Selasa, 08 Maret 2011

Teknologi Melerai Cemas

Teknologi Melerai Cemas

Si Bungsu memang agak berbeda. Setelah selesai kuliah di Farmasi dan bahkan menyelesaikan pula pendidikan apoteker, dia memilih mau berusaha sendiri. Di Bandung. Begitu keinginan hatinya, dan kami tahu bahwa keinginannya itu lurus-lurus saja, tidak ada karena-karenanya yang perlu dikhawatirkan, kami lalu mencoba bijaksana untuk membiarkan. Biarlah dia mengalir seperti air. Dan dia memang berusaha menunjukkan bahwa dia bisa mandiri. Dengan mencoba usaha macam-macam. Try and error. Kadang-kadang..... error. Meski tentu saja ada juga yang berhasil. Untuk menopang kemandiriannya dia jadi guru di TBI. Guru bahasa Inggeris. Sesuatu yang tidak aku bayangkan sebelumnya.

Beberapa minggu yang lalu di chatting-an kami melalui YM, dia mengatakan bahwa dia akan ke Hong Kong mengikuti seminar atau pertemuan entah apa yang diselenggarakan oleh British Council. Diundang dan dibiayai, tanyaku. Diundang tapi harus mencari sponsor katanya. Lha... Siapa pula yang akan menyeponsori, tanyaku lagi.  Dia tidak menjawab waktu itu. Bagaimana dengan akomodasi di sana, apakah disediakan, tanyaku pula. Ternyata tidak. Tapi dia bilang dia punya teman yang bekerja di Hong Kong dan bersedia menerimanya jadi tamu menginap untuk sekitar seminggu. Wah.....

Beberapa hari kemudian, agaknya setelah mencoba mencari sponsor, tapi gagal (ya, iyalah... siapa pula yang akan mau jadi sponsor) dia merayu, kalau-kalau aku bersedia menjadi sponsor itu, untuk tiket pesawat Jakarta - Hong Kong pp. Ya, sudahlah. Aku tahu, dia memetik banyak kebajikan dalam pergaulannya dengan British Council itu. Dan aku sudah mengetahui pula tentang temannya yang katanya bisa ditebengi. Akupun meng-approve permohonannya.
   
Ternyata  dia akan menaiki pesawat yang terbang melalui Singapura dan tidak pula langsung ke Hong Kong pada hari yang sama. Dengan kata lain dia harus menginap satu malam di Singapura. Dan dia sudah mengatur dengan seorang kemenakanku (sepupunya) untuk menompang pula di Singapura. Aku sebenarnya agak mengernyitkan kening ketika mula-mula mengetahui hal itu. Tapi, ya sudahlah.... Toh dia sedang belajar bersosialisasi, dan masih dengan saudara...

Kemarin sore dia kami antarkan ke Bandara Suta. Dan kami tinggalkan setelah dia masuk ke ruangan untuk check-in. Setelah itu kami berkomunikasi dengan FB, sejak dia selesai check-in sampai, masuk ke ruang tunggu, boarding dan terakhir setelah dia sampai di apartemen kemenakanku di Singapura. Tadi pagi kami masih berbalas berita ketika dia bercerita berjalan-jalan (secara harfiah) di Orchard Road. Lalu dia memberi kabar bahwa dia sudah berangkat ke Bandara, sampai check-in pula sekitar jam tiga sore, untuk melanjutkan penerbangannya. Menurut perhitungan, jam delapan malam dia sudah harus sampai di Hong Kong.

Jam delapan malam itu kami menunggu-nunggu berita. Tidak ada kabar. Jam setengah sembilan. Jam sembilan. Jam sembilan lebih. Aku mulai cemas. Istriku mencoba menelpon, tapi ternyata hpnya tidak aktif. Mungkin baterainya habis. Tapi tidak ada kejelasan, sementara dia baru sekali ini bepergian ke sana. Kami benar-benar cemas. Sementara nomor kontak temannya itu tidak pula ada.

Untunglah, aku ingat untuk mencari identitas temannya itu di FB. Begitu ketemu, aku kirim pesan menanyakan keberadaan si Bungsu. Beberapa detik kemudian dia menjawab bahwa si Bungsu sudah sampai, tapi baterai hpnya habis. Seperti yang aku duga. Alhamdulillah, kecemasan kami terobati.......

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar