Senin, 28 Desember 2009

Pulang Kampung Lagi (4)

(4)

Minggu 20 Desember.

Pagi yang lebih cerah dari pagi kemarin. Tidak ada hujan walau langit tetap saja agak mendung. Tadi aku shalat subuh di masjid Baitul Haq. Setelah hari mulai agak terang, kami mengatur rencana untuk pergi ke Garegeh lagi. Tiba-tiba aku ditelepon kakak sepupu, (yang ikut pulang kampung untuk rapat siang nanti) mengatakan bahwa lepau tutup. Aku menganjurkan untuk ke lepau lain di Ateh Ngarai, persis di simpang tiga pintu masuk ke ngarai. Lepau disini lebih besar dan lebih ramai dari lepau di Garegeh. Tidak ada ketan dan goreng pisang di lepau ini tapi bubur samba, bahkan gado-gado, bubur kampiun dan beraneka macam kue-kue ada tersedia. Teh telur juga bisa dipesan. Lepau ini memang pilihan keduaku.

Kami berkumpul di lepau ini. Kami berempat dan rombongan kakak sepupuku enam orang. Semua berkecepak-kecepong. Di dalam lepau yang penuh pengunjung ini. Bahkan di luar masih ada yang antri karena tidak kebagian tempat duduk. Aku tidak tahu apakah lepau ini seramai ini karena hari Minggu pagi atau memang seperti ini setiap hari. Sesudah sarapan aku ikut dengan rombongan kakak sepupu ke kampung, karena kami akan rapat jam sembilan pagi. Aku minta tolong istriku untuk pergi membeli dan mengantarkan nasi bungkus untuk konsumsi peserta rapat nanti siang.

Sesuai rencana rapat di sekolah penghafal Al Quran itu dimulai jam sembilan lebih sedikit. Bertempat di bangunan sekolah di Kasiak, di Koto Tuo Balai Gurah. Sekolah ini setingkat SMP, dengan kekhasan pendidikan menghafal Al Quran ditambah pengetahuan agama disertai pengenalan hadits-hadits Rasulullah SAW. Kami menamainya Ma'had Tahfizhul Quran di bawah Yayasan Syekh Ahmad Khatib. Sekolah dengan fasilitas pemondokan dimana santrinya memang diwajibkan untuk tinggal di sekolah. Baru dibuka untuk tahun pertama di tahun ajaran 2009 - 2010. Jumlah santrinya masih sangat mini, hanya empat orang. Tapi yang empat orang itu (mulanya 7 orang) alhamdulillah bisa bertahan dan membuat kemajuan yang lumayan. Rapat kami pagi itu adalah dalam rangka mengatur strategi untuk lebih mensosialisasikan keberadaan sekolah itu kepada masyarakat. Sekolah dengan penekanan menghafal Al Quran ini baru satu-satunya di Sumatera Barat. Dipimpin oleh seorang kepala sekolah tamatan Madinah, dibantu seorang lagi guru yang juga tamatan Madinah serta guru-guru dari sekolah umum dan guru-guru tamatan IAIN. Di dalam rapat itu kami rencanakan untuk memanfaatkan media televisi (Bukit Tinggi TV), radio swasta dan koran terbitan Padang sebagai sarana.

Rapat yang sangat konstruktif itu berjalan lancar dan berakhir jam dua siang.

Sesudah selesai rapat, kami pergi lagi meraun ke Kamang. Berputar-putar sejak dari Parikputuih, Lungguakmuto, Kapau, Koto Tangah, Magek, Koto Panjang, Pakan Sinayan di Kamang Mudiak, terus ke Gaduik. Melereng di kaki Bukik Kawin. Memandang bukit batu gamping yang sambung-menyambung. Tapi tidak masuk mendekati Ngalau. Ada bagian dari jalan yang melingkar-lingkar itu yang belum pernah kutempuh. Ada keinginan untuk mampir ke rumah bako di Koto Panjang, tapi aku batalkan. Dua bulan yang lalu aku sudah mengunjungi mereka. Kedatanganku pasti akan 'merepotkan' mereka saja.

Sore hari menjelang maghrib kami berada di antara orang ramai di bawah jam gadang. Sebelum masuk waktu maghrib aku bergegas ke masjid Raya, meninggalkan istri dan ipar yang akan langsung pulang ke penginapan. Malam itu kami dijamu adik ipar makan malam di rumahnya di Garegeh. Kali ini makan malam tanpa disertai durian.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar