuda-kuda. Di sini bukan tempat kita bertanding. Saya bukanlah datang untuk mencelakakan anda ketika anda sedang tidak berdaya. Saya datang betul-betul ingin merawat anda sampai anda sembuh dan setelah itu saya akan menanti anda di medan perang.' 

Di manakah agaknya sekarang keberadaan pemimpin yang berhati polos?

*****                                                                                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar