Sabtu, 07 Mei 2011

Begini, Begini..... Apa Namanya Ini Kalau Bukan.....????

Begini........

Ada sebuah keperluan untuk pergi keluar kota yang jauh. Yang perginya harus naik pesawat, meski pulang hari. Tiket pesawatpun dipesan melalui agen perjalanan yang biasa tempat memesan tiket. Dan karena sistim tiketing yang semakin canggih, informasi pembelian atau kode buking tiket pesawat itu cukup dikirim melalui sms. Sms ini bisa dipakai sebagai pass masuk ke ruangan check in atau kalau mau lebih nyaman dapat dimintakan print-annya di tempat penjualan tiket. Hebat kan? Apa juga lagi?

Ternyata ada sedikit kesalahan manusia yang akibatnya cukup fatal. Kode buking per sms yang juga memberitahukan jam keberangkatan pesawat ternyata keliru satu jam. Jam keberangkatan yang seharusnya jam tujuh empat lima ditulis jam delapan empat lima. Begitu.

Untuk antisipasi kalau-kalau jalanan macet lalu kami (aku dan si Bungsu) berangkat dari rumah jam setengah tujuh. Ternyata jalan lancar sekali hari Sabtu pagi kemarin itu. Empat puluh lima menit sudah sampai di Bandara. Merasa waktu lebih dari cukup, maka sms itu ditukarkan dengan print out pemesanan di counter Lion Air. Mulailah perkara datang. Di sana baru diberitahu bahwa pesawat dimaksud adalah untuk jam delapan kurang seperempat. Maka bergegaslah kami masuk keruangan check-in, yang apa boleh buat harus antri pula. Sampai di sembarang (free) counter untuk check in tanpa bagasi, kami disuruh melapor di counter khusus nomor 24. Bergegas pula ke sana. Tapi di sini vonis jatuh. 'Bapak sudah terlambat, check in sudah ditutup empat puluh lima menit sebelum jadwal take off.' 'Tapi ini masih setengah jam lagi sebelum take off,' desakku. Tidak bisa dengan permintaan  hormat dan halus, tidak juga dengan desakan dan sedikit marah, si penjaga counter itu keukeuh mengatakan ini sudah terlambat. 'Jadi tiket saya ini maksudnya sudah tidak berlaku? Sudah hangus?' desakku lagi. 'Masih, pak. Tapi bapak tidak bisa lagi ikut dengan pesawat jam tujuh empat lima,' katanya tegas menjengkelkan. Mana supervisor kamu, saya ingin bicara,' kataku. Seorang laki-laki muda muncul dan mengajakku ke loket lain di bagian belakang. Aku pikir tadinya ini adalah bantuan memecahkan masalah. Ternyata di loket itu aku kembali diberitahu bahwa tidak ada jalan sedikitpun bagiku untuk ikut pesawat yang dimaksud. Lamat-lamat terdengar pemberitahuan agar penumpang pesawat dengan nomor itu dipersilahkan naik ke pesawat.

Sementara aku? Di loket yang baru ini aku diberitahu bahwa karena terlambat, tiketku itu sudah hangus 75%. Inaa lillahi......... 'Carikan saya tempat di penerbangan berikutnya,' pintaku lunglai karena tidak ada gunanya berdebat dengan manusia robot seperti ini. 'Ada pak, jam sepuluh. Tapi harga tiketnya sembilan ratus....' (yang adalah dua kali lipat tiketku yang dihanguskan mereka yang juga adalah tiket bukan promo). 

Aku gemetar menahan marah. Tapi sekali lagi, ini adalah manusia-manusia robot yang tak ada gunanya diajak berbicara. Akupun membayarlah 1,550,000 untuk mendapatkan dua tempat di pesawat berikutnya jam sepuluh. Nah, apa namanya yang aku bayar ini kalau bukan sebuah 'perampokan'?

Lalu pesawat jam sepuluh itu...... ternyata terlambat 45 menit. Giliran si Bungsu naik pitam. Didatanginya manajer penjualan tiket dan diceritakannya pengalaman kami pagi itu. Dituduh terlambat untuk check in padahal waktu masih ada, dihanguskan 75% harga tiket, dipaksa membayar dua kali lipat untuk penerbangan berikutnya. 'Dan sekarang pesawat sampeyan terlambat 45 menit..... apa tanggung jawab sampeyan?' hardiknya.

Si Bungsu lupa bahwa dia berbicara dengan robot. Tentu saja tidak ada jawaban yang mengenakkan. Kecuali permintaan maaf, karena itu diluar kuasa kami, katanya. Huh.....

*****         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar