Sabtu, 16 April 2011

Dari File Lama Di Multiply..... Hape

HP

(Catatan Juni 2007 di Multiply, di-share kembali karena masih relevan)

Kecanggihan teknologi bagai tak terbendung dari hari ke hari. Peralatan elektronik, alat komunikasi, peraga visualisasi bermunculan setiap saat dengan model-model baru dan dijual bak kacang goreng. Kacang goreng? Sebenarnya tidak juga. Harganya mahal. Tapi tentu tidak terlalu terasa bagi orang berduit. Yang berduit boleh ganti-ganti HP kapan dia mau. Kapan produk baru yang lebih canggih keluar. Imbasnya, yang lama ya dijual murah daripada dibuang sayang. Maka yang kurang kaya tapi kepengen banget punya HP dapat berkah. HP seken (second) dapat terjangkau.

Semua orang lalu punya HP. Tukang ojek punya HP. Tukang sayur bergerobak punya HP. Tukang pijit keliling (padahal buta) berHP. Dimana-mana kita dengar dering HP. Dan HP jadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan (orang-orang di zaman moderen ini). Dimana-mana orang berhalo-halo dengan HP.

Cuman yang nggak enak, HP mesti ikut berbunyi pula ketika kita sedang shalat di mesjid. Atau ketika khatib sedang khutbah di hari Jumat. Sedang shalat, tiba-tiba bergema lagu Goyang Dombret. Masya Allah.... Ini kok jadi kebablasan begini.. Padahal HP yang canggih itu kan punya bermacam-macam alat bantu. Suaranya bisa di pelankan agar tidak mengganggu. Ada alat pengenal miskol (miss called) sehingga nanti sesudah usai shalat bisa di call lagi. Kenapa HP mesti dibawa-bawa shalat? 

Pengurus mesjid apa boleh buat terpaksa menambah perbendaharaan pengumuman sebelum khatib naik mimbar. Agar HP tolong dimatikan dulu. Imam shalat terpaksa menambah pengumuman sebelum takbir. Selain menginghatkan agar shaf dilurus dan dirapatkan, ditambah dengan kalimat agar HP dimatikan.

Waah, kita memang sedang mati kerancak-an dengan produk teknologi orang.

                                            *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar