Sabtu, 26 November 2011

Pergilah Rapat Ke Negeri Cina (3)

Pergilah Rapat Ke Negeri Cina (3)

Karena pilihanku hanya ikan, untukku dipesankan dua porsi ikan yang dimasak stim. Aku berbasa basi mengatakan tidak usah sampai dua porsi. Si tuan rumah mengatakan bahwa porsinya terlalu kecil. Ternyata benar. Sepotong ikan yang besarnya hanya sekitar tiga jari tangan. Bagus juga karena diungkap (stim) tadi itu. Rasanya, lumayanlah. Padahal banyak juga jenis ikan yang sebenarnya pantang bagi asam uratku.

Teman se kantor yang satu lagi (yang kebetulan bukan Muslim), juga ikut-ikutan heran kenapa aku menolak chicken, padahal beberapa kali aku katakan bahwa yang paling aman bagiku untuk melawan asam urat hanya ayam. Aku tersenyum saja, tidak menjawab. Dihadapanku ada sebuah kartu menu (iklan) masakan ayam yang disajikan di atas piring, kepala berikut paruh dan jenggernya masih lengkap, sementara badannya sudah diolah. Gambar ayam utuh itu menghadap ke arahku dengan leher utuh, tidak ada bekas sembelihan. Aku teringat cerita si Bungsu yang dia dapat dari temannya di Hongkong, bahwa masakan bebek panggang yang tersohor itu, bebeknya tidak disembelih tapi dipelintir kepalanya ketika mematikannya. Masya Allah.

Makan malam itu boleh dikatakan sukses. Kami beramah tamah sampai jam setengah sembilan malam sebelum akhirnya kembali ke kamar masing-masing. Aku segera berusaha tidur. Satu hal yang di luar dugaanku adalah bahwa cuaca tidaklah sedingin yang aku khawatirkan. Tadi di bandara diumumkan temperatur 18 derajad. Malam ini, dengan AC dihidupkan, temperatur di kamar hanya 23 derajad. Jadi AC berfungsi sebagai pemanas meski tidak pula meniupkan udara panas.

Jam delapan pagi, sesudah sarapan, kami berangkat menuju ke kantor pusat riset mereka. Melalui jalan-jalan dalam kota yang ramai. Dan tertib. Ada jalur khusus kendaraan roda dua (motor dan sepeda, yang terakhir ini cukup banyak), jalur khusus bus (busway) yang hanya dibatasi garis putih lurus. Terlihat tempat parkir khusus sepeda dengan belasan sepeda berwarna-warni, tersusun rapi. Dan aku sekali lagi menemukan di sepanjang jalan bahwa memang tidak ada rumah terpisah. Yang ada hanyalah rumah susun. Mungkin begitu aturannya dalam kota.

Kami sampai di kantor pusat riset itu. Beramah tamah dengan pimpinan dan stafnya, dibawa berkeliling-keliling sebentar melihat bangunan kantor dan laboratorium mereka, sebelum memulai rapat jam sembilan. Di ruang rapat ada spanduk bertuliskan 'Workshop'. Di agenda rapat tertulis bahwa akan ada presentasi dari fihak mereka tentang daerah kerja kami lalu kami juga akan mempresentasikan rencana kerja kami ke depan, yang akan kami mintakan persetujuan mereka sebagai partner. 

Rapat itupun berjalan sangat lancar, sangat memuaskan dan selesai sekitar jam dua belas. Hanya tiga jam. Kami kembali diajak mengunjungi laboratorium mereka, yang diperlengkapi dengan peralatan-peralatan yang baru mereka beli dari Jerman dan Amerika Serikat. Setelah itu kami dibawa ke sebuah restoran di bagian lain dari kota. Katanya dekat sebuah danau. Baik teman yang dari Jakarta maupun yang menemani dari Hongkong berulang kali menyemangatiku bahwa ada beberapa menu ikan yang sudah dipesan untukku. Wow! Yang dari Jakarta juga mengingatkan bahwa tidak akan ada yang mengandung babi. Nah, itu dia. Karena anggapan mereka hanya babi yang haram. 

Kami makan mengelilingi meja bundar yang bagian tengahnya bisa diputar. Benar sekali bahwa ada ikan besar (katanya ikan air tawar) yang juga distim. Yang dari Singapura merasa perlu benar mengatakan bahwa itu khusus untukku. Tapi, ya mana mungkin, karena bagian tengah meja itu diputar-putar. Aku memang tidak menoleh kepada yang lain selain dari ikan itu. Rasanya lumayan enak.

Setelah itu kami diajak mengunjungi danau di bagian barat kota. Turun dari bis lalu berjalan di sebuah jalur di tengah danau yang entah menuju ke mana. Banyak sekali pengunjung di sepanjang jalan itu. Para turis lokal. Bermacam-macam tingkah polah mereka. Ada satu orang anak muda yang berdandan dan menari meniru Michael Jackson mengikuti irama musik yang dibunyikan cukup keras. Lucu sekali. Rupanya tempat itu memang biasa ramai dikunjungi di musim rontok seperti sekarang. Ada pengendara minibus yang berteriak-teriak. Aku tanyakan apa maksud mereka? Rupanya mereka menawarkan jasa untuk wisata keliling danau dengan minibus. Ada banyak sampan berjejer-jejer dalam danau. Dan orang-orang (pengemudinya) yang juga menawarkan jasa. Rupanya program kami siang itu memang akan berjalan kaki dan diteruskan dengan naik sampan antik itu......

*****                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar