Kamis, 15 Maret 2012

Perjalanan Yang Sekali Ini Terasa Lebih Berat

Perjalanan Yang Sekali Ini Terasa Lebih Berat 

Terasa berat di akhirnya. Karena setelah empat hari kembali sampai di rumah badan terasa masih sangat lelah. Letih dan pegal, bawaannya ingin tidur terus. Padahal perjalanan itu sendiri harusnya biasa-biasa saja. Dan cuaca di sana juga tidaklah dalam keadaan luar biasa. Jarak dari penginapan ke mesjid hanya lebih kurang 5 sampai 7 menit berjalan kaki. Mesjid yang seperti kunjungan terdahulu, selalu penuh oleh hamba-hamba Allah, yang beribadah mencari keridhaan Allah dan ampunan-Nya. Jumlah umat manusia yang keluar dan masuk ke pelataran itu bergelombang-gelombang tiada putus-putusnya. Kadang-kadang terasa agak sedikit longgar, lalu pada derap langkah berikutnya kita kembali terkepung di tengah ribuan anak manusia dari berbagai pelosok bumi Allah. Dalam lautan umat yang berseru dan bergumam. Dengan caranya masing-masing. 

Air mata menetes mengingat dan mengenang dosa. Mengharap ampunan dari setiap kekeliruan dan dosa yang pernah diperbuat, entah disengaja atau tidak. Kepada siapa lagi kami akan meminta ampun kalau bukan kepada-Mu ya Allah.

Rangkaian ibadah itu diselesaikan lewat tengah malam. Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar. Tidak berani tidur, takut terhanyut di waktu subuh. Menjelang subuh kembali berangkat ke mesjid. Yang ramainya, subhanallah masih seperti itu juga. Menunggu masuknya waktu subuh. Lalu azan subuh bergema menyentuh kalbu jauh ke dalam. Menitikkan air mata. Dan shalat subuh di tempat yang mulia itu.

Hanya empat malam jatah tinggal yang dirancang di tempat suci itu. Kami berpindah ke kota Nabi SAW. Kota yang juga menggoncang jiwa setiap kali berkunjung ke sana. Kali ini memang agak berbeda dari sebelumnya, karena pada kesempatan terdahulu, kota Nabi SAW diletakkan di awal kunjungan. Sudah beberapa menit lewat waktu maghrib ketika kami sampai di penginapan. Bergegas ke mesjid, masih dalam waktu menjelang isya. Berjamaah maghrib dengan beberapa orang yang terlambat seperti kami, lalu menunggu masuknya waktu isya. Dan akhirnya shalat isya di dekat terbaringnya jasad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Berziarah ke samping makam beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam baru dilakukan ba'da subuh keesokan harinya. Alhamdulillah, tidak ada keluhan kaki sakit karena asam urat. Hanya ada keluhan batuk yang semakin deras, yang awalnya sudah terasa sejak mula-mula berangkat. Demikianlah dilalui hari ketiga, hari Jumat untuk shalat Jumat di mesjid yang mulia itu. Subhanallah ramainya jamaah. 

Hari Sabtu subuh. Berangkat ke mesjid biasa-biasa saja. Shalat menjelang masuk waktu subuh biasa-biasa saja. Shalat subuh biasa-biasa saja. Tapi begitu selesai shalat, masih dalam rangkaian zikir, yang tadinya berniat akan tinggal di mesjid sampai masuknya waktu syuruq seperti kemarin-kemarin. Tiba-tiba saja badan ini menggigil kedinginan. Bukan kedinginan biasa karena kepala pun terasa pusing. Akhirnya tidak sanggup bertahan. Bangkit untuk kembali ke penginapan. Berjalan terasa sempoyongan. Dalam zikir dan berjalan pelan-pelan akhirnya sampai juga. Minta tolong diselimuti karena badan terasa semakin menggigil.

Menurut istri dan anak-anakku, omonganku mulai kacau. Mengigau. Konon panasku mencapai 41 derajad. Masya Allah. Dan aku diurus oleh mereka. Dikompres, diberi obat. Waktu shalat zuhur aku dituntun dalam keadaan mungkin hanya 50 % sadar. Tapi alhamdulillah waktu ashar sudah jauh lebih baik. Tidak bisa ke mesjid sampai waktu subuh berikutnya karena badan rasanya masih lemas dan pusing. Pada waktu zuhur dipaksakan juga pergi dan alhamdulillah tidak apa-apa. Dan bisa ke mesjid sampai shalat isya.

Tengah malam itu kami check-out dari hotel langsung ke bandara untuk selanjutnya terbang kembali menuju pulang. Berangkat jam lima subuh dari bandara Kota Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Melalui perjalanan panjang dengan terlebih dahulu transit selama dua jam di sebuah kota di Teluk. Dan akhirnya sampai di Cengkareng jam setengah sepuluh malam hari Senin. Membawa serta kembali batuk yang bertalu-talu. Bahkan dalam perjalanan dari bandara ke rumah bagai tidak ada jedah sedikit pun. Dan tinggallah letih yang bersangatan. Yang perlahan-lahan mulai agak berkurang pula....

*****

                                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar