Sabtu, 31 Desember 2016

Kemana Di Malam Pergantian Tahun?

Kemana Di Malam Pergantian Tahun?  

Kemana aku di malam pergantian tahun di sepanjang hidupku? Hampir di semua saat pergantian tahun itu aku tidur pulas di tempat tidur. Kecuali satu kali, ketika aku terjebak oleh undangan ulang tahun seorang rekan sekantor. Kejadian tersebut di tahun 1980an di Balikpapan. Ketika aku dan teman-teman diundang ke pesta seorang senior di kantor. Meski pada awalnya aku menolak, hanya dengan alasan aku lebih memilih untuk tidur awal seperti biasanya, namun akhirnya luluh juga oleh rayuan pertemanan.

Sampai ketika masih di SMP di kampung, dilanjutkan lagi masa di SMA, terus waktu kuliah di Bandung aku tidak pernah hirau dengan malam tahun baru. Tidak pernah merasa perlu membuat kegiatan khusus atau pergi menghadiri acara khusus. Aku tidur pada waktunya meski kadang-kadang terbangun dan terusik juga oleh gemuruhnya suara mercon. 

Ada pula yang mengajak untuk beribadah khusus (shalat malam di mesjid) pada malam pergantian tahun. Sama saja, aku juga tidak tertarik. Kalau mau shalat malam, ya shalat malam saja tanpa perlu dihubung-hubungkan dengan acara pergantian tahun. Meski yang mengajak mengatakan dari pada melewatkan malam tahun baru di hotel-hotel atau di tempat-tempat hiburan yang tarifnya mencengangkan. Kalau alasannya itu, jelas tidak kena mengena denganku, karena akupun tidak melewatkan malam itu di hotel.

Di tingkat yang paling sederhana di lingkungan RT, ada juga yang menyengaja bertanggang (begadang) di malam pergantian tahun. Mereka buat acara kumpul-kumpul sambil makan-makan, dengan membakar ikan misalnya. Pokoknya mereka berusaha membuat malam itu beda dari malam-malam lain. Dan aku ditanya, kenapa nggak ikut? Jawabku, karena tidak berminat.   

Ada orang yang merasa perlu benar menandai pergantian tahun itu dalam kehidupannya dengan acara yang dibuat-buat. Hotel-hotel dan restoran-restoran terkenal mengiklankan acara pergantian tahun dengan pertunjukan istimewa, hiburan oleh artis istimewa, dengan hidangan istimewa. Tentu saja dengan biaya yang istimewa pula mahalnya. Ada orang-orang berduit yang tidak segan-segan membayar acara serba istimewa itu. Tapi aku tidak pernah bisa memahami, kenikmatan apa yang mereka peroleh. Itu kan selera masing-masing orang, kata seorang temanku. Aku yakin dia benar. 

Dan ini kutulis sebelum tidur sebentar lagi. Kalau Allah mengizinkan aku untuk terbangun besok subuh, maka kita sudah berada di tahun baru 2017. 

****                   

Kamis, 29 Desember 2016

Dibuai Perjalanan Waktu

Dibuai Perjalanan Waktu  

Beberapa puluh jam lagi kita akan melewati pergantian tahun. Tahun 2016 akan segera berakhir dan kita akan memasuki tahun baru 2017. Biasanya, sebahagian dari kita akan menggumam, 'cepatnya waktu berlalu' ketika melalui saat-saat seperti ini.  Karena memang demikian adanya. Waktu aku masih aktif bekerja, terasa benar cepatnya waktu demi waktu itu berlalu. Setiap kita memulai awal pekan di hari Senin, lalu kemudian menutup pekan di hari Jum'at, sering kita mendengar ocehan rekan sekantor, 'sudah  Jum'at lagi'. Selalu saja begitu.

Dulu aku merasa bahwa sesudah pensiun hari-hariku akan lebih panjang. Ternyata tidak. Aku selalu menyadari bahwa hari-hari itu berlalu dengan sangat cepat. Sejak bangun sebelum subuh sampai tidur lagi sekitar jam sepuluh malam, tertidur lalu terbangun lagi di waktu subuh. Hari demi hari berulang dengan rithme yang sama. Dan terasa sangat cepat. 

Sering aku menoleh jauh ke belakang, terutama ketika ingat atau melihat kenangan beberapa tahun yang lalu. Ketika melihat foto atau membaca catatan lama. Dan langsung terkesima ketika menyadari bahwa kejadian itu telah berlalu puluhan tahun. Kemarin misalnya ada kemenakan yang memposting foto tahun 1994. Anakku berkomentar bahwa aku masih terlihat 'segeh' waktu itu. Ya iyalah, karena foto itu diambil ketika aku 'baru' berumur 43 tahun. 

Lalu apa yang terpikirkan ketika tersentak dalam mengamati pergeseran waktu itu? Bagiku yang teringat adalah umur yang tersisa. Aku semakin dekat ke garis finish. Ke penghujung kehidupan ini. Berapa lagi yang tersisa hanya Allah saja yang tahu. Peringatan itu lebih menyentak lagi ketika aku ikut mengantarkan jenazah ke pekuburan seperti yang aku lakukan kemarin. Gilirankupun pasti akan sampai.   

Takut dan cemas menghantui pikiranku kalau teringat akan kematian. Karena bekalku yang sangat sedikit untuk menghadap Allah. Bagaimana aku akan menjawab setiap soal mengenai petualangan kehidupanku di hadapan pengadilan Allah nanti.  

Ya Allah! Matikanlah aku pada waktunya dalam keadaan husnul khaatimah..... Aamiin.

****            

Jumat, 23 Desember 2016

Cerita Tentang Obat Alternatif

Cerita Tentang Obat Alternatif  

Melalui media FB ataupun WA ataupun media lain tempat berbagi informasi, sangat banyak berseliweran cerita tentang obat alternatif. Meski sepertinya sebagian besar dari cerita atau berita itu merupakan copy/paste dari sumber lain. Banyak sekali jenisnya dan untuk berbagai macam penyakit. Seperti obat sakit gula (diabetes), asam urat, gangguan ginjal, bahkan berbagai jenis kanker. Rata-rata bercerita tentang obat yang sangat manjur yang mampu menyembuhkan penyakit dalam waktu sangat singkat. Biasanya pula obat-obat seperti ini berbahan dasar tumbuh-tumbuhan atau buah-buahan.

Sejauh mana keampuhannya? Wallahu a'lam. Akupun pernah tergoda untuk mencobanya. Aku mengidap penyakit asam urat sudah sejak lama. Ada yang menginformasikan obat asam urat dengan nenas + lobak cina diblender dan diminum airnya.Ternyata tidak berpengaruh apa-apa.  Lalu ada yang berkomentar bahwa obat itu memang cocok-cocokan. Untuk sebagian orang dia manjur tapi tidak untuk sebagian yang lain. Ada teman lain yang mencoba obat yang sama ternyata malahan terganggu oleh kambuhnya sakit mag akibat meminum air nenas itu. 

Aku biasa mencoba obat-obat alternatif untuk penyakit asam uratku karena obat dokter memberikan efek samping. Meminum obat dokter (alupurinol) selama tiga hari berturut-turut menyebabkan timbul sariawan sangat serius di mulut. Asam uratnya tidak teratasi, penyakit lain muncul.

Seorang teman (dokter) memberi nasihat untuk tetap berhati-hati dalam mencoba obat-obat alternatif itu karena biasanya belum ada bukti ilmiah tentang kemanjurannya. Nasihat ini mungkin cukup bijak. Aku setuju sekali dengan nasihat ini. 

Terakhir aku membaca postingan seseorang di WA tentang pernyataan seorang dokter yang mengobati penyakit gulanya dengan meminum minyak zaitun. Menurut cerita tersebut dia berhasil menurunkan kadar gula darahnya dengan meminum 2 sendok makan minyak zaitun selama tiga hari berturut-turut.

Kita tentu sangat boleh berikhtiar mencoba obat dalam mengatasi penyakit. Karena setiap penyakit telah Allah sediakan obatnya. Namun perlu kita ingat bahwa obat hanyalah sekedar usaha untuk mencari kesembuhan sementara kesembuhan itu sendiri ada di tangan Allah Yang Maha Kuasa. 


****
                             

Rabu, 21 Desember 2016

Tentang Buku Karanganku Itu Lagi

Tentang Buku Karanganku Itu Lagi         

Beberapa orang yang membaca buku karanganku memberikan apresiasi. Sepertinya ada yang agak berlebihan, entahlah.  Ada yang bertanya apakah buku Derai-derai Cinta itu pengalaman pribadiku? Aku jawab tidak, itu hanya karangan. Apakah cerita tentang bencana banjir bandang atau galodo dalam cerita itu juga karangan? Aku bilang, tidak. Galodo itu memang pernah terjadi. Lalu apakah tokoh yang ada dalam cerita yang mengalami peristiwa galodo itu benaran? Kujawab lagi tidak. Dia agak bingung. Jadi bagaimana sebenarnya, tanyanya pula. Ya itulah sebenarnya, cerita yang dikarang di atas sebuah realitas. Dengan latar belakang sebuah kejadian. Tapi kandungan utamanya adalah fiktif. Kata yang bertanya pula, cerita itu benar-benar seperti kejadian nyata.....

Begitu juga halnya dengan cerita Anak Manusia Korban Politik. Orang lain lagi yang bertanya. Apakah isi cerita itu benar-benar kejadian? Jawabannya juga tidak. Apakah itu berdasarkan pengalaman seseorang yang sangat anda kenal, tanyanya pula. Tidak juga.  Tapi alur cerita seperti itu memang ada di tengah masyarakat kita, dan membacanya seperti kita menyimak laporan kejadian sebenarnya. Ya, syukurlah kalau demikian, jawabku pula. Bagaimanapun itu hanya sebuah karangan alias fiktif.

Cerita-cerita pendek dalam buku Pulang Kampung itu semua juga fiktif?  Ya, semua fiktif. Semua hanya karangan. Banyak dari cerita pendek itu bernuansa jadul. Bernuansa cerita jaman dulu.

Seorang kakak sepupuku mengomentari bahwa bahasa dalam cerita-cerita itu terlalu keminang-minangan. Aku jawab, memang iya. Itu memang disengaja.

Lalu ada lagi pertanyaan anakku. Apa sih motifasinya mempublikasikan buku-bukuku itu? Ya ingin berbagi cerita saja dengan orang-orang yang berminat membacanya. Aku merasa bahwa karanganku itu layak untuk dibaca dan aku ingin orang lain membacanya. Kenapa  dicetak sedikit saja. Aku bilang yang sedikit itu saja juga masih tersisa. Berarti tidak laku dong, kata anakku. Bagaimana sih cara mempublikasikannya? Memang, tidak seberapa laku, jawabku. Caranya hanya sekedar menginformasikan melalui facebook, lalu direspons oleh beberapa orang teman. Mereka pesan, lalu bukunya dikirim dengan Tiki. Kenapa tidak diiklankan, tanya anakku lagi.  Aku tidak merasa perlu mengiklankannya. 

Dan memang begitulah adanya. Hari ini kebetulan ada lagi yang memesannya, teman dari seseorang yang sudah lebih dulu membacanya.

****                          

Jumat, 16 Desember 2016

Imam Mahdi Telah Datang - Ini Tanda-tandanya (Dari Islampos)

Imam Mahdi Telah Datang - Ini Tanda-tandanya

TIBA di akhir zaman, kita akan kedatangan salah seorang yang paling berperan penting bagi umat Islam. Dialah Imam Mahdi. Dia yang akan memimpin umat Islam pada jalan kebenaran dan keselamatan. Dia akan berjuang bersama Nabi Isa yang turun kembali ke bumi untuk membunuh Dajjal.

Hanya saja, kapan itu terjadi, kita belum mengetahuinya. Meski begitu, kita akan mengetahui dari tanda-tandanya. Ya, akan ada tanda-tanda khusus yang menunjukkan bahwa Imam Mahdi telah hadir di tengah-tengah kita. Lalu apa sajakah indikasi kedatangan Imam Mahdi?

Dalam sebuah hadis Nabi ﷺ memberikan gambaran umum indikasi kedatangan Imam Mahdi. Ia akan diutus ke muka bumi bilamana perselisihan antar-manusia telah menggejala hebat dan banyak gempa-gempa terjadi. Dan kedua fenomena sosial dan fenomena alam ini telah menjadi semarak di berbagai negeri dewasa ini.

“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman,” (HR. Ahmad 10898).

Hadis berikut ini bahkan memberikan kita gambaran bahwa kedatangan Imam Mahdi akan disertai tiga peristiwa penting;

Pertama, perselisihan berkepanjangan sesudah kematian seorang pemimpin.

Kedua, dibai’atnya seorang lelaki (Imam Mahdi) secara paksa di depan Ka’bah.

Ketiga, terbenamnya pasukan yang ditugaskan untuk menangkap Imam Mahdi dan orang-orang yang berbai’at kepadanya. Allah benamkan seluruh pasukan itu kecuali disisakan satu atau dua orang untuk melaporkan kepada penguasa zalim yang memberikan mereka perintah untuk menangkap Imam Mahdi.

“Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah, lalu datanglah kepada lelaki ini beberapa orang dari penduduk Mekkah, lalu mereka membai’at Imam Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di antara Rukun dengan Maqam Ibrahim (di depan Ka’bah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah,” (HR. Abu Dawud 3737). 

Sumber: www.eramuslim.com

****

Rabu, 14 Desember 2016

Mendengar Ta'lim Dan Amalan Yang Paling Utama

Mendengar Ta'lim Dan Amalan Yang Paling Utama 

Seorang teman bertanya dalam keadaan setengah bingung, kenapa kita sering pergi mendengarkan pengajian / ta'lim tapi semakin sering pula kita tergoda untuk berbuat dosa. Begitu pertanyaannya. Agak mengambang memang pertanyaannya ini. Kenapa dengan sebab sering hadir di majelis ilmu bisa menyebabkan dia malah sering tergoda untuk berbuat dosa seperti yang dikatakannya. Dia tidak menjelaskan semakin sering tergoda berbuat dosa seperti apa. Atau mungkin maksudnya dia tidak mampu mengamalkan yang dia dengar di pengajian.

Memang ada saja orang yang merasa bahwa dia tidak mendapat tambahan ilmu sesudah mendengarkan ceramah atau pengajian. Sebenarnya mungkin bukan tidak mendapatkan ilmu, tapi tidak mampu mengamalkan ilmu yang baru didapatkannya. Di sebuah pengajian misalnya dibahas tentang keutamaan shalat di awal waktu. Sederhana ilmu yang diterangkan itu. Ustadznya menjelaskan sebuah hadits sebagai berikut;   

Dari Abu Amr Asy-Syaibani, dia berkata : Telah bercerita kepada saya pemilik rumah ini –dia mengisyaratkan dengan tangannya ke rumah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu-, dia berkata :

Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: “Amal perbuatan apa yang paling dicintai Allah ?”.

Beliau menjawab : “Shalat pada waktunya”.

Saya bertanya : “Kemudian apa ?”.

Beliau menjawab : “Berbakti kepada kedua orang tua”.

Saya bertanya : “Kemudian apa ?”.

Beliau menjawab : “Jihad di jalan Allah”.

Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata : “Rasulullah menyampaikan ketiganya kepada saya, jika saya menambah pertanyaan tentangnya, niscaya beliau menjawabnya”. Muttafaq Alaih.

Begitu urut-urutan amal yang paling utama menurut keterangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Shalat di awal waktu adalah amalan yang paling utama. Pada hadits yang lain diterangkan keutamaan shalat berjamaah di mesjid terutama bagi laki-laki sebagai berikut;

Dari Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Shalat seseorang dengan berjamaah itu dilipatgandakan pahalanya 25 kali atas shalat sendirian yang dia kerjakan di rumah dan di pasar. Hal itu apabila ia berwudhu dengan sempurna, lalu ia keluar menuju ke masjid dan tidak ada yang mendorongnya keluar (menuju ke masjid) selain shalat. Tidaklah setiap langkahnya kecuali akan mengangkatnya satu derajat dan menghapuskan darinya satu kesalahan. Apabila ia shalat, malaikat akan senantiasa mendoakannya selama ia berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah, rahmatilah dia.’ Salah seorang di antara kalian tetap dianggap berada dalam shalat selama ia menanti shalat.”

Seyogianya jika kita ingin memperbaiki amal ibadah sesudah mendengar ta'lim adalah dengan berusaha sekuat-kuatnya untuk mengamalkan ilmu yang kita dengarkan tersebut. Terutama sekali dalam hal menegakkan shalat. Perbaiki shalat kita, mudah-mudahan sesudah itu kita akan mendapat bimbingan Allah dalam menjalankan amalan-amalan yang lain. 

****  

Minggu, 11 Desember 2016

Ketika Allah Menggerakkan Hati

Ketika Allah Menggerakkan Hati     

Peristiwa berkumpulnya umat Islam untuk shalat Jum'at di Monas pada tanggal 2 Desember 2016 yang lalu adalah sebuah kejadian sangat luar biasa. Mungkin tidak ada yang membayangkan sebelumnya bahwa akan hadir sedemikian banyak umat manusia pada hari itu. Aku betul-betul terkesima menyaksikan foto-foto yang menunjukkan kumpulan entah berapa banyak manusia (Allah semata yang tahu berapa sebenarnya jumlah mereka), yang bukan hanya memenuhi lapangan Monas tapi melimpah ruah sampai ke bundaran di depan Hotel Indonesia, terus sampai ke arah jalan Diponegoro. Bahkan ada seorang sahabat yang mengatakan dia tidak bisa maju lagi dari Semanggi menuju Monas karena jalan dipadati manusia, di pagi hari Jum'at itu. Subhanallah. Padahal ini adalah kedatangan yang benar-benar spontanitas. Tidak ada organisasi, tidak ada partai, tidak juga perkumpulan yang menggerakkan. Yang menggerakkan hati begitu banyak umat Islam hadir di hari itu benar-benar hanya Allah. 

Mereka datang tidak hanya dari Jakarta dan sekitarnya, tapi dari tempat-tempat yang sangat jauh di Sumatera, di Kalimantan, di Sulawesi, di Maluku, di Nusa Tenggara. Beribu-ribu banyaknya. Yang sangat fenomenal adalah mereka yang datang berjalan kaki dari Ciamis, lebih dari 200 km dari Jakarta, karena penguasa melarang perusahaan angkutan membawa mereka ke Jakarta, meski konon akhirnya mengijinkan juga, tapi sudah tidak diterima oleh para jamaah yang bersemangat itu. Allah semata yang memelihara mereka selama dalam perjalanan yang luar biasa itu. 

Beberapa hari sebelumnya, aku terlibat dalam sedikit diskusi dengan salah seorang anakku yang kritis, ketika dia melihat gelagat bahwa aku akan hadir pula ke Monas. Dia awali hujjahnya dengan mengatakan bahwa tidak ada sunah Rasulullah  mengerjakan shalat Jum'at di lapangan. Tidak ada sunah Rasulullah untuk melakukan demo kepada penguasa. Aku tidak mau meladeni hujjah tersebut. Aku hanya mengatakan bahwa aku ikut dalam barisan yang menegakkan amar ma'ruf dan nahi munkar. Dengan mereka yang menuntut ditegakkannya keadilan dan dicegahnya kesewenang-wenangan untuk tidak berlaku adil.  Dan diskusi tidak diperpanjang lagi.

Hari Kamis siang aku diingatkan pengurus mesjid bahwa aku adalah khatib cadangan hari Jum'at besok, dan sepertinya harus menggantikan khatib yang pasti akan berhalangan. Masih aku tanyakan, kemana khatib yang sudah dijadwal? Jawabnya, beliau besok memimpin jamaahnya ke Monas. Lalu aku katakan, kalau begitu, mohon dicarikan khatib cadangan lain, sebab saya besok juga akan ikut ke Monas in sya Allah, kataku.  Beliau kaget dan bertanya, dengan siapa anda akan pergi besok. Dan aku jawab bahwa aku sudah mendaftarkan diri kepada seorang anak muda yang mengkoordinir dari jamaah mesjid kami. 

Dan itulah yang terjadi. Kami bersepuluh orang, berangkat dengan dua buah mobil, jam setengah tujuh pagi dari Jatibening. Kami menempuh jalan tol Cikampek menuju Jakarta, terus di toll kota menuju Tanjung Periuk dan keluar di Cempaka Putih. Kecuali sedikit macet di pintu toll kota, perjalanan sampai ke Cempaka Putih relatif lancar. Tapi begitu keluar toll, kendaraan mulai merayap. Lalu lintas padat luar biasa dengan banyak sekali bus-bus besar dengan penumpang jamaah berbaju putih di dalamnya. Mendekati persimpangan ke Kemayoran, sudah hampir dua jam kami berada di jalan ini, kendaraan hampir-hampir tidak bisa lagi bergerak. Kami diarahkan untuk berbelok ke arah Kemayoran oleh petugas lalu lintas partikelir. Kami ikuti arahan itu dan mencari tempat memarkir mobil dekat sebuah mesjid. Setelah itu kami berjalan kaki menuju Monas, melalui jalan ke arah Senen, terus ke Lapangan Banteng, Gambir dan akhirnya sampai di luar pagar lapangan Monas, sejauh sekitar 4 - 5 kilometer. Di sana sudah berkumpul banyak sekali umat, duduk di jalan. Dan kami akhirnya ikut duduk di sana.  

Di sana kami duduk menanti masuknya waktu. Kemudian terdengar suara azan sangat lamat-lamat. Lalu azan kedua, begitu juga. Seterusnya terdengar suara khotbah dalam gumaman seperti setengah berbisik. Tidak jelas sama sekali isi khotbahnya. Dan akhirnya terdengar iqamah. Dan kamipun berdiri untuk shalat. Di bawah guyuran hujan. Lamat-lamat terdengar suara imam, ketika dia membaca akhir alfatihah, lalu kami ikut mengamiinkan.  Dan imam membaca qunut nazilah di i'tidal rakaa'at kedua. Sebuah doa yang panjang, yang meski juga tidak terdengar. 

Kalau ada yang mengatakan shalat Jum'at kami pada waktu itu ada kekurangannya, seperti tidak terdengarnya khutbah, tidak jelasnya bacaan imam, biar sajalah. Mudah-mudahan Allah menerimanya juga. Kebersamaan kami ini.

Sampai berjalan lagi ke tempat mobil kami diparkir, dan kembali pulang ke Jatibening, aku tidak bisa membayangkan berapa banyak sebenarnya umat yang hadir siang itu. Sampai sekarangpun aku tidak bisa mengetahui berapa jumlah sebenarnya. Ada yang mengatakan sampai 7 juta orang. Yang moderat mengatakan antara 3 sampai 4 juta orang. Inipun masih jumlah yang luar biasa. Dan tidak ada huru-hara. Semua berjalan tertib dan damai. Siapakah yang mengatur dan menggerakkannya kalau bukan Allah? Mudah-mudahan kita benar-benar mengambil pelajaran tentang ke Maha Perkasaan Allah dengan peristiwa 2 Desember ini. Mudah-mudahan mereka-mereka yang mencoba menggembosi acara ini sebelum berlangsungnya juga mengambil pelajaran darinya. 

****