Jumat, 12 Juni 2015

Perjalanan Pulang Dari Pau Ke Jatibening

Perjalanan Pulang Dari Pau Ke Jatibening 

Waktu 46 hari merayap sekejap saja. Dan berakhir. Setelah selama itu berkumpul dengan anak, menantu dan cucu-cucu. Melewatkan hari-hari yang menyenangkan dengan mereka. Terutama dengan kedua cucu. Dan terlebih-lebih dengan cucu paling bungsu, Fathimah yang selalu ada di rumah. Mengamati kemajuan yang dicapainya dari sehari ke sehari, sejak masih merayap tertatih-tatih sampai bisa merangkak dan terakhir sudah sangat lincah berdiri sambil berpegangan.

Waktu kebersamaan itu berakhir. Hari Selasa tanggal 9 Juni, sesuai dengan jadwal, kami berangkat meninggalkan Pau. Hamizan dan Fathimah masih tidur nyenyak waktu kami berangkat. Kami menciumnya dalam tidur. Titik air mata ketika akan meninggalkan mereka ini. Jam setengah lima pagi, sebelum masuk waktu subuh, kami berangkat ke Bandara Pyrenes diantar B. Melalui jalan yang masih sepi, untuk sampai di bandara tepat di saat masuk waktu subuh. Dan kami shalat subuh di pelataran parkir bandara. 

Ada sedikit masalah ketika check in. Ternyata tiket yang aku beli secara on line adalah tiket tanpa bagasi. Entah dimana keterangannya, karena waktu membelinya di NusaTrip tidak ada sama sekali penjelasan bahwa tiket tersebut tanpa bagasi. Sementara tiga koper kami yang dimasukkan ke bagasi harus bayar 130 Euro. Dan kami tidak punya Euro sebanyak itu. Di dompetku masih ada 200 dollar US. Daripada membayar dengan dollar kepada petugas check in tersebut, aku minta tolong B membayar dengan ATM nya dan memberikan 200 dollar itu kepadanya. 

Pesawat Air France berangkat tepat waktu, jam 6.30 pagi itu. Jam delapan kurang kami sudah mendarat di Bandara Charles de Gaulle di Paris. Cuaca cerah. Kami turun di terminal 2F. Setelah mengambil bagasi kami berjalan menuju ke terminal 2E tempat kami check in untuk penerbangan lanjutan siang nanti.  

Waktu menunggu sekitar 4 jam menjelang saat check in kami gunakan mengutak-atik gadget, menggunakan wifi bandara yang tidak terlalu lancar. Akhirnya waktu itu datang juga. Diawali dengan check in dan menyerahkan bagasi yang berjalan lancar. Seterusnya melalui jalan yang ternyata cukup berliku menuju ke ruang tunggu, melalui loket imigrasi, terus ke sebuah gerbang untuk naik...... kereta api untuk menuju ke ruang tunggu. Sebelumnya melalui pemeriksaan keamanan (security check) yang antriannya cukup panjang. Barulah akhirnya sampai di tempat menunggu. 

Pesawat Boeing 777 Air France tujuan Ho Chi Min City itu berangkat jam 14.00, 15 menit terlambat dari jadwal. Kami duduk di bangku bagian tengah yang kursinya 4 buah. Seorang muda Perancis yang duduk di sebelah kananku ditawarkan pramugari untuk pindah ke bangku lain di bagian depan yang kebetulan kosong. 

Penerbangan yang cukup menyenangkan. Seorang pramugari (Perancis) datang menanyakan apakah aku memesan makanan khusus Muslim. Alhamdulillah..... rupanya pesanan itu cukup diperhatikan. Di sebelah sore, aku mengintip-intip dari jendela yang hampir semuanya ditutup untuk melihat apakah sudah masuk waktu maghrib. Kami shalat maghrib jam delapan menurut waktu di jam ku (waktu Perancis) saat kami berada di langitnya Iran. 

Aku tidak bisa tidur semalaman itu. Angin AC yang meski sudah ditutup masih terasa meniup ubun-ubun. Aku yang memang dalam keadaan agak pilek, jadi bersin-bersin dan hidung meler. Untung bisa sedikit diatasi dengan menutupi kepala dengan selimut. Jam setengah lima waktu Jakarta (jam ku sudah disesuaikan), aku bangunkan istri untuk shalat subuh. Posisi kami saat itu di langit Myanmar. Pesawat itu sudah menempuh lebih dari 9000 km sejak berangkat dari Paris. Jam 6.45 pesawat mendarat di Bandara Tan Son Nhat, Ho Chi Min City, 10200 km dari Bandara Charles de Gaulle - Paris. 

3.5 jam kemudian kami naik pesawat lagi untuk menyelesaikan perjalanan etape terakhir. Dengan Vietnam Airlines. Penumpangnya banyak sekali orang Indonesia. Banyak wanita-wanita berjilbab, seperti ketika berangkat dulu. Rupanya banyak juga urusan orang Indonesia di kota Ho Chi Min ini. Jam satu kami mendarat di Bandara Soeta. Menunggu sebentar kedatangan si Bungsu yang datang menjemput kami. Ternyata dia ditemani ketiga cucu kami Rafi, Rasyid dan Rayyan. Jam empat sore kami sampai kembali di rumah di Jatibening. Alhamdulillah..... 

****

                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar