Jumat, 27 Mei 2011

Beramal Dengan Menggunakan Akal

Beramal Dengan Menggunakan Akal 

Seorang sahabat kami (jamaah mesjid) bercerita bahwa beliau diberi tahu kalau waktu yang kita gunakan yang mengambil patokan waktu GMT sebagai pembanding, adalah salah. Peraturan waktu berujukan waktu GMT itu secara 'semena-mena' menetapkan sebuah garis pemisah hari di lautan pasifik. Ini adalah sebuah kezaliman karena di belakang garis pemisah hari itu, hari menjadi tidak jelas. Apakah mereka yang shalat Jumat di negeri dekat garis pemisah itu masih benar-benar melakukan shalat Jumat atau (salah satunya) keliru shalat di hari Sabtu? Oleh karenanya, 'kita' harus menetapkan patokan waktu kita sendiri yang diawali di Makkah, begitu pendapat ini mengatakan.

Aku agak terbingung-bingung sambil tidak mengerti mendengarkannya. Apakah kesepakatan dunia menetapkan garis pemisah hari itu zalim? Aku coba berbodoh-bodoh mengamati waktu dan hari di kota-kota di sekeliling dunia dengan mengasumsikan tidak ada garis pembatas atau pemisah hari. Seperti ini.......

Pada saat ini, saat jam tujuh di Jakarta hari Sabtu pagi. Di Jayapura yang waktunya dua jam lebih awal dari Jakarta, saat ini adalah jam sembilan pagi hari Sabtu. Di Hawai ke sebelah timurnya lagi jam sembilan ditambah lima jam adalah jam dua siang hari Sabtu (sengaja  aku ulang menyebut nama harinya untuk menghilangkan garis pemisah hari). Di Los Angeles ditambah lagi dua jam, berarti jam empat sore (Sabtu). Di New York, ditambah empat jam berarti jam delapan malam (Sabtu). Menyeberang ke London, ditambah empat jam, berarti jam  dua belas tengah malam (hari Sabtu atau Minggu? Tentu terpaksa hari Minggu). Di Makkah tambah tiga jam lagi, jam tiga pagi (hari Minggu). Terakhir kembali ke Jakarta, ditambah pula empat jam lagi maka sekarang adalah hari Minggu jam tujuh pagi.

Kacau kan kalau begitu? Coba pula mengamati bertahap ke arah barat dengan cara yang sama, maka tanpa garis pemisah hari kita akan kembali di Jakarta pada hari Jumat jam tujuh pagi untuk waktu saat ini. Sekali lagi, jelas sangat kacau. Adanya kesepakatan dunia menetapkan garis pemisah hari adalah untuk menghindari kekacauan tersebut. Lalu ditetapkan suatu area yang  minimum resiko 'kebingungan' beda hari itu di daerah Pasifik sana. Di dekat garis pemisah waktu itu, silahkanlah mengikuti keyakinan bersama, mana yang hari Jumat, mana yang hari Sabtu. Dan laksanakan shalat Jumat di hari yang disepakati itu. Allah pasti tidak akan menyulitkan hamba Nya. 

Meskipun kota rujukan waktu dipindahkan ke Makkah, tetap saja di suatu tempat yang berjarak 180 derajat busur bumi dari Makkah, harus ada garis pemisah hari, kalau tidak ingin kejadian seperti contoh bodoh-bodoh di atas terjadi.

Jadi beramal, beribadah memang perlu pula kita menggunakan akal dan kesepakatan / kaidah yang diterima secara bersama-sama. Kalau tidak kita akan sulit sendiri. Wallahu A'lam.......

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar