Jumat, 23 Desember 2011

Pangek

Pangek

Kata seorang kakak ipar yang dokter, ikan air tawar termasuk yang cukup aman untuk dikonsumsi penderita asam urat. Info ini tentu perlu sangat aku cermati, terutama ketika semakin banyak saja jenis makanan yang berakibat kambuhnya nyeri dan ngilu asam urat hampir secara instan, (pernah aku makan ikan laut digoreng kering, dari keadaan relatif normal - bisa berjalan biasa, menjadi terkapar tidak bisa berdiri lagi, hanya dalam jarak waktu empat jam). 

Saran tambahan dari kakak tersebut, ikannya jangan digulai atau digoreng. Karena santan dan bahkan minyak goreng juga punya andil meningkatkan kadar purin dalam tubuh. Lalu  ikan air tawar itu harus diapakan? Bisa saja dibuat sup ikan. Atau diungkap. Atau dibuat pangek. Aku terheran-heran. Apakah pangek yang biasanya dimasak dengan kemiri tanpa santan itu aman? Katanya, coba sajalah. Kemiri lebih aman dari santan.

Ini benar-benar sebuah kejutan yang menyenangkan. Istriku sangat piawai membuat pangek. Ada bermacam-macam ikan yang bisa dan biasa dipangek. Di kampung dulu, mak tuo membuat pangek ikan paweh (tawes). Serupa dengan yang dijual pedagang nasi Kapau, ikan paweh batalua. Ibuku biasa membuat pangek mujair. Pernah juga aku menyantap ikan gabus (ruting) dipangek. Sedangkan istriku biasanya membuat pangek ikan mas berukuran sedang, yang sebesar telapak tangan.

Pangek itu mirip gulai, tapi tanpa santan kelapa dan dimasak sampai kuahnya kering. Warnanya kuning karena banyak menggunakan kunyit. Baunya harum karena memakai daun kunyit dan serai. Di kampung dulu, dimasak perlahan dengan api kecil. Bahkan salah seorang nenek kami, konon memasak pangek selama dua hari, dengan api dari sabut kelapa kering. Keistimewaan pangek masak baunyai itu, tulang-tulangnya bisa dimakan karena sudah sangat empuk.

Ada lagi keistimewaan pangek, yang semakin mantap jika digoreng kembali. Karena memasaknya yang lama tadi, pangek itu bisa tahan dua tiga hari. Pada hari ketiga, ketika pangek sudah terlalu sering dipanaskan, meski rasanya biasanya tetap enak, namun jadi lebih enak lagi kalau digoreng. Pangek memang tiada habisnya. 

Aku tergugah saja ingin menulis cerita ini setelah melihat istriku sedang menyiapkan bumbu untuk membuat pangek pagi hari ini.  

*****                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar