Sabtu, 19 Maret 2011

Besan Melayu

Berbesan Melayu

Saat ini, at this very moment, aku sedang berada di Rumbai - Pakan Baru. Kami, aku dan istriku sampai di kota ini dua hari yang lalu dalam rangka menghadiri dan menyaksikan pernikahan kemenakanku yang paling sulung. Kemenakan laki-laki yang paling tua. Ya, yang paling sulung, karena dia memang agak terlambat menikah. Dua orang adik perempuannya sudah lebih dahulu berumah tangga. Usianya memang sudah lebih tiga puluh tahun, usia yang sudah sangat matang untuk berkeluarga.

Jodohnya seorang gadis Melayu - Riau. Tiga bulan yang lalu, aku juga datang ke Pakan Baru. Waktu itu kebetulan menghadiri pernikahan anak kakak iparku. Dan pada waktu itu aku juga berkesempatan ikut dalam acara penjajagan (persiapan sebelum pernikahan) kemenakanku itu. Ketika itulah aku untuk pertama kali mengenal keluarga Melayu - Riau yang berasal dari daerah Siak. Mereka berbahasa Melayu (ya, iyalah), mirip bahasa Malaysia (ya, iyalah). Namanya jodoh...... buat sang kemenakan. 

Selama ini aku menganggap bahwa penduduk kota Pakan Baru agak memaksakan memelayukan diri. Dalam bayanganku Pakan Baru adalah 'Minang'. Aku pernah hidup dan tinggal di sini selama dua tahun ketika masih bersekolah di SMA tahun 1967. Teman-temanku berasal dari berbagai pelosok Indonesia (Ambon, Manado, Jawa, Sunda, Palembang, Batak) dan kami waktu itu semua berbahasa Minang. Berbahasa Minang benar-benar. Yang Jawa dengan yang Batak, yang Palembang dengan yang Sunda, yang Ambon dengan Menado....., semua berbahasa Minang. Setidak-tidaknya faham bahasa Minang. Setidak-tidaknya terpengaruh untuk berbahasa Indonesia berdialek Minang. Indak ada bagai aku begitu do....
  
Di pesta yang diawali sejak kemarin dengan akad nikah, suasananya sangat Melayu. Aku juga baru melihat kartu undangan. Namanya bukan 'undangan' tapi 'jemputan'. Kita, kami, dijemput datang. Tadi siang di acara perhelatan juga terjadi upacara dengan resam adat Melayu. Ada acara pantun berpantun. Rombongan penabuh rebana berpakaian teluk belanga. Pun juga para penyanyi melantunkan lagu Melayu yang bukan lagu dangdut.

Pakan Baru memang kota bertuah..... dalam tatanan Melayu. Meski di pasar pusat aku mendengar bahasa Minang masih sangat dominan.....

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar