Selasa, 14 Mei 2013

Kabar Duka Mengejut

Kabar Duka Mengejut  

Namanya Luthfi. Umurnya tiga tahun lebih tua dariku. Dia adalah sepupuku satu kaum cara di Minangkabau. Artinya kami berada dalam satu kumpulan persaudaraan melalui garis ibu, di bawah satu penghulu. Hanya saja, kami baru saling mengenal sejak beberapa tahun ke belakang. Kok bisa? Karena kami lahir dan dibesarkan di tempat yang berbeda. Aku di Bukit Tinggi dia di Lampung. Waktu nenek-nenek kami kembali dari Makkah di awal abad ke dua puluh setelah bermukim beberapa tahun di sana, neneknya Luthfi tidak pulang ke Balai Gurah dekat Bukit Tinggi tapi ke Lampung. Komunikasi antara kedua kota itu sepertinya lebih sulit.

Kontak antara Luthfi dan keluarga kami yang dari Bukit Tinggi baru terjalin kembali setelah dia hijrah ke Jakarta (dia dinas dan sudah pensiun dari Lemigas).

Mula-mula aku menyangka bahwa kami seumur. Aku menyebut nama saja memanggilnya. Dia malahan memanggil 'uda' kepadaku. Sampai suatu ketika kami saling menanyakan umur  masing-masing. Aku memanggilnya uda sesudah menyadari bahwa dia lebih tua dariku. Lucunya, dia tetap memanggilku uda. Kami bertambah akrab sejak beberapa kali menerima kedatangan anak paman kami dari Jeddah. Bergantian kami menjamu dan melayani tamu-tamu tersebut selama mereka berada di Jakarta. Pernah pula kami bersama-sama berkumpul dengan mereka di villa yang disewa di Puncak. 

Kemarin pagi aku menerima telepon dari kemenakan kandungnya menyampaikan kabar duka mengejut. Luthfi sudah dipanggil Allah jam dua pagi hari Senin. Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Berita mengejut karena Luthfi aku ketahui dalam keadaan sehat wal'afiat. Sekitar tiga minggu yang lalu kami berbicara di telepon. Dia baik-baik saja.

Cerita kematian Luthfi memang menyesak karena dia sedang membawa anak-anak dan cucu-cucunya pergi berlibur ke Jogya. Hari Jum'at pagi Luthfi menemani cucu-cucunya berenang. Entah bagaimana kejadiannya, dia terjatuh sesudah berenang itu dan pingsan. Lalu dibawa ke rumah sakit, langsung masuk ICU. Begitulah perjalanan terakhir hidupnya, sampai ketika dia dijemput malaikat Izrail hari Senin pagi itu. 

Jenazahnya dibawa ke Jakarta dengan mobil jenazah, diiringkan oleh rombongan keluarga besarnya dengan bus. Rombongan itu sampai di rumah duka sesudah waktu isya tadi malam. Hanya beberapa menit di rumah langsung dibawa ke mesjid untuk dishalatkan. Dan seterusnya kami antarkan ke TPU Taman Malaka - Pondok Kelapa. Jam setengah sepuluh malam pemakaman jenazah Luthfi selesai.  

Seperti itulah cerita kematian yang lain lagi. Maut itu datang dengan cara, tempat dan waktu yang tidak kita ketahui.

Allahummaghfirlahu - warhamhu - wa 'afihi - wa'fu 'anhu.....

*****                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar