BAHAYA FITNAH
- Sunday, May 1, 2011, 4:05
- kolom Al Ustadz
- 12,187 views
- 3 comments
Dalam sejarah Islam terkenal sebuah kisah besar tentang fitnah yang
menimpa ‘Aisyah RA istri Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, yang telah diftnah berbuat
selingkuh dengan salah seorang shahabat bernama Shafwan bin Mu’aththal.
Orang-orang munafiq menghembuskan fitnah itu dalam rangka
mendiskreditkan keluarga Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam.
Dengan menyebarkan fitnah itu mereka berharap bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam beserta keluarganya akan kehilangan kepercayaan dari kaum muslimin. Kepercayaan adalah pintu kesetiaan, kesetiaan adalah pintu untuk mendapatkan dukungan dan dukungan adalah pintu untuk meraih keberhasilan. Maka untuk menggagalkan dukungan dari kaum muslimin, orang-orang munafiq menebarkan fitnah untuk menghilangkan kepercayaan kaum muslimin kepada Rasulullah dan keluarganya.
Begitu besarnya bahaya fitnah tersebut terhadap kelangsungan dakwah
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, maka Allah merasa perlu membersihkan nama ‘Aisyah dengan
menurunkan beberapa ayat-Nya, QS. An-Nuur : 12
لَوْلا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُبِينٌ
“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang
mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri,
dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang
nyata”. Juga firman Allah yang artinya, “(Ingatlah) di waktu kamu
menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan
mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. Dan
mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu:
“Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci
Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar”. [QS. An-Nuur :
15-16]
Allah juga menandaskan bahwa fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan [QS Al Baqarah : 191].
Bermula dari fitnah keluarga bisa bubrah dan persatuan umat bisa terbelah. Berangkat dari fitnah perang antar negara bisa pecah. Amerika Serikat pernah menyebarkan fitnah bahwa regim Saddam Hussein memproduksi dan menyimpan senjata pemusnah massal.
Begitu intensifnya pemberitaan itu, sehingga masyarakat internasional
mempercayai dan memberikan legitimasi bagi AS untuk menyerang Irak.
Puluhan bahkan mungkin ratusan ribu nyawa melayang karena fitnah itu.
Untuk itu Allah mengancam orang yang menyebarkan fitnah terhadap
orang-orang beriman dengan adzab yang membakar di dalam neraka Jahannam,
kecuali kalau mereka bertaubat [QS. Al-Buruj : 10] bila tidak bertaubat
maka mereka akan memperoleh balasan sesuai dengan konstribusinya dalam
penyebaran fitnah tersebut. Mereka yang paling intens dalam
menyebarkannya akan mendapatkan adzab yang besar. [QS. An-Nuur : 11].
Diantara sesama orang beriman harus tumbuh sikap saling mempercayai.
Dia tidak suka mendengar berita kejelekan atau kejahatan orang beriman
yang lain, sebagaimana dia tidak suka kalau dirinya diberitakan seperti
itu juga. Dia akan senantiasa khusnudhon terhadap sesama saudara seiman.
Seandainya tersebar berita bohong atau fitnah terhadap orang beriman,
dia tidak akan mempercayainya. Di dalam hatinya ada bisikan: “Orang beriman itu tidak mungkin berbuat jahat“.
Kalau jahat pasti dia bukan orang beriman. Kalau orang beriman kok
diberitakan berbuat jahat, maka beritanya itu yang perlu dibuktikan
kebenarannya dulu. Maka dalam Islam dikenal istilah tabayyun, mencari penjelasan tentang kebenaran suatu berita. Perlu dilakukan check and recheck terhadap kebenaran suatu berita, kalau perlu cross check
agar terungkap kebenaran yang sesungguhnya. Sehingga informasi yang
masuk tidak salah, dan keputusan yang diambil tidak mendatangkan
mushibah, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. Al-Hujuraat :
6,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu mushibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. Semoga Allah
selamatkan kita dari fitnah dan berbuat fitnah. ***
Al-Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Ketua Umum Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar