Minggu, 29 Juli 2012

Dari 'Hidayatullah.com'

Penayangan ‘Great British Islam’ Sambut Ramadhan di Inggris

 


Sabtu, 21 Juli 2012

Hidayatullah.com--Perjalanan masuknya agama Islam di Inggris sejak beberapa abad silam dan kisah William Henry Quilliam sebagai orang Inggris pertama yang menjadi muslim, ditayangkan stasiun televisi BBC London.

Tayangan selama dua jam dalam dua seri yang berjudul "Great British Islam" itu, menyambut bulan suci Ramadan 1433 Hijriah tahun 2012 di Inggris yang dimulai Jumat.

Pada musim panas ini di Inggris, waktu sahur sekitar pukul 2.30 pagi dan Magrib sekitar pukul 09.05 waktu setempat.

Pengamat masalah sosial dan kandidat doktor (PhD) dari Essex University, Hakimul Ikhwan, mengatakan, Sabtu (21/7/2012), tayangan Great British Islam di stasiun BBC London mulai Rabu malam itu, bukan hanya menambah pengetahuan mengenai sejarah masuk Islam di Inggris.

Tayangan itu juga menggugah perasaan sebagai muslim untuk mensyukuri dan respek terhadap komitmen Inggris pada prinsip demokrasi, terutama dalam pengertian menjamin kebebasan berekspresi dan berkeyakinan, ujar Hakimul, dosen Sosiologi Fisipol UGM Yogyakarta.

Sebelum sampai ke Inggris, tidak pernah terbayangkan pada diri suami Lia Yuliawati bahwa tayangan seperti itu bisa ada di TV Inggris sekelas BBC.

Dalam hal ini, mungkin Inggris memang terdepan dibanding negara-negara Eropa lainnya, seperti Jerman dan Prancis, ujar ayah satu putri itu pula, seperti dimuat Antara.

Menurut dia, tayangan "Great British Islam" sangat menginspirasi, dan banyak hal yang menarik untuk dikomentari.

Dia mengapresiasi, ketangguhan prinsip masyarakat Ingggris  terhadap prinsip penghargaan keberagaman/pluralitas.

Tidak hanya itu, mereka juga memfasilitasi dan menghadirkannya sebagai diskursus di ruang publik melalui media yang paling mudah diakses, yaitu televisi, ujar alumni Pondok Modern Gontor Angkatan 1997.

Ia mengatakan, perkembangan Islam di Inggris sejak abad 19 sekaligus membantah tesis atau pandangan para Orientalis bahwa Islam berkembang melalui pedang (peperangan).

Justru yang terjadi di Inggris, sebagaimana juga terjadi di Indonesia, Islam sukses berkembang melalui kemampuan "membumikan" nilai dan ajaran Islam sesuai dengan konteks dan kebutuhan masyarakat lokal, ujar peneliti dengan topik "Islamism and Democracy" itu lagi.

Dalam "Great British Islam", berupa tayangan dokumenter ini, bercerita mengenai seorang tokoh kenamaan Inggris yang mencoba memahami Islam pada pertengahan abad ke-19.

Bertempat di sebuah bangunan yang kini sudah tampak kusam, William Henry Quilliam, menemukan kedamaian di dalamnya.

Bangunan yang bercat putih kusam dengan bagian pintu depan yang terlihat reyot dan pintu belakang penuh dengan coretan grafiti, serta sarang burung dara dan jamur yang melekat pada hampir seluruh permukaan dinding itu menyimpan cerita panjang mengenai Islam di Negeri Ratu Elizabeth II ini.

Hakimul mengatakan, Islam dalam konstruksi masyarakat Inggris saat itu identik dengan kebodohan dan kepicikan ("narrow minded"), sehingga Quilliam mendakwahkan Islam melalui bahasa ilmu pengetahuan.

Merujuk sejarah tersebut, kesadaran yang perlu dibangun adalah kontekstualisasi Islam mengatasi berbagai persoalan kekinian, bukan justru menjadi bagian masalah kekinian, kata dia.

"Jika tidak, maka ancaman kebangkrutan niscaya terjadi, mengingat perkembangan Islam di Inggris tidak terjadi dalam relasi penaklukkan atau peperangan sehingga wajah Islam Inggris cenderung lebih lentur, fleksibel, dan egaliter," ujar dia lagi.

Menurut dia, sebagaimana terjadi di Indonesia, Islam berkembang di Inggris melalui proses kultural yang dibangun melalui jaringan sosial dalam komunitas di tingkat lokal.

Karenanya, Islam hadir dalam beragam wajah dan ekspresi di tengah keragaman sosial masyarakat Inggris Raya.

Gelombang besar migrasi ke penjuru wilayah Inggris Raya dalam beberapa dekade terakhir, terutama awal abad 21, sekaligus menambah besar keragaman wajah Islam di Inggris Raya, ujar Hakimul yang meraih gelar Master dari University of Nottingham itu pula.

Sang Penyair

William Henry Quilliam, menurut laman Wikipedia, adalah pria kelahiran Liverpool, 10 April 1856 yang berasal dari keluarga kaya raya. Ayahnya, Robert Quilliam, seorang pembuat jam.

Sejak kecil William sudah mendapatkan pendidikan yang memadai, dan oleh kedua orang tuanya disekolahkan di Liverpool Institute dan King William`s College.

Pada kedua lembaga pendidikan ini, ia mempelajari bidang hukum, dan pada 1878, William memulai karier sebagai seorang pengacara. Ia tumbuh dan dibesarkan sebagai seorang Kristen.

Agama Islam baru dikenalnya ketika ia mengunjungi wilayah Prancis selatan pada 1882. Sejak saat itu, dia mulai banyak mempelajari mengenai Islam dan ajarannya.

Ketertarikannya terhadap Islam semakin bertambah saat ia berkunjung ke Aljazair dan Tunisia.

Sekembalinya dari mengunjungi Maroko, William merealisasikan keinginannya untuk berpindah keyakinan ke agama Islam.

Setelah masuk Islam, ia mengganti namanya menjadi Abdullah Quilliam.

Usai menyandang nama baru ini, William gencar mempromosikan ajaran Islam kepada masyarakat Liverpool.

Untuk mendukung syiar Islam di kota tempat kelahiran The Beatles itu, William mendirikan lembaga bagi mereka yang ingin mengetahui dan belajar tentang Islam.

Pada 1889, ia pun mendirikan Liverpool Muslim Institute.

Tak hanya sebatas menjadi pusat informasi Islam, Abdullah kemudian memfungsikan bangunan Liverpool Muslim Institute menjadi tempat beribadah bagi komunitas Muslim Liverpool.

Bangunan itu mampu menampung sekitar seratus orang jemaah.

Pendirian masjid ini kemudian diikuti oleh pendirian sebuah perguruan tinggi Islam di Kota Liverpool, dan sebuah panti asuhan bernama Madina House.

Sebagai pimpinan perguruan tinggi Islam  Abdullah menunjuk Haschem Wilde dan Nasrullah Warren.

Sebagaimana pujangga Inggris William Shakespeare, William Henry Quilliam/Abdullah Quilliam ini dikenal aktif sebagai penulis sastra, dan berupaya menarik simpati masyarakat non-Muslim di Liverpool melalui karyanya.

Dalam rentang waktu sepuluh tahun, dia berhasil mengislamkan lebih dari 150 warga asli Inggris, baik dari kalangan ilmuwan, intelektual, maupun para pemuka masyarakat, termasuk ibunya yang semula seorang aktivis Kristen.

Berbagai tulisannya mengenai Islam diterbitkan melalui media The Islamic Review dan The Crescent yang terbit dari 1893 hingga 1908 dan beredar luas secara internasional.

Harian The Independent menulis bahwa William memanfaatkan ruang bawah tanah masjid sebagai tempat untuk mencetak karya-karya tulisnya.

William menerbitkan tiga edisi buku dengan judul The Faith of Islam pada 1899. Bukunya ini sudah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa dunia.

Ratu Victoria dan penguasa Mesir termasuk di antara tokoh dunia yang pernah membaca bukunya.

Berkat The Faith of Islam, dalam waktu singkat nama Abdullah Quilliam dikenal luas di seluruh negeri-negeri Muslim.

Dia juga menjalin hubungan dengan komunitas Muslim di Afrika Barat, dan mendapatkan penghargaan dari pemimpin dunia Islam.

Bahkan, ia mendapat gelar Syekh al-Islam dari Sultan Ottoman (Turki Usmani), Abdul Hamid II, pada 1894, dan diangkat sebagai Atase Khusus Negeri Persia untuk Liverpool.*
Keterangan foto: Abdullah Quilliam.
Rep: Insan Kamil
Red: Syaiful Irwan

Sabtu, 28 Juli 2012

Sebuah Renungan Dari 'EMHA AINUN NADJIB'

Sebuah Renungan Dari........

Emha Ainun Nadjib: SAYA ANTI DEMOKRASI

Emha yang kerap menobok-obok silam ini menelurkan pernyataan kontroversial, buku baru yang ia terbitkan berjudul "Iblis Nusantara Dajjal Dunia". Berikut sekilas apa yang ia tuangkan dalam bukunya yang cukup menarik untuk disimak, yaitu "Anti Demokrasi". Ia menandaskan, kalau ada bentrok antara Ustadz dengan Pastur, pihak Depag, Polsek, dan Danramil harus menyalahkan Ustadz, sebab kalau tidak itu namanya diktator mayoritas. Mentang-mentang Ummat Islam mayoritas, asalkan yang mayoritas bukan yang selain Islam - harus mengalah dan wajib kalah. Kalau mayoritas kalah, itu memang sudah seharusnya, asalkan mayoritasnya Islam dan minoritasnya Kristen. Tapi kalau mayoritasnya Kristen dan minoritasnya Islam, Islam yang harus kalah. Baru wajar namanya.
 
Kalau Khadhafi kurang ajar, yang salah adalah Islam. Kalau Palestina banyak teroris, yang salah adalah Islam. Kalau Saddam Hussein nranyak, yang salah adalah Islam. Tapi kalau Belanda menjajah Indonesia 350 tahun, yang salah bukan Kristen. Kalau Amerika Serikat jumawa dan adigang adigung adiguna kepada rakyat Irak, yang salah bukan Kristen. Bahkan sesudah ribuan bom dihujankan di seantero Bagdad, Amerika Serikatlah pemegang sertifikat kebenaran, sementara yang salah pasti adalah Islam.
 
"Agama" yang paling benar adalah demokrasi. Anti demokrasi sama dengan setan dan iblis. Cara mengukur siapa dan bagaiman yang pro dan yang kontra demokrasi, ditentukan pasti bukan oleh orang Islam. Golongan Islam mendapat jatah menjadi pihak yang diplonco dan dites terus menerus oleh subyektivisme kaum non-Islam.
 
Kaum Muslimin diwajibkan menjadi penganut demokrasi agar diakui oleh peradaban dunia. Dan untuk mempelajari demokrasi, mereka dilarang membaca kelakuan kecurangan informasi jaringan media massa Barat atas kesunyatan Islam.
Orang-orang non-Muslim, terutama kaum Kristiani dunia, mendapatkan previlese dari Tuhan untuk mempelajari Islam tidak dengan membaca Al-Quran dan menghayati Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, melainkan dengan menilai dari sudut pandang mereka.
Maka kalau penghuni peradaban global dunia bersikap anti-Islam tanpa melalui apresiasi terhadap Qur'an, saya juga akan siap menyatakan diri sebagai anti-demokrasi karena saya jembek dan muak terhadap kelakuan Amerika Serikat di berbagai belahan dunia. Dan dari sudut itulah demokrasi saya nilai, sebagaimana dari sudut yang semacam juga menilai Islam.
 
Di Yogya teman-teman musik Kiai Kanjeng membuat nomer-nomer musik, yang karena bersentuhan dengan syair-syair saya, maka merekapun memasuki wilayah musikal Ummi Kaltsum, penyanyi legendaris Mesir. Musik Kiai Kanjeng mengandung unsur Arab, campur Jawa, jazz Negro dan entah apa lagi. Seorang teman menyapa: "Banyak nuansa Arabnya ya? Mbok lain kali bikin yang etnis 'gitu..."
 
Lho kok Arab bukan etnis?
 
Bukan. Nada-nada Arab bukan etnis, melainkan nada Islam. Nada Arab tak diakui sebagai warga etno-musik, karena ia indikatif Islam. Sama-sama kolak, sama-sama sambal, sama-sama lalap, tapi kalau ia Islam-menjadi bukan kolak, bukan sambal, dan bukan lalap.
 
Kalau Sam Bimbo menyanyikan lagu puji-puji atas Rasul dengan mengambil nada Espanyola, itu primordial namanya. Kalau Gipsy King mentransfer kasidah "Yarim Wadi-sakib...", itu universal namanya. Bahasa jelasnya begini: apa saja, kalau menonjol Islamnya, pasti primordial, tidak universal, bodoh, ketinggalan jaman, tidak memenuhi kualitas estetik dan tidak bisa masuk jamaah peradaban dunia.
 
Itulah matahari baru yang kini masih semburat. Tetapi kegelapan yang ditimpakan oleh peradapan yang fasiq dan penuh dhonn kepada Islam, telah terakumulasi sedemikian parahnya. Perlakuan-perlakuan curang atas Islam telah mengendap menjadi gumpalan rasa perih di kalbu jutaan ummat Islam. Kecurangan atas Islam dan Kaum Muslimin itu bahkan diselenggarakan sendiri oleh kaum Muslimin yang mau tidak mau terjerat menjadi bagian dan pelaku dari mekanisme sistem peradaban yang dominan dan tak ada kompetitornya.
"Al-Islamu mahjubun bil-muslimin". Cahaya Islam ditutupi dan digelapkan oleh orang Islam sendiri.
Endapan-endapan dalam kalbu kollektif ummat Islam itu, kalau pada suatu momentum menemukan titik bocor - maka akan meledak. Pemerintah Indonesia kayaknya harus segera mervisi metoda dan strategi penanganan antar ummat beragama. Kita perlu menyelenggarakan 'sidang pleno' yang transparan, berhati jernih dan berfikiran adil. Sebab kalau tidak, berarti kita sepakat untuk menabuh pisau dan mesiu untuk peperangan di masa depan.
Muslimdaily.com/

Sabtu, 21 Juli 2012

Shaum Ramadhan

Shaum Ramadhan

Di tempat aku bekerja, ada seorang karyawan wanita, orang Lombok, beragama Hindu. Dia rajin berpuasa. Puasa setiap hari Senin dan setiap bulan purnama lalu setiap bulan mati alias akhir bulan. Puasanya sama seperti puasa kita orang Islam. Artinya selama puasa dia tidak makan dan minum sama sekali. Kapan puasa itu dimulai dan kapan pula diakhiri, aku pernah bertanya. Praktis sejak masuk tidur di waktu malam sebelumnya, sampai saat terbenam matahari. 

Ada juga kawan sekantor dulu yang beragama Katholik. Ada hari-hari tertentu dia juga berpuasa. Tapi puasa mereka hanya tidak makan saja. Minum tidak dilarang.

Berpuasa adalah ibadah 'tua', yang sudah disyariatkan Allah kepada umat-umat terdahulu. Sebagaimana firman Allah bahwa puasa itu 'telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu'.   

Shaum Ramadhan adalah rukun Islam. Tidak sah Islam seseorang kalau dia meninggalkan puasa Ramadhan tanpa uzur. Dan pelaksanaan puasa itu dijelaskan sejelas-jelasnya dalam al Quran. Waktunya di bulan Ramadhan. Jadwalnya setiap hari sejak waktu fajar, sejak bisa dibedakan benang putih dan benang hitam di dalam gelapnya ujung malam. Diakhiri saat awal malam alias saat matahari terbenam. Sesudah matahari terbenam, atau diwaktu malam, kita diperbolehkan makan minum dan bercampur dengan istri. 

Kapan hari shaum itu dimulai? Jika kamu melihat hilal (awal Ramadhan) maka berpuasalah, begitu pula jika kamu telah melihat hilal (awal Syawal) berbuka atau berhari rayalah. Begitu perintah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Pada kesempatan lain beliau menyampaikan bahwa 'kita adalah umat yang ummi, yang tidak pandai menghitung awal dan akhir peredaran bulan.' 

Seharusnya perkataan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang terakhir ini dijadikan tantangan kepada anggota umat yang datang kemudian, untuk tidak terus-terusan menjadi umat yang ummi. Dan telahpun diamalkan. Sudah sejak lama hadir para ahli ilmu falak di tengah umat Islam. Beliau-beliau yang yang telah mempelajari dan menguasai ilmu hisab. Menghitung saat peredaran matahari dan bulan untuk menentukan waktu-waktu yang mutlak diketahui untuk kepentingan beribadah dalam Islam. Seperti waktu shalat, waktu awal puasa Ramadhan, waktu melaksanakan ibadah haji. Kalau di awal datangnya Islam waktu shalat diukur dengan kenampakan alam, menyingsingnya fajar untuk waktu subuh, tergelincirnya posisi matahari untuk waktu  zhuhur, lebih panjang bayang-bayang dari badan untuk waktu asar dan seterusnya. Sekarang semua itu sudah ditentukan dengan ukuran jam, menit dan detik, setelah waktu-waktu shalat itu dihisab, dihitung oleh ahli falak. Tidak ada lagi orang mengintip terbitnya fajar di waktu subuh. Atau mengukur panjang bayang-bayang di waktu asar.  Dan kita mengerjakan shalat pada waktunya.

Tapi, entah kenapa, sebagian 'kita' masih keukeuh harus melihat posisi hilal di awal bulan untuk menentukan masuknya bulan Ramadhan atau Syawal. Melihat anak bulan di hari pertama yang kehadirannya hanya beberapa menit dan ukurannya lebih halus dari sehelai benang, dengan resiko langit tertutup awan, masih terus dipertahankan. Padahal posisi itu bisa dihitung alias dihisab.  Dan agak lucunya lagi, jika posisi bulan menurut hisab kurang dari 2 derajat bujur langit, maka bulan itu mustahil terlihat dan oleh karenanya dianggap belum ada. Bahasa yang agak terbalik-balik. Diakui secara hisab posisinya masih kurang dari dua derajat. Artinya ilmu hisab diperhitungkan juga. Karena dua derajat itu terlalu kecil lalu dimustahilkan untuk terlihat. Tapi kebalikannya, bukankah dua derajat itu artinya sebenarnya anak bulan itu sudah hadir?

Pertanyaannya selalu saja mbulet seperti itu. Dari tahun ke tahun. Dan akibatnya, umat Islam selalu saja terpecah, berdahulu berkemudian melaksanakan shaum Ramadhan. 

Tapi ya sudahlah. Marilah kita jalani saja Ramadhan tahun ini dengan sebaik-baiknya. Mudah-mudahan di penghujungnya nanti kita berhasil meraih predikat taqwa yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta'aala.

*****          

Rabu, 18 Juli 2012

30 Tahun Yang Lalu

30 Tahun Yang Lalu

Di Balikpapan, di tempat aku dan keluarga bermukim ketika itu. Tempat aku bekerja mencari nafkah. Kota yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan untuk jadi tempat tinggal. Tapi tiba-tiba jadi pilihan yang paling reasonable dibandingkan dengan Tembagapura yang terlalu jauh dan Jakarta yang terlalu sumpek. Tahun 1979, aku sudah menganggap Jakarta tidak menarik untuk jadi tempat tinggal karena kesumpekannya itu. Karena kalau aku bekerja di Jakarta, tentu harus mencari dan menyewa rumah yang sederhana, yang sewanya relatif murah. Rumah seperti itu pasti tidak akan nyaman, begitu yang terpikir. 

Maka Balikpapan, sekali lagi menjadi sangat menarik. Meski pada awal-awalnya cukup  banyak tantangan juga. Anakku yang pertama lahir di Bukit Tinggi, ketika aku baru menyelesaikan masa percobaan di tempat bekerja. Bayi kecil itu kami bawa hijrah ke Balikpapan di saat dia berumur 3 bulan. Kami mula-mula tinggal di sebuah rumah sewa di jalan Gunung Guntur, sebuah rumah sederhana. Dengan air tanah yang tidak baik, mengandung zat besi dan berbau. Tapi kami bisa mengambil air minum dari keran di kantor yang dibawa dengan jerigen yang ditaruh di bagasi service car yang dipinjamkan kepadaku.

Setelah hampir setahun di rumah sewa barulah aku mendapat fasilitas perumahan kantor. Tinggal di rumah yang lebih baik dan peralatan rumah tangga dipinjamkan oleh kantor. Sebuah rumah yang disewakan kantor, terletak di jalan Gunung Sari Ulu. Balikpapan terasa jadi lebih nyaman. Dan...... kami merencanakan anak kedua. 

Meski istriku sudah mempersiapkan diri untuk hamil, selama beberapa bulan pertama kehamilannya, dia tidak merasa seperti orang hamil. Dia aktif berolah raga dan tidak pernah mengalami gangguan kesehatan. Di awal bulan ketiga, baru ada sedikit perubahan. Dia pergi memeriksakan diri dan oleh dokter dijelaskan bahwa dia telah hamil tiga bulan. Kehamilan yang enteng-enteng saja baginya. Dia masih tetap aktif dalam pergaulan dengan teman-temannya dan menyetir kemana-mana. Adiknya datang berkunjung ke Balikpapan ketika itu. Pada saat aku pergi bekerja dan menginap beberapa hari di menara pemboran, kedua kakak beradik itu bertanding-tanding makan durian. Alhamdulillah, tidak ada masalah.

Sampailah pada tanggal yang sama seperti hari ini di tahun 1982, anak kedua kami lahir. Hari-hari terakhir bulan Ramadhan. Kali ini aku hadir di ruang persalinan melihat proses kelahirannya. Subhanallah.... Dan yang lahir itu anak perempuan kedua. Kecewa? Karena berharap akan dapat anak laki-laki? Sama sekali tidak. Aku bersyukur atas anugerah Allah yang sangat elok itu. Aku katakan kepada istriku bahwa dia adalah anak kurnia Allah di bulan Ramadhan. Maksudnya? tanya istriku. Maksudnya aku menamainya seperti itu. Dia anak (kurnia Allah di bulan) Ramadhan. Diringkas dan sedikit dirobah menjadi, Diana Rimadany.  

Sekarang bayi tiga puluh tahun yang lalu itu pulang kampung dan bertempat tinggal di Balikpapan. Dia sekarang umi dari seorang anak laki-laki berumur 2 tahun lebih dan sangat menyukai kota kelahirannya.

*****         

Sabtu, 14 Juli 2012

Hitam Putih


Hitam Putih

Ketika mengamati sesuatu secara sepintas, betapa sering kita terjebak oleh pandangan yang sempit. Kita dengan mudah menyimpulkan dengan sederhana. Warna sesuatu itu hanya dua macam saja. Kalau bukan hitam, ya putih. Padahal di antara hitam dan putih Allah menempatkan banyak sekali variasi warna. Begitu kita amati dengan sungguh-sungguh, kita lihat bahwa ada warna putih, putih pucat, putih abu-abu, putih kehitaman, abu-abu, hitam dan seterusnya. Selalu  begitu.

Begitu juga ketika kita mengamati  manusia. Tidak mungkin kita mengkategorikan  mereka menjadi  manusia baik dan manusia jahat secara sempit. Setiap manusia mempunyai variasi sifat-sifat yang sangat beragam pula. Dalam baiknya, ada keburukan. Dalam keburukannya, ada kebaikan. Apalagi kalau yang kita amati kumpulan manusia. Adalah sangat gegabah untuk mengatakan suku ANU terdiri dari kumpulan orang baik-baik saja. Sementara suku INI adalah kumpulan orang-orang jahat semua. Dalam satu kelompok orang mungkin ada suatu kecenderungan untuk ‘hampir serupa’, tapi pasti tidak akan ada yang serupa seratus persen.

Tidak mungkin kita mengatakan bahwa semua orang Minang adalah orang Islam yang taat. Atau semua orang Minang itu berbakat dagang yang handal. Sebagaimana tidak mungkin kita mengatakan orang  Batak Toba semuanya penganut Kristen yang fanatik. Atau kita katakan semua orang Batak itu berwatak keras dan berbicara kasar. Jelas sekali lagi bahwa ada rentangan variasi kualitas dalam kumpulan orang-orang tersebut. Kita bisa mengatakan kebanyakannya, umumnya, tapi nilai absolut dari kebanyakannya atau umumnya itu tidak mungkin kita definisikan secara hitam putih.

Di samping itu, dalam suatu kumpulan atau kelompok, sangat biasa terdapat ada anggota kelompok yang di luar kebiasaan. Ada yang cacad. Atau sebaliknya, ada yang istimewa sekali keindahannya.

Seorang teman menyangkal bahwa ada orang Minang yang murtad, berpindah agama atau keluar dari Islam. Apakah setiap orang Minang (kembali lagi), penganut agama Islam yang taat semua? Jelas tidak. Dalam hal keimanan, juga sangat panjang rentang variasinya. Ada di antara mereka yang sangat taat, sangat bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah agama. Kebalikannya ada juga yang tidak perduli sama sekali dengan agama. Shalat tidak, puasa tidak, membayar zakat tidak. Dan yang seperti itu juga  ada di tengah masyarakat Minang. Jadi, seandainya yang seperti ini ‘terpeleset’ aqidahnya, berobah dia jadi murtad, adalah sangat mungkin saja terjadi.

Ada pula orang yang merasa sangat risih dengan berita bahwa di kalangan keluarga kerajaan Arab Saudi ada yang tidak taat. Yang suka menghambur-hamburkan uang dan hidup berfoya-foya. Padahal mereka anggota keluarga dari penjaga dua tempat suci umat Islam. Arab Saudi, dalam pikiran sementara orang harusnya steril dari hal-hal yang bersifat negatif. Dari hal-hal yang melanggar ketentuan hukum Islam. Keluarga rajanya, masyarakatnya dan semua orang yang datang ke Tanah Haram seyogianya adalah orang-orang suci belaka.  Ini pun jelas tidak mungkin. Tidak ada yang dapat menjamin seperti itu.

Adalah merupakan ketetapan Allah bahwa manusia itu bermacam ragam sifat dan keadaannya. Ada yang dapat petunjuk dan ada yang dibiarkan sesat oleh Allah. Barangsiapa yang ditunjuki Allah, tiada siapa pun yang akan menggagalkan petunjuk Allah tersebut. Begitu pula, barang siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah tidak ada siapa pun yang dapat membimbingnya untuk mendapat petunjuk. Allah jelaskan hal yang seperti itu dengan bukti nyata kepada kita yang mau beriman. Kalau Allah akan membiarkan sesat, istri Nabi sekalipun dibiarkan-Nya tersesat seperti istri Nabi Nuh dan istri  Nabi Luth. Sebaliknya, kalau Allah memberikan hidayah, bahkan istri Fir’aun pun diberi petunjuk oleh Allah.

Mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang diberi-Nya petunjuk, yang mampu menempatkan diri kita masing-masing di bawah naungan ridha-Nya. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosa kita yang tidak kita ketahui banyaknya. Yang sengaja ataupun yang tidak sengaja kita melakukannya.

****

Senin, 09 Juli 2012

Hamdan

Hamdan

Sebuah cerita yang terjadi di akhir pekan kemarin.

Adalah seorang orang kecil bernama Hamdan. Orang kecil yang bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah perusahaan, di ibu kota propinsi. Orang kecil dan sederhana dengan keluarga kecil sangat sederhana pula, dengan dua orang anak. Tinggal di sebuah rumah 5S. Sangat-sangat sederhana sekali segala-galanya. Tapi mereka bahagia. Hidup dalam cinta dan kasih sayang.

Allah menguji siapa saja dengan cara-Nya. Keluarga Hamdan pun diuji dengan ujian berat. Istrinya dapat serangan penyakit luar biasa. Kena stroke dan pendarahan di otak. Hamdan yang lugu membawanya ke rumah sakit swasta yang berhampiran. Meminta tolong dengan penuh harap agar istrinya diselamatkan. 

Ada cerita yang agak sulit dicerna, tapi telah terjadi. Kepada Hamdan dijelaskan bahwa kondisi istrinya itu sangat-sangat kritis. Dia harus dioperasi, namun kemungkinan berhasil, kemungkinan bahwa dia akan bertahan hidup sesudah operasi itu hanya 20% saja. Begitu kata dokter. Kalau tidak dioperasi, dia tidak mungkin diselamatkan. Hamdan yang lugu, meminta dengan sangat agar kemungkinan yang 20% itu dicoba. Agar istrinya dioperasi. Tidak jelas apakah biaya operasi itu sempat dibicarakan. Sepertinya, uang jaminanpun tidak dimintakan. Hamdan menandatangani persetujuannya untuk pelaksanaan operasi. Dan operasi itu dilaksanakan.

Setelah operasi, istri Hamdan harus dirawat di ICU. Karena kondisinya sangat kritis. Kepada Hamdan diberitahu bahwa biaya operasi adalah sekian puluh juta rupiah dan biaya kamar ICU 6 juta semalam. Hamdan beruntung tidak pingsan mendengar keterangan angka-angka itu. Tapi dia nyaris seperti orang sakit ingatan. Dia datang melaporkan kondisi itu kepada sepupunya, seorang pensiunan, minta tolong mencarikan jalan keluar. Si sepupu sangat terkejut mendengar cerita itu, menyesalkan kenapa tidak bertanya-tanya dulu, sebelum melakukan tindakan operasi istrinya. Sebuah penyesalan, yang dalam hal ini sudah tidak ada gunanya. 

Dalam kebingungan yang menyesak itu, tindakan pertama yang direncanakan adalah mengeluarkan si sakit dari ruangan ICU yang sangat mahal itu. Rencananya akan dipindahkan ke rumah sakit umum, dengan segala konsekwensinya. Tapi, biaya operasi harus dilunasi terlebih dahulu. Jumlah ketika itu sudah diatas 50 juta. Masya Allah!

Si sepupu mencoba mencari bantuan dari sanak saudara. Dihubungi yang mungkin dihubungi. Mau bersedekah, mau berzakat, mau apa pun namanya. Sementara si Hamdan makin panik, tertekan dan ketakutan. Seandainya rumah 5S-nya  dijual pun belum akan cukup untuk menutupi separo dari tagihan rumah sakit itu.  

Sepupu itu membantu dengan setengah nekad pula, memberikan jaminan agar si sakit bisa dipindahkan. Ketika jaminan itu diterima, tagihan sudah semakin bengkak, sudah menjadi 72 juta.

Si sakit dipindahlah ke rumah sakit umum. Hanya untuk beberapa jam dan akhirnya dia menghembuskan nafas terakhir. Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Betapa terpukulnya Hamdan. Tapi yang demikian itu sudah merupakan ketetapan Allah. Kita berdoa, semoga Hamdan diberi kekuatan iman. Diberi kemudahan oleh Allah dalam menyelesaikan persoalannya yang luar biasa itu. Sekitar 40% hutang sudah tertolong dari bantuan sanak famili. Sedangkan sisanya? Allah saja Yang Maha Tahu bagaimana jalan keluarnya.   

****       

Sabtu, 07 Juli 2012

Insya Allah Masih Banyak Ahli Ibadah Di Negeri Ini

Insya Allah Masih Banyak Ahli Ibadah Di Negeri Ini

Kemarin sore aku pergi ke mall Bekasi bersama istri. Berangkat jam setengah lima dari rumah melalui jalan sepanjang Kalimalang. Padahal jarak ke MM itu tidak akan sampai 10 km dari rumah. Tapi di sini jarak bukanlah ukuran. Apa lagi di hari Sabtu sore. Saat di mana trafik padat luar biasa. Pokoknya Sabtu sore, tidak akan jauh-jauh dari kondisi seperti kemarin itu. Tidak akan jauh-jauh dari kondisi macet luar biasa. Kendaraan bermotor sejak dari motor sampai truk pembawa peti kontainer berdesak-desak di jalan Kalimalang.  

Perlu waktu satu jam lebih sepuluh menit untuk sampai di mall. Sudah hampir masuk waktu maghrib. Sedikit upaca tambahan mencari tempat parkir di gedung parkir. Alhamdulillah, kami akhirnya dapat tempat. Kami bergegas menuju ke mushala di lantai basement. Aku selalu mampir shalat ke sini ketika masuk waktu, kalau sedang menemani istri berkunjung ke mall ini. Mushalanya lumayan besar dan lumayan bersih. Bisa menampung jemaah hampir seratus orang dalam lima shaf, tiga shaf untuk laki-laki dan dua shaf untuk perempuan. Ada pembatas di antara keduanya.

Kemarin sore itu, kami berdua sudah berwudhuk dari rumah. Aku bergegas masuk mushala dan ternyata orang sudah mulai shalat. Aku kebahagian tempat persis di sebelah pintu masuk, yang adalah satu-satunya tempat tersisa. Jemaah sesudahku tidak dapat tempat lagi. Mushala itu penuh.

Begitu kami selesai shalat, seseorang langsung mengumandangkan iqamat lagi. Jemaah pertama ini segera bangkit untuk memberi tempat kepada jamaah berikutnya. Dari shaf wanita istriku memberi isyarat bahwa dia baru akan ikut shalat dengan jamaah kedua ini karena sebelumnya tidak dapat tempat. Aku yang mengira jemaah berikutnya tidak akan sebanyak yang pertama, melakukan shalat ba'diyah. Masya Allah wa subhanalllah, aku terpaksa mempercepat shalat sunat itu karena tempat itu diperlukan jamaah lain.

Aku segera keluar dan menunggu istriku. Di luar masih ada serombongan besar lagi laki-laki dan perempuan yang sedang menunggu untuk masuk mushala untuk melaksanakan shalat maghrib.

Istriku terkagum-kagum melihat begitu ramainya orang shalat berjamaah di mushala itu. Akupun tidak kalah heran. Seingatku, setiap kali shalat disana, mushala itu memang selalu dipenuhi jamaah. Tapi sampai sebanyak seperti kemarin itu belum pernah aku lihat. Alhamdulillah, ternyata masih cukup banyak ahli ibadah di negeri ini. Mudah-mudahan Allah senantiasa memelihara negeri ini dari murka-Nya, dengan masih banyaknya hamba-hamba Allah yang taat, yang senantiasa memenuhi kewajibannya menyembah Allah.  

*****          

Khasiat Bawang Putih

Khasiat Bawang Putih

Sesuai dengan pertambahan umur, sekitar delapan tahun yang lalu, sesudah menjalani pemeriksaan kesehatan tahunan (medical check-up), dokter mendeteksi bahwa aku mulai berkecenderungan punya tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang sebelum-sebelumnya tidak pernah lebih dari 120/70, tiba-tiba meningkat menjadi  140/80. Aku tidak merasakan pengaruh apa-apa dalam keseharianku. Rasanya tidak ada perobahan apapun yang aku alami. Namun dokter menasihatkan agar aku mulai menggunakan obat untuk mengontrol tekanan darah. Dan obat itu, menurut dia, harus dikonsumsi selama hidup. Inilah yang berat, karena aku tidak terlalu suka minum obat. Selama masih bekerja (di Total waktu itu), aku selalu dibekali dokter perusahaan dengan obat yang sama, meski sejujurnya, tidak selamanya obat itu aku gunakan. Sesudah pensiun dari Total aku bahkan tidak memakainya lagi sama sekali.

Sampai pada suatu hari, ketika kondisi tubuhku memang agak kurang sehat, aku pergi berobat ke rumah sakit. Seperti biasa, tekanan darahku diperiksa. Ternyata ketika itu sudah 170/100. Dokter menyuruhku untuk kembali menggunakan obat pengontrol tekanan darah. Untuk beberapa lama, aku terpaksa patuh mengikuti perintah dokter minum obat. Dengan minum obat itu tekanan darahku bisa turun menjadi 140/80, yang kata sebagian dokter, cukup normal untuk usiaku yang sudah 60 tahun.

Sekali lagi, sebenarnya aku malas minum obat keluaran pabrik, karena pasti mengandung unsur-unsur kimia yang mungkin saja ada efek sampingnya terhadap tubuh. Suatu ketika, seorang iparku bercerita tentang pengalaman temannya yang juga berkecenderungan punya tekanan darah tinggi, lalu berhasil mengatasi tekanan darahnya dengan mengkonsumsi bawang putih. Cerita yang sama pernah aku dengar dari sumber lain. Bahkan kononnya ada ekstrak bawang putih yang dikapsulkan. 

Aku jadi ingin pula bereksperimen dengan bawang putih ini. Mula-mula bawang putih mentah, diiris tipis-tipis lalu langsung dikunyah. Rasanya memang tidak bersahabat sama sekali. Istriku menganjurkan agar bawang putih yang sudah diiris tipis-tipis itu digoreng kering saja. Lalu aku coba yang seperti itu. Ternyata rasanya jauh lebih OK. Lebih dapat diterima lidah. Maka akupun rutin memakan lebih kurang tiga siung bawang putih yang diiris tipis dan digoreng kering itu setiap pagi. 

Alhamdulillah, tekanan darah bisa bertahan pada kisaran yang sama. 140/80, kadang-kadang naik sedikit ke 150/90, kadang-kadang turun ke 130/80. 

Ternyata ada pula bonus dari khasiat bawang putih ini. Aku berkecenderungan  punya masalah jamuran di lobang telinga. Kata dokter, karena kontur lobang telingaku sedemikian rupa sehingga di sisi sebelah dalam cenderung selalu lembab dan jadi tempat favorit untuk jamur tumbuh. Telinga sering sekali terasa gatal luar biasa. Dan akupun berlangganan menggunakan salep untuk membasmi jamur di telinga ini. Tanpa aku sadari, sejak beberapa bulan terakhir, sejak aku rutin memakan bawang putih, gatal-gatal di telinga itu sangat jauh berkurang dan aku tidak pernah lagi menggunakan salep. Setelah aku baca-baca, ternyata khasiat bawang putih termasuk untuk membasmi jamur yang tumbuh di bagian tubuh yang manapun.

*****