Rabu, 12 Juni 2013

Kunjungan Ke Malaysia (3)

Kunjungan Ke Malaysia (3) 

Aku menghubungi pengemudi van yang memberiku kartu nama tadi siang. Namanya Prakash. Aku jelaskan keinginanku untuk menyewa mobil untuk pergi ke bukit Genting. Dia menanyakan berapa orang yang akan pergi. Aku jawab, hanya kami berdua orang saja. Kalau begitu bisa menggunakan mobil lebih kecil, katanya. Dia menawarkan mobil Innova (yang di sana tidak pakai nama tambahan Kijang). Sewanya RM 300, bisa dipakai sampai jam empat sore. Sewa itu sudah berkurang dari yang aku dapat dari beberapa informasi sebelumnya. Aku coba menawar, dia bersikukuh bahwa harga sedemikian itu adalah yang paling murah dan tidak bisa diturunkan lagi. Aku beritahu bahwa aku tidak akan memerlukan mobil sampai jam empat sore. Tidak masalah, jawabnya. Mobil itu akan dihitung disewa satu hari. Ditambahkannya lagi, bahwa dia akan mengirim Innova baru. Baru beberapa hari ini mulai dipakai. So what? Aku tidak perlu mobil baru sekali. Tapi, ya sudahlah. Aku akhirnya menerima tawarannya. Mobil itu akan menjemput kami jam sembilan besok pagi.

Jam sembilan kurang hari Sabtu, aku ditelepon oleh seseorang yang memperkenalkan namanya sebagai Suresh. Dia sudah menunggu di bawah, katanya. Kami bersiap-siap untuk turun. Dari lobby hotel aku telepon dia kembali dan dia segera datang dengan mobil Innovanya. Suresh adalah seorang India Hindu, dengan hiasan bintik merah di antara kedua matanya. Cukup ramah. Kami pun berbual-buallah (dalam bahasa Melayu). Dia menawarkan apakah kami berminat unuk mampir di Batu Cave, sebuah bukit dengan gua yang digunakan masyarakat Hindu India sebagai tempat peribadatan khusus. Tawaran itu tentu saja kami terima. 
Batu cave adalah sebuah bukit batu gamping setinggi kira-kira dua ratus meter. Ada gua di bagian atas dan ada tangga menuju ke gua tersebut. Cukup banyak orang yang menaiki tangga menuju ke gua di pagi itu. Kami tidak ikut naik. Di depan gua ada patung besar berwarna kuning emas. Kata Suresh itu patung dewa Moran, adik dewa Ganeca. Kami mendengarkan saja ceritanya. Ada banyak burung merpati jinak-jinak.

Kami tidak berlama-lama di Batu Cave. Tujuan utama adalah ke dataran tinggi atau bukit Genting. Tapi sebelumnya kami dibawa mampir ke toko oleh-oleh tidak terlalu jauh dari Batu Cave.
Setelah berbelanja oleh-oleh barulah kami menuju sasaran utama. Suresh membawa kami ke stasiun kereta kabel sesuai permintaan. Kami akan naik kereta kabel ke bukit utamanya. Aku tidak punya bayangan sama sekali tentang medan menuju ke puncak bukit itu.

Suresh menolong membelikan dua buah tiket kereta kabel untuk pulang pergi. Satu tiket untuk satu arah harganya RM 6.0.

Sangat ramai pengunjung pagi itu dari berbagai bangsa. Ada turis Arab (Saudi?), Viet Nam, kulit putih dan kami.

Setiap kereta bisa membawa delapan orang. Tapi ternyata petugas yang mengaturnya tidak memaksakan harus delapan orang. Kereta itu datang sambung menyambung. Di kereta yang kami naiki, penumpangnya hanya berempat orang saja.

Bersama kami ada dua orang Cina dari Pulau Pinang yang datang untuk berjudi. Mereka mendapat fasilitas hotel gratis. Boleh jadi mereka memang pemain judi kelas kakap. 

Naik kereta kabel ini cukup mendebarkan. Ternyata kereta kabel ini ada kalanya mendaki dengan sudut lebih dari 60 derajat ke puncak bukit. Mulanya cukup berdebar-debar juga.
Perjalanan kereta dari stasiun di bawah sampai ke puncak bukit memakan waktu dua puluh lima menit. Melalui medan yang terjal di atas hutan belantara perbukitan. Sebuah pengalaman yang mengasyikkan. Aku berkhayal kereta seperti ini diadakan di Bukit Tinggi melalui Ngarai Sianok, terus ke Koto Gadang, mendaki sampai ke Puncak Lawang. Pasti akan sangat mempesonakan. Atau bahkan direntang sampai ke puncak Gunung Singgalang. Pasti akan jauh lebih indah.

Sampai di puncak bukit kami menemukan beberapa bangunan hotel besar. Konon semuanya adalah tempat berjudi. Ada juga  tempat bermain anak-anak. Kami tidak mengunjunginya. Kami mampir di sebuah kedai kopi untuk sekedar beristirahat sejenak.


Kira-kira empat puluh lima menit kemudian kami turun untuk kembali  ke stasiun pemberangkatan pertama tadi. Berada dalam kereta kabel dalam perjalanan menurun di sebuah lereng bukit yang kemiringannya lebih dari enam puluh derajat, cukup menggetarkan perasaan. 

Dari stasiun kereta kabel kami diantar Suresh mengunjungi kebun strauberi. Inipun merupakan objek turis disertai dengan toko-toko yang menjual aneka macam dagangan. Tidak melulu produk kebun strauberi.  Ada kira-kira empat puluh lima menit pula kami berputar-putar dalam kebun itu, yang jalan keluarnya dibuat berputar-putar melalui jajaran banyak kedai-kedai.

Lalu kami kembali ke KL. Aku minta Suresh mencarikan restoran Padang. Dia menyebut nama restoran Sari Ratu. Sebuah restoran cukup besar. Aku mengajak Suresh makan bersama-sama, tapi dia minta ijin untuk makan sendiri di bagian luar  restoran. Hidangan rumah makan itu asli Minang. Sabana lamak... Namun cukup mahal. Kalau di restoran kedai mamak, kami cukup makan RM 20 berdua, disini aku membayar RM 79 untuk bertiga. 

Hari baru jam setengah tiga waktu Malaysia. Suresh membawa kami berkeliling kota, termasuk mengunjungi menara kembar Petronas. Dia menanyakan apakah aku ingin naik ke puncak menara. Aku tidak berminat. Tambah tidak berminat ketika diberi tahu bahwa untuk naik ke puncak menara itu harus membayar RM 88 per orang.

Akhirnya setelah berputar-putar di tengah kota kami diantarkannya ke penginapan. Sebelum berpisah aku menanyakan apakah besok dia masih bisa menemani kami lagi. Ternyata dia sudah punya janji dengan orang lain. Selesai kunjungan wisata kami untuk hari Sabtu itu.

****                              

2 komentar:

  1. Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu,

    Terima kasih angku Muhammad Dafiq, penceritaan yang baik dan jelas.

    Mengenai Genting Highlands, saya sendiri sudah lama (puluhan tahun) tidak melancong ka lokasi ini. Sekali sekala, melaluinya sahaja untuk ke Kuantan di Pantai Timur. Jalan raya di sini memang agak curam dan berbahaya. Semasa masih bekerja dengan Telekom Malaysia dahulu saya kerap ka sini kerna kita mempunyai sebuah stesen telekomunikasi di Gunung Ulu Kali (dalam kawasan Genting Highlands).

    Semasa angku Muhammad Dafiq melepasi tunnel di Genting Sempah, untuk ke Genting Highlands, angku perlu membelok ke kanan. Jika membelok ke kiri, ianya menuju ke sebuah perkampungan yang diberi nama “Janda Baik”. Banyak foto tentang Janda baik jika di google. Kampung Janda Baik ini asalnya dibuka oleh pendatang Minang di kawasan tanah tinggi ini. Di sini juga terdapat sebuah penempatan yang diberi nama Bukit Tinggi. Boleh di google – Bukit Tinggi Pahang, yang terkenal dengan resortnya Colmar Tropicale.

    Harga makanan di kebanyakan RM Padang di Malaysia agak mahal dan lagi, tidak semuanya milik orang Minang, malah ada yang dimiliki oleh kaum bukan Melayu. Secara keseluruhan, kos sara hidup (cost of leaving) di Semenanjung agak mahal. Selagi bernafas, untuk hidup selesa, masih perlu bekerja.

    Wassalam,
    Idris Talu.

    BalasHapus
  2. Wa'alaikumussalaam wa rahamatullaahi wa barakaatuhu

    Tarimo kasih tambahan kataranganno angku Idris. Kami benar-benar puas dengan pelancongan kemarin itu. Mudah-mudahan lain kali insya Allah diulangi pula.

    Wassalamu'alaikum,

    MDS SLA

    BalasHapus