Sabtu, 23 November 2013

Perputaran Waktu

Perputaran Waktu

Perhatikanlah alam! Betapa teraturnya. Beredar berputar berulang sambung menyambung. Selalu ada siklus yang berulang. Dimulai di sebuah titik awal, beranjak jadi berumur, lalu menjadi tua dan akhirnya mati. Datang lagi yang baru, dilaluinya lagi siklus yang sama. Bagian dari keteraturan yang menyangkut makhluk hidup kita namai kehidupan. Tak terkecuali kehidupan kita umat manusia.  

Semua keteraturan itu dianyam dalam siklus yang kita namai waktu. Dengan tanda-tandanya yang berulang-ulang. Pagi berangsur-angsur menjadi siang. Melalui sore. Lalu menjelang malam. Seterusnya berlanjut dengan subuh mendekati pagi yang baru. Begitu selamanya. Makhuk-makhluk hidup berselancar di dalam peredarannya. Untuk jangka waktu tertentu. Ada sebuah kepastian, bahwa setiap kehidupan pasti berakhir. Kulluu nafsin dzaa iqatulmaut. Begitu peringatan Allah Ta'ala. 

Allah peringatkan kita agar mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Waktu hidup di dunia ini yang sebenarnya sangat singkat. Mudah menyadari betapa singkatnya waktu itu kalau kita memperhatikannya. Kita bahkan biasa tanpa sadar mengatakan, 'tahu-tahu sudah hari Jum'at lagi..... tahu-tahu sudah mau bulan puasa lagi....'. Karena titik-titik waktu itu memang selalu berulang. Dan perulangannya itu sepertinya sangat cepat.

'Demi masa - Sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi - kecuali, orang-orang yang beriman dan beramal shalih - yang saling mengingatkan tentang kebenaran - yang saling mengingatkan tentang kesabaran.' Demikian firman Allah dalam surah Al 'Ashr (surah 103). Manusia merugi dalam perputaran waktu itu. Manusia-manusia yang terpontang-panting dengan urusan dunia. Mencari, mengejar keberuntungan dengan takaran awam. Dengan iming-iming dunia. Dengan iming-iming bahwa yang berhasil itu adalah yang mampu menumpuk harta. Atau yang berhasil itu adalah yang berpangkat tinggi atau yang berkuasa. Dan sebagai macam lainnya ukuran keduniaan. Ternyata, semua itu tidak kekal. Tahu-tahu hari sudah berangsur senja. Badanpun mulai tua. Yang akhirnya tersungkur, terbaring kaku. Tidak ada pertolongan apa-apa dari harta yang bertumpuk-tumpuk itu. Tidak ada bantuan dari pangkat tinggi, dari kekuasaan yang tadinya dikira akan langgeng. Paling-paing hanya bantuan menggotong dan mengantar jasad kaku ke kuburan. Hanya sekedar mengantar. Bukankah rugi besar namanya ketika seseorang mengalami yang seperti itu?  

Kecuali bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Dengan dasar keimanannya dia berbuat baik, beramal shalih mencari ridha Allah. Amal yang dia niatkan untuk ibadah kepada Allah. Dia yakin bahwa kehidupan dan waktu dunia ini sangat sementara sifatnya dan akan ada hari akhirat yang jauh lebih penting. Dia beriman bahwa dia pasti akan dihadirkan nanti di hari itu. Dia berkeyakinan bahwa hanya dengan mendapatkan ridha Allah saja dia bisa selamat pada hari perhitungan itu. Oleh karena itu dia berusaha mempersiapkan diri selama kehadirannya di muka bumi ini dengan berbuat baik, beramal shalih. Kalau dia terlanjur berbuat dosa, dia cepat-cepat minta ampunan Allah. Dia menjaga lisan dan perbuatannya dari melukai orang lain. Dari menyakiti sesama manusia. Dia berusaha mengingatkan manusia lain, agar menegakkan kebenaran. Kebenaran yang dibenarkan oleh Allah dengan hukum-hukum-Nya. Dan mengingatkan manusia lain agar sabar dalam menjalani aneka rintangan dan cobaan dalam hidup ini. Mengingatkan agar senantiasa bertawakkal kepada Allah. Dan hanya kepada Allah saja hendaknya berserah diri. Maka orang-orang yang mampu berbuat seperti ini, insya Allah dia akan dikecualikan Allah dari kerugian. 

Mudah-mudahan kita dapat menempatkan diri kita di posisi yang terbaik dalam perputaran waktu.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar