Rabu, 20 Maret 2013

Bulan Maret

Bulan Maret  

Maret adalah bulan peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Udara bulan Maret kadang-kadang susah diduga. Bisa banyak panas, bisa juga banyak hujan. Seperti sekarang ini yang masih sering diguyur hujan. Di sebuah bulan Maret juga, dua puluh enam tahun yang lalu, di separuh awalnya, kami sedang menanti. Penantian yang menjelang usai. Yang dinanti insya Allah akan segera datang. Seorang anggota keluarga baru. 

Kehadiran yang sebelumnya sudah dimintakan kepada Allah Rabbul 'aalamiin.

Kami adalah penduduk Balikpapan ketika itu. Udara Balikpapan di bulan Maret dua puluh enam tahun yang lalu itu seingatku banyak panasnya. Di sebuah senja, di hari Senin, di pertengahan yang sebenar-benar pertengahan bulan, di hari yang ke enam belas, istriku memberikan isyarat dengan rasa sakit yang semakin intens. Isyarat yang sudah difahaminya karena kali ini adalah pengalamannya yang ketiga. Kamipun bergegas menuju sebuah rumah bersalin, 'Restu Ibu' namanya. Rumah bersalin yang sama tempat puteri kami yang kedua dilahirkan. 

Dan proses itu berlangsung cepat dan mudah. Kali inipun aku hadir di bilik persalinan itu, menyaksikan  kelahirannya. Seorang bayi perempuan yang sehat. Alhamdulillah.  Ada sedikit keinginan sebelumnya untuk memperoleh anak laki-laki, mengingat dua anak pertama kami adalah perempuan. Tapi dengan kehadiran puteri yang ketiga ini kami tetap bersyukur kepada Allah. Rasa syukur yang dalam, ikhlas dengan apa yang diberikan Allah untuk kami.

Dan spontan pula, entah bagaimana datangnya akupun heran, namanya sudah muncul saja di otakku. Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit untuk memberitahu nenek dan pak gaeknya serta kedua kakaknya yang menunggu di rumah. Nama itu adalah Nadya Fadila. Aku berharap dia akan jadi penengah nanti dalam kehidupannya. Di antara siapapun yang perlu ditengahinya.  

Nadya kecil itu kami bawa merantau ke Paris diusia enam bulan. Sekembali dari sana, ketika dia berusia hampir tiga tahun dimasukkan ke TK Istiqamah di Balikpapan. Dua tahun dia bersekolah di TK itu, umur lima tahun akan kami masukkan lagi ke TK untuk anak-anak karyawan perminyakan. Dia protes keras. Kalau masih TK lagi, dia tidak mau sekolah. Karena waktu itu dia sudah pandai membaca majalah Femina. Sementara SD sekolah untuk anak karyawan tidak mau menerima karena usianya masih lima tahun tiga bulan. Akhirnya dia dimasukkan ke sekolah dasar swasta lain.

Mengikuti kakaknya yang sudah lebih dahulu memakai jilbab, Nadya kecilpun mulai memakai jilbab sejak di kelas dua SD, ketika kami pindah ke Jatibening di akhir tahun 1993.  

Dia telah menyelesaikan kuliahnya sampai pendidikan apoteker di Farmasi ITB. Sampai sekarang sibuk dengan usaha sendiri, tidak mau jadi karyawan perusahaan orang lain. Mudah-mudahan Allah mengabulkan doa-doaku untuknya. 

*****                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar