Selasa, 12 Juni 2012

Jasad

Jasad

Jasad itu terbaring kaku. Selesai sudah penderitaan sakit yang dilaluinya. Selesai sudah urusan dunianya. Selesai semua amal perbuatannya. Dia terbaring kaku tak berdaya apa-apa lagi. Tidak seperti beberapa tahun yang lalu. Atau bahkan beberapa bulan yang lalu. Bahkan beberapa pekan yang lalu, ketika dia masih segar bugar. Ketika dia masih ceria mengisi hari-hari dalam hidupnya. Ketika dia bergaul luas dengan orang banyak.

Sekarang orang banyak itu berdatangan melayat. Ikut berduka cita, begitu kata mereka. Mereka berkelompok-kelompok, bergerombol-gerombol. Tak kurang yang berwajah sedih. Tak kurang yang bercerita tentang masa hidup jasad yang terbaring kaku itu. Mereka, yang masih hidup itu merasa kehilangan. Kehilangan seorang saudara, seorang teman, seorang sahabat, seorang.... siapa sajalah. 

Bermaknakah kehadiran orang banyak yang datang melayat itu bagi si jasad? Mungkin ada yang bermakna tapi mungkin juga ada yang tidak bermanfaat apa-apa. Yang hadir untuk mengurus jasad kaku itu, yang memandikannya lalu mengafaninya, lalu menyalatkannya, insya Allah mereka ini memberi manfaat kepada si mayat. Tetapi yang hanya sekedar berwajah duka, lalu sibuk dengan bisik-bisik dalam obrolan, terlepas dari apapun isi obrolan itu, rasanya tidak ada manfaat bagi si mayat. Walaupun mereka datang dengan ikhlas. Walaupun mereka berwajah duka. Walaupun mereka menunjukkan rasa simpatinya. Rasa simpati itu mungkin agak menolong bagi keluarga mayat yang sedang dilanda duka. 

Apabila mati anak Adam maka putuslah segala amalannya, kecuali tiga hal. Sedekah atau pemberian yang baik (mempunyai nilai di sisi Allah), ilmu yang bermanfaat yang pernah diajarkannya dan anak-anak yang salih yang mendoakannya. Begitu menurut sebuah hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Sangat mudah mencerna maksud dari hadits itu. Seseorang yang pernah memberikan bantuan kepada orang lain, misalnya berupa sumbangan untuk sarana keperluan orang banyak, seumpama jalan, atau jembatan, atau sekolah, atau bangunan tempat beribadah, maka selama benda-benda itu masih dipergunakan orang banyak, si pemberi masih mendapatkan  imbalan pahala dari Allah. Begitu pula halnya dengan ilmu yang bermanfaat. Selama ilmu itu diamalkan oleh penerimanya, niscaya nilai kebajikan atau pahala akan tetap mengalir untuknya. Dan terakhir anak yang salih, yang senantiasa mendoakan orang tuanya. Doa dan amalan salih si anak yang mendapat pahala dari Allah, juga mengalir pahalanya kepada orang tua si anak salih.

Selain dari itu tidak ada. Handai tolannya yang banyak yang datang melayat dan mengantarnya sampai ke tepi liang lahat, tidak dapat menolongnya. Dia akan bersendiri di dalam liang lahat. Begitu pengantarnya berangkat meninggalkan tanah pemakaman dia akan berurusan dengan malaikat Allah yang akan datang bertanya. Menyoal hal-hal yang menyangkut dengan keimanannya. Pertanyaan yang hanya akan bisa dijawab oleh amal ibadah dan keimanannya itu pula. 

Kematian terlihat seolah-olah akhir dari sesuatu. Banyak orang yang membayangkan bahwa sesudah kematian, jiwa akan beristirahat dengan damai. Tetapi Islam tidak mengatakan seperti itu. Kematian adalah gerbang akhirat. Kematian adalah awal dari sebuah pertanggungjawaban sangat rinci dan detil sekali. Pertanggungjawaban atas setiap amal perbuatan semasa hidup, yang dicatat rapi oleh dua malaikat Allah yang tidak pernah lalai dari mencatatnya. Lalu nanti nilai-nilai amalan itu akan ditimbang. Hanya yang mempunyai lebih berat timbangan amal salih yang diridhai Allah saja yang akan selamat dari hukuman Allah. 

Di tempat melayat, makin banyak yang sadar bahwa setiap 'kita' akan mendapat giliran dipanggil ke hadirat Allah. Panggilan itu hanya soal waktu. Mudah-mudahan semakin sadar pula untuk menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian itu. Bekal berupa amal-amal salih yang diridhai Allah.

*****
                                                                     

2 komentar:

  1. Apakah doa para pelayat tidak berguna untuk si mayat pak haji?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Doa yang ikhlas dari pelayat mudah2an akan diterima Allah SWT. Apalagi doa dalam shalat jenazah yang dibacakan dengan ikhlas dan khusyuk. Masalahnya, seberapa banyak dari para pelayat yang ikut berdoa atau bahkan ikut shalat jenazah?

      Hapus