Jumat, 08 Juli 2011

Terlanjur Berburuk Sangka

Terlanjur Berburuk Sangka 

Beberapa hari yang lalu 'kita' membicarakan dengan penuh emosi kekejaman sebuah hukuman pancung di Saudi Arabia sana yang diberlakukan kepada seorang pembantu yang dinyatakan bersalah telah menghabisi majikan wanitanya. Waktu itu muncul 'pembelaan' karena rasa nasionalisme yang berlebihan. Seorang wanita bangsa kita dihukum pancung di negeri orang. Pastilah (ini pembentukan opini) dia sebelum membunuh majikannya itu telah dizalimi. Mungkin diperkosa. Mungkin diperlakukan semena-mena. Lalu wajar dong (kata opini kita) kalau dia membela diri dan bahkan sampai terpaksa membunuh. Artinya kita sedang berusaha (waktu itu) membenarkan perbuatan pembunuhannya dan berusaha pula menilai bahwa dia telah diperlakukan secara tidak adil dengan hukuman yang dijalaninya.

Kemarin aku membaca cerita 'sisi lain dari para TKW yang bekerja di Arab Saudi' yang diceritakan di Kompasiana dan di-forward ke miling list. Sebuah cerita yang menurutku apa adanya, banyak benarnya dan di atas segala-galanya sangat menjijikkan dan memalukan. 

Menjijikkan karena aku juga pernah mendengar cerita busuk yang sama dari sumber lain, tentang bagaimana sebahagian (entah seberapa banyak dari sejuta lebih TKW) yang datang ke Arab Saudi untuk berpetualang. Untuk melakukan perbuatan-perbuatan tidak terpuji. 

Aku tidak ingin membahas perbuatan tercela apa saja yang dilakukan sebahagian TKW itu di sana, yang diceritakan sangat runtut dalam artikel itu. Yang aku sorot adalah betapa kemudian kita 'terdiam' setelah sebelumnya kita terlalu berburuk sangka. Kita telah memposisikan seolah-olah TKW, yang kita gelari pahlawan devisa, adalah wanita-wanita suci bak malaikat, yang pergi jauh-jauh untuk mencari nafkah ke negeri jauh dan keras, lalu di sana mereka diperlakukan oleh durjana-durjana yang adalah majikan mereka. Semua kesalahan tertumpah ke atas durjana-durjana itu yang kita beri label dengan segala keburukan dan kezaliman. Mereka, para durjana, telah menzalimi malaikat-malaikat TKW pahlawan devisa yang di antaranya harus mengakhiri hidupnya dengan kepala terpisah dari badan di negeri 'jahat' itu.

Cerita ini sebenarnya tidak perlu diperpanjang. Kalaulah benar pengiriman TKW akan dihentikan oleh penguasa negeri ini, barangkali itupun sudah akan jadi sebuah harapan, untuk memperbaiki citra negeri ini. Citra negeri pengirim TKW.

*****     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar