Sabtu, 26 Maret 2011

Nasihat Untuk Anak-anakku (Perempuan)

Nasihat Untuk Para Wanita

Wahai puteri-puteriku. Berimanlah kalian kepada Allah dan takutlah kalian akan hukuman dan siksa Allah karena kelalaian kalian terhadap perintah-perintah Allah. Allah menjadikan suami-suami kalian sebagai imam, sebagai pemimpin atas diri kalian. Hendaklah kalian taat kepadanya sesuai dengan yang diingatkan Allah dan rasul-Nya. Allah berfirman dalam surah An Nisaa' ayat 34; 'Pria menjadi pemimpin atas wanita, karena Allah telah memberikan kelebihan (kekuatan) kepada pria dari wanita dan karena pria bertanggung jawab menafkahkan hartanya (untuk kebahagiaan rumah tangga).....' Jangan kalian ingkari ayat Allah ini. Jangan kalian mengatakan bahwa kalian juga mampu mencari nafkah, jadi kalian tidak mau dipimpin oleh suami kalian, karena yang demikian itu berarti kalian tidak beriman kepada ayat Allah.

Rasulullah bersabda dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Hakim, dari Siti 'Aisyah; 'Saya bertanya kepada Rasulullah SAW; 'Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap perempuan?' Jawabnya; 'Suaminya.' Lalu saya bertanya; 'Siapakah yang haknya paling besar terhadap laki-laki?' Jawabnya; 'Ibunya.'

Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hiban, Rasulullah SAW bersabda; 'Andaikan saya menyuruh seseorang sujud kepada orang lain, niscaya saya akan perintahkan perempuan agar bersujud kepada suaminya, karena begitu besar haknya kepadanya.'

Lanjutan dari ayat 34 surat An Nisaa' di atas; '...sebab itu maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah, lagi memelihara diri di balik pembelakangan suaminya oleh karena Allah telah memelihara mereka...'

Wahai puteri-puteriku. Ingat dan perhatikanlah peringatan Rasulullah; 'Sebaik-baik wanita ialah bila engkau (para suami) pandang menyenangkan engkau, bila engkau perintah ia taat kepadamu dan jika engkau tinggal di belakang, ia menjagamu pada dirinya dan hartanya.' Jadi, janganlah kalian menjadi istri yang menyusahkan. Yang menyebabkan dia tidak senang kepadamu karena tingkah lakumu. Yang menjadikan dia kecewa karena sikap sombong dan takaburmu yang tidak pandai berterima kasih. Yang tidak pernah menghargai dan menghormatinya bahkan sampai melecehkannya.

Puteri-puteriku. Ketahuilah bahwa Rassulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Thabrani; 'Jika perempuan mengerjakan shalatnya yang lima, puasa ramadhannya, memelihara kehormatannya dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya; 'Masuklah ke dalam surga dari pintu yang mana saja engkau sukai.' Tidakkah kalian rindu dengan keistimewaan yang dijanjikan Allah seperti itu?

Kalian memerlukan kebaikan dan keikhlasan dari suami kalian di jalan Allah. Kalian memerlukan kerelaannya oleh karena itu berhati-hatilah kalian agar mereka ikhlas dan rela atas diri kalian. Jangan kalian memandang enteng yang menimbulkan kejengkelan mereka sehingga mereka membenci kalian dan tidak ikhlas dengan pemberiannya. Tidak rela dengan tingkah laku kalian. Rasulullah SAW bersabda; 'Seorang perempuan jika meninggal dan suaminya merelakannya maka ia akan masuk surga.' Artinya jika suami kalian tidak ikhlas dan tidak rela kepada kalian, niscaya akan terhalanglah kalian dari memasuki surga Allah. Tidakkah kalian takut?

Takutlah kalian akan jadi penghuni neraka dikarenakan hubungan dan prilaku kalian yang tidak pantas terhadap suami kalian menurut ketentuan Allah. Imam Bukhari meriwayatkan hadits Rasulullah SAW, di mana beliau bersabda; 'Saya pernah melihat neraka. Tiba-tiba kebanyakan penghuninya adalah kaum perempuan, yaitu mereka yang tidak tahu berterima kasih kepada suami. Andaikata engkau (suami) berbuat baik kepada seseorang di antara mereka setahun, kemudian dia melihat sedikit cela padamu, maka ia akan mengatakan; Aku tak pernah melihat sama sekali kebaikan darimu.'

Puteri-puteriku. Berdoalah kepada Allah agar suami kalian menjadi imam yang adil untuk kalian. Yang menjadi pemimpin di rumah tangga kalian. Jangan kalian rongrong kewibawaannya dengan kejahilan. Dengan banyak membantah. Dengan bermuka masam kepadanya. Mudah-mudahan Allah memudahkan urusan kalian dan menjadikan kalian bertambah keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya.

*****

Oh Negeriku......

Oh Negeriku (Dan Penganut Ilmu Mumpung)

Untuk bersikap acuh tak acuh saja tidak mudah di negeri ini. Ingin aku tidak peduli. Tidak mikirin. Tidak mau tahu. Tapi banyak hal itu berlalu juga di depan hidung. Di monitor PC atau di layar TV. Negeri yang dikelola oleh banyak sekali pendekar Aji Mumpung ini. Dari yang mumpung jadi istri gubernur, mumpung lagi populer-populernya (menurut pendapatnya sendiri) lalu mencalonkan diri untuk jadi walikota. Ini hanya target antara. Kalau dia berhasil jadi walikota dengan kepopuleran dia dan suaminya yang gubernur itu, dua tahun lagi, dia akan mencalonkan diri jadi gubernur. Enak kan? Dan semua itu bisa dikondisikan. Bisa diatur. Dan bisa ditargetkan untuk tercapai. Tentu saja dengan dimodali. Ini bukan hisapan jempol tapi sedang terjadi di sebuah negeri di tengah pulau Sumatra. Haus. Haus. Haus dengan kekuasaan, dengan glamour, dengan pangkat, dengan dunia.

Lalu para wakil-wakil yang akhirnya jadi juga akan membelanjakan uang sekian triliyun rupiah untuk membangun kantor mewah. Di mana setiap wakil akan punya kantor senilai 800 juta rupiah. Seolah-olah negeri ini sebegitu kaya rayanya dengan uang berlimpah-limpah untuk dibuang-buang. Padahal hutang negara, yang jadi beban setiap warga negara sudah hampir sampai di leher. Mereka, para wakil yang terhormat itu tidak perduli. Amboi.......

Di antara wakil-wakil itu ada yang congkak dan sombong. Yang merasa harus selalu nomor satu. Naik ke pesawat yang bukan jadwalnya. Duduk di kursi yang milik orang lain. Lalu tidak mau turun. Tidak mau mengalah. Sampai harus diteriaki orang se pesawat. Akhirnya, baru tersenggol juga urat malunya yang sudah berkarat. Bagaimana tidak. Kalau dia tidak turun, pesawat tidak akan berangkat. Ih malunya.....

Dan ketua bal-balan yang masih juga kasak kusuk meski sudah didemo orang se negara. Masih berharap untuk dapat bermanuver agar terpilih lagi. Sebegitu pentingnya jabatan. Hilang pupus malu dan harga diri karenanya.

Aku ingin acuh tak acuh. Ingin tidak mikirin. Ingin tidak peduli. Tapi berita itu terbaca juga. Siapa pula yang akan disalahkan? Ya, salahku sendiri.......

***** 

Jumat, 25 Maret 2011

Jum'at

Jum'at

Hari Jumat adalah hari yang dilebihkan dalam Islam. Hari yang dimuliakan dibandingkan hari-hari yang lain. Hari untuk menghadiri shalat berjamaah dan mendengarkan khutbah. Allah menyediakan banyak keutamaan untuk mereka yang berhati-hati dalam menjalankan perintah Allah di hari Jumat. Banyak hadits-hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang itu. Simaklah hadits berikut; 'Dari Abu Hurairah dia berkata; Telah bersabda Rasulullah SAW; 'Barangsiapa mandi, kemudian ia datang ke Jum'at, lalu dia shalat seberapa yang ditakdirkan untuknya, kemudian dia diam mendengarkan hingga selesai imam dari khutbahnya, kemudian dia shalat besertanya, niscaya diampuni baginya dosa yang di antaranya dan Jum'at yang lain dan lebih tiga hari.' (Riwayat Muslim).

Pada hadits yang lain beliau menjelaskan keutamaan datang paling awal, seseorang yang datang dan menempati shaf pertama, seolah-olah dia berkorban seekor unta. Tentu saja selama dia menjaga kehadirannya di mesjid semata-mata untuk beribadah tanpa mencampur-adukkan dengan kegiatan-kegiatan lain. Tidak juga untuk bercakap-cakap dengan orang lain. Tidak juga, bahkan sekedar memperingatkan orang lain untuk diam. Simaklah! 'Apabila engkau berkata kepada sahabatmu, 'diam!' pada hari Jum'at padahal imam sedang berkhutbah, maka sesungguhnya engkau telah berbuat sia-sia.' (Riwayat Ahmad).

Seorang wanita bertanya sambil protes. Kenapa hanya laki-laki saja yang menghadiri shalat Jum'at padahal perintah mengerjakan shalat Jum'at itu ditujukan kepada orang-orang yang beriman. (Surat Jumu'ah (Surat 62) ayat 9). Sebenarnya perempuan boleh-boleh saja ikut shalat Jum'at hanya tidak diwajibkan bagi mereka. Berbeda dengan laki-laki dewasa. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. 'Dari Thariq bin Syihab, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda; 'Jum'ah itu suatu tuntutan yang wajib atas tiap-tiap Muslim dengan berjamaah, kecuali empat: Hamba dan perempuan dan anak-anak dan orang sakit.' Dan pada hadits yang lain keringanan juga diberikan kepada mereka yang sedang dalam perjalanan alias sedang bersafar.

Sangatlah mengherankan ketika kita melihat ada orang yang bermalas-malas datang ke shalat Jum'at. Datang ketika khatib sudah hampir selesai berkhutbah. Dan bergegas pergi sesudah imam mengomandokan salam di ujung shalat. Mereka itu mungkin tidak mengerti.  

****

Kamis, 24 Maret 2011

Terbirit-birit

Terbirit-birit Dengan Waktu

Ketika ada suatu keperluan, kita merancang penggunaan waktu. Waktu untuk mempersiapkan keperluan, waktu untuk berbuat, waktu untuk menyelesaikan dan waktu untuk menikmati yang kita lakukan. Kadangkala kita mempunyai beberapa program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu berdekatan. Atau kadang-kadang kita menyempatkan mengerjakan sesuatu yang ekstra, mumpung kondisi dan situasi mendukung. 

Seminggu yang lalu kami ke Pakan Baru untuk hadir di upacara pernikahan kemenakan. Ada acara baralek sesudah itu. Termasuk resepsi pernikahan. Dan acara itu berjalan dengan sangat lancar, alhamdulillah. Hari Ahad tanggal 20 Maret kami langsung ke Bukit Tinggi, seselesainya pesta resepsi pernikahan. Ikut dengan adik ipar yang datang dari Bukit Tinggi. Berangkat dari Rumbai menjelang maghrib (untuk mampir si sebuah pompa bensin di Pakan Baru melaksanakan shalat maghrib). Agak kagok antara akan singgah untuk makan dulu atau nanti saja di jalan. Soalnya kami masih kekenyangan, sedangkan kalau diteruskan khawatir tidak ada tempat makan yang enak sebelum Lubuk Bangku yang baru akan dicapai sekitar empat sampai lima jam. Akhirnya kami putuskan tidak usah makan dulu.

Kami melaju di senja gelap. Ada juga rencana akan makan di Bangkinang, tapi kembali kami batalkan karena tidak ada tempat makan yang meyakinkan terlihat. Ternyata akhirnya kami sudah tidak tahan menahan lapar dan berhenti di sebuah kedai nasi di Tanjung Balik. Sudah jam satu malam kami sampai di Bukit Tinggi.

Hari Senin tanggal 21 ada rapat di Ma'had (begitu kami menyebut namanya). Rapat rencana kerja menyelesaikan bangunan di lantai dua. Pekerjaan itu sudah lebih 50% selesai. Tinggal memasang bata dinding dan melengkapi pintu-pintu. Dana datang agak tersendat-sendat. Tapi alhamdulillah, mudah-mudahan akan cukup untuk menyelesaikan pekerjaan dinding berikut pintu-pintu itu. Setelah itu insya Allah sudah bisa dipakai meski dindingnya belum dipoles dan lantainya masih semen. Rencananya ruangan-ruangan tambahan itu akan dijadikan asrama santri dan guru-guru (sementara) dan ruangan bawah semuanya dapat digunakan untuk jadi kelas dan ruangan belajar. Masih harus dipikirkan segera tempat tidur santri-santri baru yang insya Allah akan berdatangan di awal tahun ajaran baru nanti. Mudah-mudahan Allah memberi pula jalan kemudahan.

Selesai rapat kembali ke Bukit Tinggi. Diskusi dan pertemuan dengan ipar-ipar. Membahas hal-hal yang perlu pula dibahas. Diskusi yang bahkan berlanjut sampai Selasa pagi. 

Disempatkan pula menyilau kedai nasi Kapau uni Lis. Tentu saja. Dan sesudah shalat zuhur berangkat ke Bandara MIA. Pesawat Lion terlambat setengah jam dari jadwal. Not bad-lah. Jam setengah sepuluh malam sampai di Jatibening.

Selasa siang ke Alsut. Hari ini adalah hari genap 365 hari usia Izan. Muhammad Hamizan Hafidz. Karena dia lahir tanggal 24 Maret. Di Alsut berkumpul dengan besan. Anak-anak dan cucu-cucu hadir semua. Acara dari keluarga untuk keluarga. Makan bersama. Sambil mendengar celoteh Izan semakin banyak. Dan Izan yang kadang-kadang tertawa terpingkal-pingkal kalau digoda abang-abangnya.


Seperti itulah penggunaan waktu terbirit-birit sepanjang satu pekan ini. Sekarang tinggal sedikit capek.

***** 

Sabtu, 19 Maret 2011

Besan Melayu

Berbesan Melayu

Saat ini, at this very moment, aku sedang berada di Rumbai - Pakan Baru. Kami, aku dan istriku sampai di kota ini dua hari yang lalu dalam rangka menghadiri dan menyaksikan pernikahan kemenakanku yang paling sulung. Kemenakan laki-laki yang paling tua. Ya, yang paling sulung, karena dia memang agak terlambat menikah. Dua orang adik perempuannya sudah lebih dahulu berumah tangga. Usianya memang sudah lebih tiga puluh tahun, usia yang sudah sangat matang untuk berkeluarga.

Jodohnya seorang gadis Melayu - Riau. Tiga bulan yang lalu, aku juga datang ke Pakan Baru. Waktu itu kebetulan menghadiri pernikahan anak kakak iparku. Dan pada waktu itu aku juga berkesempatan ikut dalam acara penjajagan (persiapan sebelum pernikahan) kemenakanku itu. Ketika itulah aku untuk pertama kali mengenal keluarga Melayu - Riau yang berasal dari daerah Siak. Mereka berbahasa Melayu (ya, iyalah), mirip bahasa Malaysia (ya, iyalah). Namanya jodoh...... buat sang kemenakan. 

Selama ini aku menganggap bahwa penduduk kota Pakan Baru agak memaksakan memelayukan diri. Dalam bayanganku Pakan Baru adalah 'Minang'. Aku pernah hidup dan tinggal di sini selama dua tahun ketika masih bersekolah di SMA tahun 1967. Teman-temanku berasal dari berbagai pelosok Indonesia (Ambon, Manado, Jawa, Sunda, Palembang, Batak) dan kami waktu itu semua berbahasa Minang. Berbahasa Minang benar-benar. Yang Jawa dengan yang Batak, yang Palembang dengan yang Sunda, yang Ambon dengan Menado....., semua berbahasa Minang. Setidak-tidaknya faham bahasa Minang. Setidak-tidaknya terpengaruh untuk berbahasa Indonesia berdialek Minang. Indak ada bagai aku begitu do....
  
Di pesta yang diawali sejak kemarin dengan akad nikah, suasananya sangat Melayu. Aku juga baru melihat kartu undangan. Namanya bukan 'undangan' tapi 'jemputan'. Kita, kami, dijemput datang. Tadi siang di acara perhelatan juga terjadi upacara dengan resam adat Melayu. Ada acara pantun berpantun. Rombongan penabuh rebana berpakaian teluk belanga. Pun juga para penyanyi melantunkan lagu Melayu yang bukan lagu dangdut.

Pakan Baru memang kota bertuah..... dalam tatanan Melayu. Meski di pasar pusat aku mendengar bahasa Minang masih sangat dominan.....

*****

Selasa, 15 Maret 2011

Cerita Makan

Makanan Halalan Thayyiban

Sering..... Sering sekali kebanyakan orang menyangka makanan yang tidak boleh dimakan itu, alias yang haram itu, hanyalah babi semata. Kalau tidak ada kandungan babinya otomatis halal. Ada yang cukup njelimet memeriksa apakah makanan atau kudapannya benar-benar bebas dari unsur babi, entah lemaknya, entah enzimnya, entah susunya, entah apanya saja dari unsur babi. Banyak yang tidak tahu bahwa yang diharamkan Allah langsung dari zat kasarnya, sekurang-kurangnya ada empat jenis yang melibatkan hewan. 'Sesungguhnya diharamkan atas kalian bangkai, darah, dagang babi dan binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah........' (Al Baqarah 173). 

Bangkai adalah binatang yang mati tanpa disembelih. Tidak penting apakah dia mati karena sakit, atau mati terjatuh, atau mati kena tanduk, mati tercekik, mati diterkam binatang buas. (Lihat surat Al Maidah ayat 3 !) Semua itu terkategori bangkai. Disini saja sudah timbul pertanyaan. Bagaimana dengan hewan yang dipingsankan terlebih dahulu dengan suatu pukulan KO sebelum disembelih? Ada yang merasa, selama dia (akhirnya) mati karena sembelihan, masih bolehlah dianggap halal. Di luar negeri konon, demi pri-kebinatangan, karena katanya kasihan melihat hewan meronta-ronta sesudah disembelih, maka hewan tersebut dipingsankan dulu.

Suatu saat (di luar negeri) aku pernah hampir terpikat untuk ikut menikmati bebek panggang Peking. Dan mendekat ke tempat bebek itu digantung berjejer-jejer. Mataku entah kenapa langsung hinggap di bagian leher bebek-bebek tersebut. Haqqul yakin, ternyata tidak ada satupun yang ada bekas sembelihannya. Leher semua bebek itu utuh. Ya, nggak jadilah. Bebeknya ternyata tidak disembelih, apanya yang mau dimakan?

Lalu darah. Di pasar Sumber Arta - Bekasi, suatu kali aku menemani istriku berbelanja ayam hidup. Kami minta tolong menyembelihkan ayam-ayam tersebut dan mewanti-wanti si penjual agar tidak langsung mencemplungkan ke air panas sebelum ayam-ayam tersebut mati. Si penjual, aku lihat menampung darah sembelihan ayam. Aku bertanya, itu untuk apa. Katanya, biasanya ada langganannya yang meminta. Untuk dicampurkan ke dalam masakan. Darah itu haram, kataku. Yang biasa menggunakannya itu bukan Islam kok, katanya. Sekarang sejak di pasar tidak terlihat lagi dijual ayam hidup (karena issue flu burung?) kita berharap saja bahwa ayam-ayam yang dibeli di pasar atau di toko swalayan itu sudah disembelih dengan bismillah. Selebihnya, adalah tanggung jawab pemerintah (yang melarang perdagangan unggas hidup di pasar-pasar).

Dan binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah. Di Perancis, waktu kami pernah tinggal beberapa waktu dahulu, kami sengaja pergi berbelanja daging halal ke daerah komunitas orang-orang Islam. Agak jauh, tapi lebih baik sedikit berpayah-payah dari pada salah-salah makan.

Mudah-mudahan kita lebih mengerti, bahwa yang haram itu tidak hanya sekedar babi saja. Karena kita diingatkan Allah agar memakan rezeki yang halal dan bersih dan sehat. Yang halalan thayyiban......

*****


Minggu, 13 Maret 2011

Jangan Merasa Besar

Jangan Merasa Besar

Orang Jepang mungkin tidak merasa diri mereka besar. Mungkin mereka hanya merasa lebih siap menghadapi bencana gempa yang akrab melanda negeri pulau-pulau itu. Untuk antisipasi, mereka buat bangunan bertingkat tahan gempa, mereka buat bendungan-bendungan penahan tsunami. Sesuatu yang juga sedang dipikirkan untuk dikembangkan di pantai barat Sumatra. Entah dengan membuat tanggul, entah dengan menanami daerah pantai dengan tanaman bakau. Entah dengan membuat kanal pemecah serangan arus tsunami. Usaha yang tentu boleh-boleh saja.

Kembali ke Jepang. Masyarakat Jepang sedang tergoncang juga akhirnya. Jumlah korban yang di hari-hari pertama dikatakan hanya 'beberapa' puluh, sekarang sudah diberitakan mencapai angka lebih dari 10,000 orang. Jumlah yang fantastis untuk sebuah negara semaju Jepang. Belum lagi ancaman dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir yang dikabarkan bocor. Bagai menambah rumit pekerjaan rumah pemerintah Jepang.

Bencana yang didatangkan Allah memang bisa sangat-sangat dahsyat. Bencana yang mungkin berupa ujian, atau peringatan atau hukuman kepada suatu umat, begitu kata ustad. Al Quran mencatat banyak kejadian yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu sebagai hukuman atas mereka, meskipun di dalam al Quran keperkasaan mereka juga diakui. Coba saja kita simak ayat-ayat Allah pada surat Al Fajr (surat 89) ayat-ayat 6 - 10; 'Apakah engkau tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu bertindak terhadap kaum 'Aad? Kaum Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum pernah dibangun seperti itu di negeri-negeri lain? Dan kaum Tsamud yang memahat batu-batu di lembah? Dan kaum Firaun yang mempunyai bangunan-bangunan besar?' Allah mendatangkan musibah dan bencana kepada mereka. Tidak susah bagi Allah.

Lalu....

Apakah kita harus senantiasa berada dalam ketakutan? Khawatir? Meski usaha kita sudah maksimal dengan antisipasi macam-macam. Dengan tenaga penanggulang bencana yang terlatih? Tidak juga. 

Benar bahwa kita berada di ujung tanduk. Di negeri 'the ring of fire'. Di tempat yang bencana dahsyat gempa plus tsunami dapat datang setiap saat. Ikhtiar untuk memperkecil resiko, seandainya musibah itu datang adalah sangat wajar. Bahkan memang perlu. Tapi kita sebagai manusia yang beriman, harus lebih takut dan bertawakkal kepada Allah. Seberapa canggihpun pertahanan keduniaan kita, kalau Allah berkehendak, Allah dapat menghancurkannya dengan mudah. Jadi sekali lagi hendaklah kita bertawakkal hanya kepada Allah semata. Jangan pernah merasa besar.....
*****

Sabtu, 12 Maret 2011

Tsunami Jepang 11 Maret 2011

Tsunami

Tsunami sejatinya berasal dari bahasa Jepang yang artinya naiknya gelombang laut menghantam daratan sampai jauh ke darat dari bibir pantai. Tsunami terjadi ketika air laut 'terangkat' dalam mencari kesetimbangan baru sesudah sebelumnya 'terjatuh' mengikuti jatuhnya bagian kulit bumi akibat gempa.

Orang Jepang memang sangat akrab dengan gempa karena saking seringnya terjadi gempa di negeri itu, jauh lebih sering dari yang terjadi di negeri kita. Pada saat terjadi gempa besar dengan kekuatan 8.9 skala Richter seperti kemarin itu, menurut laporan seorang kenalan di internet, yang kebetulan persis di hari terjadi gempa sampai di Negeri Sakura itu, masyarakat Jepang menghadapi situasi itu dengan sangat tenang. Bahkan di TV kita tonton, yang rapat tetap meneruskan rapat. Yang bekerja tetap meneruskan bekerja. Apakah mereka tidak takut ditimpa bahaya? Mungkin bukan karena tidak takut, tetapi disebabkan mereka sudah dibekali pemahaman untuk tidak panik. Orang Jepang sangat percaya diri dan sangat berhati-hati menegakkan bangunan bertingkat tinggi. Semua dibangun dengan rumusan jelimet agar tahan terhadap getaran gempa.

Namun bagaimana dengan tsunami? Meski banyak juga konon antisipasi yang dilakukan pemerintah untuk meminimalisir bahaya tsunami, kelihatannya untuk kali ini kekuatan tsunami itu masih jauh lebih dahsyat. Kita menonton di TV bagaimana deras dan kuatnya air bah menyerang dan menghanyutkan kapal-kapal, mobil-mobil, bahkan bangunan-bangunan,(mungkin berupa gudang atau sebangsanya). Meruntuhkan tiang-tiang yang terdorong oleh barang-barang besar yang hanyut. Semua diporak-porandakan. Bilangan kehilangan nyawa masih merupakan tanda tanya. Kemarin dikatakan hanya beberapa puluh orang yang terkorban. Tapi hari ini kita dengar jumlah korban mencapai 1600 orang. Berapa jumlah sebenarnya tentu masih perlu waktu untuk mengetahuinya. Diberitakan bahwa ada empat rangkaian kereta cepat Shinkansen yang masih belum diketahui keberadaannya sesudah diterjang tsunami.

Sebagai orang yang beriman, kejadian dahsyat seperti tsunami di Jepang kemarin, atau seperti yang terjadi di Aceh tanggal 26 Desember 2004, menjadikan kita semakin yakin, betapa Maha Kuasanya Allah untuk mendatangkan pristiwa-pristiwa dahsyat. Kita berlindung kepada Allah dari terkorban dalam bencana dalam keadaan tidak mengingat Allah.

***** 

Selasa, 08 Maret 2011

Teknologi Melerai Cemas

Teknologi Melerai Cemas

Si Bungsu memang agak berbeda. Setelah selesai kuliah di Farmasi dan bahkan menyelesaikan pula pendidikan apoteker, dia memilih mau berusaha sendiri. Di Bandung. Begitu keinginan hatinya, dan kami tahu bahwa keinginannya itu lurus-lurus saja, tidak ada karena-karenanya yang perlu dikhawatirkan, kami lalu mencoba bijaksana untuk membiarkan. Biarlah dia mengalir seperti air. Dan dia memang berusaha menunjukkan bahwa dia bisa mandiri. Dengan mencoba usaha macam-macam. Try and error. Kadang-kadang..... error. Meski tentu saja ada juga yang berhasil. Untuk menopang kemandiriannya dia jadi guru di TBI. Guru bahasa Inggeris. Sesuatu yang tidak aku bayangkan sebelumnya.

Beberapa minggu yang lalu di chatting-an kami melalui YM, dia mengatakan bahwa dia akan ke Hong Kong mengikuti seminar atau pertemuan entah apa yang diselenggarakan oleh British Council. Diundang dan dibiayai, tanyaku. Diundang tapi harus mencari sponsor katanya. Lha... Siapa pula yang akan menyeponsori, tanyaku lagi.  Dia tidak menjawab waktu itu. Bagaimana dengan akomodasi di sana, apakah disediakan, tanyaku pula. Ternyata tidak. Tapi dia bilang dia punya teman yang bekerja di Hong Kong dan bersedia menerimanya jadi tamu menginap untuk sekitar seminggu. Wah.....

Beberapa hari kemudian, agaknya setelah mencoba mencari sponsor, tapi gagal (ya, iyalah... siapa pula yang akan mau jadi sponsor) dia merayu, kalau-kalau aku bersedia menjadi sponsor itu, untuk tiket pesawat Jakarta - Hong Kong pp. Ya, sudahlah. Aku tahu, dia memetik banyak kebajikan dalam pergaulannya dengan British Council itu. Dan aku sudah mengetahui pula tentang temannya yang katanya bisa ditebengi. Akupun meng-approve permohonannya.
   
Ternyata  dia akan menaiki pesawat yang terbang melalui Singapura dan tidak pula langsung ke Hong Kong pada hari yang sama. Dengan kata lain dia harus menginap satu malam di Singapura. Dan dia sudah mengatur dengan seorang kemenakanku (sepupunya) untuk menompang pula di Singapura. Aku sebenarnya agak mengernyitkan kening ketika mula-mula mengetahui hal itu. Tapi, ya sudahlah.... Toh dia sedang belajar bersosialisasi, dan masih dengan saudara...

Kemarin sore dia kami antarkan ke Bandara Suta. Dan kami tinggalkan setelah dia masuk ke ruangan untuk check-in. Setelah itu kami berkomunikasi dengan FB, sejak dia selesai check-in sampai, masuk ke ruang tunggu, boarding dan terakhir setelah dia sampai di apartemen kemenakanku di Singapura. Tadi pagi kami masih berbalas berita ketika dia bercerita berjalan-jalan (secara harfiah) di Orchard Road. Lalu dia memberi kabar bahwa dia sudah berangkat ke Bandara, sampai check-in pula sekitar jam tiga sore, untuk melanjutkan penerbangannya. Menurut perhitungan, jam delapan malam dia sudah harus sampai di Hong Kong.

Jam delapan malam itu kami menunggu-nunggu berita. Tidak ada kabar. Jam setengah sembilan. Jam sembilan. Jam sembilan lebih. Aku mulai cemas. Istriku mencoba menelpon, tapi ternyata hpnya tidak aktif. Mungkin baterainya habis. Tapi tidak ada kejelasan, sementara dia baru sekali ini bepergian ke sana. Kami benar-benar cemas. Sementara nomor kontak temannya itu tidak pula ada.

Untunglah, aku ingat untuk mencari identitas temannya itu di FB. Begitu ketemu, aku kirim pesan menanyakan keberadaan si Bungsu. Beberapa detik kemudian dia menjawab bahwa si Bungsu sudah sampai, tapi baterai hpnya habis. Seperti yang aku duga. Alhamdulillah, kecemasan kami terobati.......

*****

Senin, 07 Maret 2011

Omel

Meng-omel....

Mengomel artinya menunjukkan ketidaksenangan dengan mengeluarkan kata-kata. Kadang-kadang dengan mengeluarkan kata-kata kasar, kata-kata makian dan cercaan. Tapi bisa juga dengan bentuk keluhan ketidakpuasan. 

Ada orang yang begitu senangnya mengomel dan berkeluh kesah. Pagi mengomel, siang mengomel. Kepada istri mengomel. Kepada anak mengomel. Kepada pembantu, kepada pegawai. Kepada siapa saja, mengomel. Rasanya semua orang salah saja. Rasanya semua orang perlu diomeli. Begitu pula ada saja yang suka berkeluh kesah. Panas mengeluh, dingin mengeluh. Kelaparan mengeluh, kekenyangan mengeluh. Semua serba salah. Serba tidak menyenangkan. Dibantu salah tidak dibantu salah. Diberi ngomel tidak diberi ngomel. Tahukah kita bahwa kebiasaan berkeluh kesah, kebiasaan mengomel itu adalah kebiasaan yang tidak terpuji? Menunjukkan kekerdilan iman. Menunjukkan ketidakpandaian bersyukur dan berterima kasih. 

Memang ada kalanya Allah menguji kita dengan sedikit ujian. Dengan sedikit panas. Atau sedikit lapar. Atau sedikit kekurangan, sedikit rasa takut dan cemas dan sebagainya. Tidak pantas kita langsung mengomel. Tidak pantas kita langsung berkeluh kesah. Ketika kepanasan, bukankah Allah menyediakan tangan dan alat lain untuk berkipas? Kenapa mesti berkeluh kesah? Sedangkan jelas keluh kesah itu tidak sedikitpun membantu memperbaiki keadaan? Kalau sebuah atau suatu nikmat dikurangi Allah, bukankah masih banyak nikmat lain yang diberikan Allah kepada kita? 

Kebiasaan mengomel dan berkeluh-kesah yang dipelihara menggiring kita kepada kufur nikmat. Mengingkari pemberian Allah yang begitu banyak. 

Alangkah baiknya kalau kita bisa menahan diri dari keinginan untuk mengomel dan berkeluh kesah.......

*****         

Minggu, 06 Maret 2011

Pemberian

Pemberian

Kita pasti pernah memberi. Atau menerima pemberian. Memberi hadiah atau menerima hadiah. Saling memberi dan menerima adalah penghubung tali silaturrahim. Pemberian yang diberikan dengan ikhlas tanpa pamrih. Nilainya sangat baik di sisi Allah. Rasulullah SAW mengatakan; 'jika kalian memasak daging, banyakkan kuahnya. Bagikan kepada tetangga sebagai hadiah.' Sebagai pemberian, pemelihara hubungan silaturrahim.

Pemberian yang bernilai tinggi adalah pemberian yang tidak disertai pamrih. Tidak mengharapkan apa-apa selain dari keridhaan Allah SWT. Simaklah ayat-ayat Allah di surah 76 ayat 9 dan 10. 'Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanya karena mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan darimu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesunggguhnya kami takut kepada azab Tuhan kami pada hari yang muram dan suram.' Begitu.....

Pemberian tidak diijinkan Rasulullah SAW apabila disangkutkan dengan jabatan. Tersebutlah kisah seorang pengumpul atau amil zakat, membawa hasil yang dikumpulkannya ke baitul maal. Kecuali sepotong benda. Rasulullah SAW bertanya, apa benda tersebut. Si Fulan ini menjawab, ini adalah pemberian orang yang berzakat tadi khusus untukku. Kata Nabi SAW; akankah kira-kira orang itu memberimu hadiah seperti itu seandainya engkau bukan petugas zakat? Jawab si Fulan, tidak. Maka kata Nabi SAW, letakkanlah bersama barang-barang yang lain di sini karena dia bukan hak engkau.

Pada suatu kesempatan Umar bin Khaththab didatangi seorang utusan (duta dari negeri lain). Utusan itu memberi hadiah sebuah gelang emas untuk istri Umar tanpa sepengetahuan Umar. Beberapa lama setelah tamu itu pergi, Umar mendapati istrinya memakai gelang emas. Umar bertanya dari mana si istri mendapatkannya. Istrinya menjawab bahwa itu adalah hadiah tamu yang datang tadi untuknya. Umar mengatakan, engkau tidak akan diberi hadiah jika engkau bukan istri khalifah. Gelang itu bukan milikmu, segeralah letakkan ke baitul maal. Dan si istri patuh.

Adakah kita bersikap sama ketika menerima pemberian? Atau barangkali kita justru mengkondisikan agar seseorang memberikan sesuatu? Atau kita memberi karena mengharapkan sesuatu? Atau bahkan memberi agar dibiarkan berbuat suatu pelanggaran? Jawablah sendiri......

Dan kita akan diminta pertanggungan jawab nanti dengan pemberian-pemberian yang tidak ikhlas itu......

****

Jumat, 04 Maret 2011

Aku Terkagum-kagum (2)

Aku Terkagum-kagum

Membalik-balik berita melalui PC tua ini, menyimak berita di 'e' koran, membaca berita Metro melalui twitter, tentang China, membuatku terkagum-kagum dan terpesona sungguhan. Republik Rakyat China, sebuah keberhasilan yang sangat menakjubkan.

China adalah negara yang punya cadangan devisa terbesar di dunia, angkanya 2.5 triliun dollar. Mereka sangat-sangat kaya karena kesungguh-sungguhan. Apa yang tidak dibuat oleh China. Mereka hebat sebenar-benar hebat dalam kemampuan teknologi apa saja. Mereka membuat kereta api tercepat. Merentang jalan kereta api mengitari negerinya. Membuat jalan bebas hambatan begitu pula. Membangun stadion, bangunan bertingkat banyak dengan efisiensi tinggi (hanya bilangan minggu untuk merakit bangunan bertingkat beberapa puluh). Mereka sedang mempertunjukkan kemajuan dan kemampuan luar biasa. Apa yang tidak bisa dibuat oleh China.

Kemajuan dan kekayaan yang berhasil dikumpulkan China memang sangat menakjubkan. Di tahun-tahun 70an mereka masih babak belur sesudah masa revolusi kebudayaan pimpinan istri Mao Zedong. Mereka dicemooh sebagai negeri tirai bambu. Negeri yang penduduknya nomor satu paling banyak di dunia dengan kesederhanaan mutlak sebuah negeri komunis. Setiap orang mengenal hanya satu corak pakaian, seperti yang dipakai ketua Mao. Seperti itu dulu, antara tiga puluh dan empat puluh tahun yang lalu.

Tapi setelah itu mereka bangkit dengan bersungguh-sungguh. Semua orang bekerja keras. Ini memang kelebihan mereka, etos kerja (paksa di bawah rezim komunis) yang sangat tinggi. Tapi kali ini lain. Kali ini bekerja untuk diperdagangkan. Mereka membuat apa saja dan menjual hasilnya kemana saja. Mereka merajai industri mainan anak-anak. Dan hasilnya laku keras. Industripun ditingkatkan hati-hati dan terarah. Perlahan tapi pasti. 

Beberapa belas tahun yang lalu orang-orang masih mencemooh ketika China membuat motor. Motor buatan China dijuluki dengan sinis sebagai mochin (motor china) yang kemampuannya jauh di belakang kemampuan motor buatan Jepang. Sekarang mereka membuat mobil yang segera akan merangsek pula pasar dunia. Konon, China menggunakan ilmu 'tiru' paling sederhana. Preteli sebuah mobil atau motor itu sampai baut yang terakhir, lalu buat cetakan setiap bagian itu dan produksi. Jadilah motor, mobil, kereta dan apa saja. Itu adalah tahap awal. Setelah itu pikirkan dan kembangkan. Modifikasi supaya lebih baik. Ilmu yang juga dipraktekkan Jepang di awal-awal tahun industrialisasi mereka dulu. Hanya, China sekarang melakukannya dengan bantuan peralatan teknologi yang sudah maju, tidak perduli dari mana asal teknologi itu.

Dan karena duit banyak. Cadangan devisa melimpah, mereka mulai pula membenahi tentaranya. China akan membelanjakan 92 milyar dollar tahun ini untuk memperbaiki peralatan perangnya. Nah! Biaya itu bisa membuat kekuatan yang bukan main dahsyatnya. Mereka akan membangun dua buah kapal induk berukuran 60.000 ton. Dua sekaligus karena biayanya hanya beberapa milyar dollar saja. Mereka membangun kapal selam canggih. China sudah berhasil membuat pesawat siluman J-20 menyaingi pesawat F-22 Amerika. Pesawat yang mampu mengelabui radar dan punya kemampuan menyerang yang menakutkan. Kemampuan yang sangat mencemaskan Amerika.  

China diramalkan segera akan mengalahkan Amerika di segala bidang. 

Aku terkagum-kagum. Dan juga cemas. Apakah setelah nyata-nyata setara di bidang teknologi dan kekuatan dengan Amerika, kedua kekuatan itu akan tetap akur-akur saja di masa depan? 

*****

Selasa, 01 Maret 2011

Lebay

Lebay (berkelebihan)

Tidak terlalu jelas dari mana asal kata ini. Anak-anak muda sekarang fasih benar mengucapkannya. Penulisannya kadang-kadang ada pula sedikit variasi. (L'baay.... Le-bays....). Artinya konon berlebihan. Melebih-lebihkan sesuatu sehingga jadi tidak proporsional lagi. Aneh memang kenapa mesti lebay ungkapannya. Padahal kalau di kampungku lebai (pakai 'i') mempunyai makna lain. Lebai adalah orang yang akrab dengan kegiatan surau atau mesjid pada posisi yang tidak terlalu penting. Artinya dia bukan imam mesjid, bukan pula khatib Jum'at. Mungkin seorang petugas kebersihan dan keamanan surau. 

Biar kita lanjutkan dulu sedikit cerita tentang lebai (pakai 'i') ini. 

Ada sebuah kisah yang judulnya Lebai Malang. Suatu ketika engku Lebai ini diundang menghadiri kenduri. Untung peruntungan sedang elok-eloknya sekali dua undangan datang. Yang satu dari surau di Hilir dan yang lain dari surau di Mudik. Kedua-duanya di aliran sungai yang sama. Waktu kenduri sama-sama ba'da isya. Dan terdengar pula berita bahwa yang di mudik memotong dua ekor kambing sementara yang di hilir  hanya memotong satu ekor. Engku Lebai  berpikir keras mana yang elok didatangi terlebih dahulu. Setelah dipikir bolak-balik akhirnya diputuskannya untuk pergi ke surau di Mudik lebih dahulu. Di sana dia akan makan gulai kambing lebih leluasa. Lagi pula bukankah sesudah itu dia tinggal santai saja berhanyut-hanyut ke hilir untuk menghadiri jamuan di surau di Hilir.

Itulah yang dilakukannya. Sesudah selesai sembahyang isya dia berkayuh ke mudik. Nasib kurang baik air sungai sedang deras-derasnya karena rupanya hujan lebat di hulu. Dengah peluh bercucuran karena bekerja keras mendayung akhirnya dia sampai juga di tujuan. Namun apa hendak dikata, perjamuan sudah usai. Para tamu sudah meninggalkan surau. Didatanginya juga dapur, berharap kalau-kalau masih ada yang tersisa. Semua belanga sudah ditelungkupkan sehingga kuah gulaipun tidak tersisa sedikit jua lagi.

Sambil mengurut dada, engku Lebai kembali ke sampannya dan meninggalkan tempat itu. Berhanyut-hanyut ke hilir sangatlah mudah dan dia tidak perlu lagi mendayung. Cukup menjaga agar sampan tidak tersekat ke tepi sungai. Sampailah dia di surau di Hilir. Begitu sampan ditambatkan dan mulai melangkah ke surau tempat kenduri, tiba-tiba lampu strongkeng di surau itu dipadamkan orang. Karena memang sudah tidak ada lagi yang tinggal di dalam selain penjaga surau. Perhelatan sudah lama selesai. Engku Lebai yang malang sekali lagi mengurut dada. Dan kali ini deritanya bertambah dengan pekerjaan mendayung di air deras ke rumahnya dalam keadaan perut kosong. Begitulah kisah si Lebai Malang.

Lalu..........
  
Ada ketua sepak bola yang mengatakan dia tetap ngotot untuk jadi ketua lagi karena....... Ada orang yang mengancam akan membunuhnya. Lha.... Ini cerita apa? Masak jadi ketua pengurus bal-balan saja mesti berurusan dengan ancaman pembunuhan? Siapa yang mengancam? Apa perlunya mengancam? Lalu kalau diancam kok masih mau nekad juga mau jadi ketua lagi? Dan lalu minta perlindungan pula ke wakil-wakil...... (wakil siapa ya???). Cerita ini memang terkesan lebay (kali ini pakai 'y').

*****