Jumat, 30 Desember 2011

Jangan Ikuti Langkah-langkah Setan.....

Jangan Ikuti Langkah-langkah Setan..... 

Ini adalah inti khutbah khatib Jum'at kemarin. Mengingatkan jamaah agar berusaha maksimal untuk tidak mengikuti langkah-langkah setan. Karena dia (setan itu) adalah musuh yang nyata bagi kalian. 

Allah mengulang-ulang peringatan itu empat kali dalam konteks yang sedikit berbeda di dalam ayat-ayat al Quran. Seperti di dalam surah al Baqarah ayat 168, yang artinya:  'Wahai sekalian manusia! Makanlah yang halal dan baik dari apa yang terdapat di bumi. Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagimu.' Peringatan ini ditujukan kepada manusia. Agar mereka memakan apa-apa yang dihasilkan bumi ini, yang halal dan baik. Allah menetapkan apa-apa yang tidak halal alias haram untuk dikonsumsi seperti dijelaskan Allah di dalam surah al Maidah ayat 3. Selain dari yang ditetapkan Allah tersebut silahkan dikonsumsi namun diingatkan agar hanya memakan yang baik. Yang bersih. Yang sehat. Yang tidak akan menimbulkan penyakit. 

Sementara setan menyuruh manusia agar melanggar ketetapan Allah tersebut. Setan berbisik ke dalam hati manusia agar manusia ingkar kepada perintah Allah. Dan Allah ingatkan, jangan diikuti bujuk rayu setan tersebut. Jangan diikuti petunjuk, langkah, arahan dari setan tersebut. Dimulai dengan makanan yang dimakan. Ketika manusia sudah tidak lagi memperhatikan halal - haram makanan yang dimasukkannya ke dalam perutnya, maka bergembiralah setan. Maka semakin mudah bagi setan untuk menggiring manusia-manusia seperti ini ke arah yang semakin jauh dari yang diridhai Allah.

Lalu Allah berfirman di dalam surah al An'am ayat 142. 'Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu. Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagimu.' 

Dalam hal makanan, Allah telah menetapkan bahwa daging binatang ternak itu adalah rezeki dari Allah untuk dikonsumsi. Maka jangan pulalah kita terbalik, mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah. Tanpa alasan, kita memproklamirkan diri kita sebagai seorang vegetarian yang mengharamkan daging binatang ternak. Tindakan seperti ini juga merupakan tipu daya setan yang sangat nyata.   

Pada ayat yang lain Allah memperingatkan orang-orang yang beriman agar masuk ke dalam Islam secara keseluruhan. Secara kaaffah. Sebagaimana firman Allah masih dalam surah al Baqarah ayat 208, yang artinya: 'Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan. Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagimu.' 

Kalau kalian beriman kepada Allah, maka masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan. Patuhi ketentuan-ketentuan Islam. Apa-apa yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan, maka kerjakanlah. Apa-apa yang dilarang Allah maka jauhilah. Jangan setengah-setengah. Jangan mencampur-adukkan keimanan dengan kekufuran. Karena yang seperti itu adalah yang dinginkan oleh setan. Patuhi sebagian tapi ingkari yang lain. Hindarkan sebagian dari larangan Allah tapi abaikan yang lain. Seperti itu yang dibisik-bisikkan setan ke dalam hati manusia yang beriman.   

Di surah An Nur ayat 21 Allah kembali mengulangi: 'Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar.' 

Setan itu penipu. Kalian akan ditipunya agar kalian tersesat. Kalian akan digiringnya  untuk senantiasa berbuat dosa. Mengerjakan pekerjaan yang keji dan mungkar. Melanggar perintah Allah dan menjauhkan kalian dari petunjuk serta keridhaan Allah. Menghindarlah dari rayuan setan tersebut. Dengan berpegang teguh kepada ajaran Allah. Mematuhi perintah Allah yang dijelaskan-Nya di dalam al Quran serta yang diwasiatkan oleh rasul-Nya, Muhammad SAW.

*****                                          

Di Penghujung Tahun

Di Penghujung Tahun 

Kita sudah berada di penghujung tahun 2011 Masehi, sesudah beberapa pekan yang lalu melompati tahun 1432  masuk ke tahun 1433 Hijriyah. Dalam bilangan jam, dari sekarang ini, maka tahun 2011 akan kita tinggalkan. Dia akan menjadi masa lalu. Menjadi 'sesuatu' yang tertinggal dan seperti tahun-tahun sebelumnya akan semakin menjauh dari kita. Selalu saja begitu. Akan selalu saja begitu. Demi masa...... Demi waktu.... Yang selalu mengalir pasti ke hilir. Mengalir ke muara. Muara mana? Muara mana lagi kalau bukan muara kesudahan. Muara akhir. Ya, muara akhirat. Yang akhirat itu jauh lebih bermakna dari awal. Dari kehidupan fana di dunia ini. Seandainya kita mau memperhatikan.

Jatah waktu kita di dunia ini benar-benar sangat terbatas dan sedikit. Meski kita rajin menghitung-hitungnya dalam acara ulang tahun. Yang ke sekian, yang ke sekian,  lalu yang ke sekian plus. Dan ke sekian plus plus. Seberapa meriah pun tepuk tangan untuk setiap kurun yang ditandai itu, maknanya selalu sama. Waktu kita yang tersisa semakin sedikit. Sebuah keniscayaan yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapa jua. Dan kita juga menyaksikan, si fulan yang dulu kita tepuktangani marka waktunya, sekarang sudah tiada lagi. Sudah berpulang. Entahlah kalau beliau itu berpulang ke rahmatullah. Karena ada juga anak manusia yang berpulang ke kemarahan Allah. Ke kemurkaan Allah.

Marka waktu, seperti di penghujungnya saat ini, seyogianya bisa kita jadikan untuk sedikit mengevaluasi diri. Menghitung-hitung, sudah sampai di mana persiapan kita menghadapi saat-saat akhir itu. Seandainya belum memadai, mudah-mudahan masih ada sisa waktu untuk menukuk-menambahnya. Untuk memperbaiki sedikit demi sedikit kekeliruan di hari-hari kemarin. Mudah-mudahan jangan sampai terjadi, kita ikut hanyut saja dalam aliran waktu, tahu-tahu pluit untuk kita dibunyikan. Lalu kita terperangkap dalam kekosongan bekal. Betapa akan ruginya kita.

Tahun 2011 sudah sampai di ujungnya. Tahun 2012 segera menjelang. Dia akan mengikuti irama pendahulunya. Mengalir dengan irama pasti dan teratur menuju ke ujungnya pula. Sementara kita? Tidak ada jaminan bahwa kita akan melaluinya sampai ke akhirnya. Tidak ada pengetahuan kita, apakah kita akan sama-sama ikut hanyut dalam rentangan tahun 2012 seutuhnya. Kita bisa saja dihentikan  setiap saat dalam kurunnya yang singkat. Allah saja yang tahu tentang kemungkinan itu. Mudah-mudahan belum terlambat bagi kita untuk berbuat. Berbuat untuk mendapatkan akhir yang lebih baik dari (kehidupan) sekarang. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahi kita dengan rahmat dan kurnia-Nya serta senantiasa membimbing kita  ke jalan yang diridhai-Nya. Aamiin..... 

*****                                        

Sabtu, 24 Desember 2011

Mujur Sepanjang Hari - Malang Sekejap Mata

Mujur Sepanjang Hari - Malang Sekejap Mata 

Begitu kata pepatah. Begitu petuah nenek dahulu di kampung. Dan aku mengalami sebuah kejadian seperti itu tadi malam.

Bermula dari rasa 'anyang-anyangan', rasa seperti mau buang air kecil tapi tidak lancar. Seolah-olah ada yang menyumbat di saluran air seni. Dan ada rasa yang tidak nyaman di bawah 'ari-ari'. Akibatnya aku tidak bisa tidur, padahal biasanya, begitu kepala diletakkan di bantal, dalam bilangan menit yang pendek sudah langsung terlena. Tapi tidak tadi malam. Rasa anyang-anyangan dan rasa nyeri itu benar-benar mengganggu dan aku tidak bisa tidur. Hampir tengah malam aku minta diambilkan air minum kepada istri. Berharap dengan minum, akan segera buang air kecil dan mudah-mudahan bisa mendorong sesuatu yang seperti menyumbat di saluran air seni itu.

Tapi yang terjadi, aku jadi mual dan berakhir dengan muntah-muntah. Semua makanan yang disantap tadi keluar lagi. Sesudah muntah, istriku membalur punggungku dengan balsem. Terasa agak enak di badan dan aku berusaha untuk tidur. Dan istriku juga segera tertidur.

Tidak lama kemudian, rasanya aku ingin muntah lagi. Lalu bangkit berdiri untuk berjalan ke kamar mandi. Yang aku ingat, aku sudah berdiri di sisi tempat tidur tapi setelah itu blank, aku tidak ingat apa-apa. Tahu-tahu aku sudah terkapar di lantai di unjuran tempat tidur dan istriku setengah berteriak menanyakan apa yang terjadi. Aku tersadar dan merasa seolah-olah aku terjatuh dari tempat tidur. Posisiku tertelungkup. Istriku membantuku bangun sambil tidak berhenti-henti bertanya apa yang terjadi. Aku meraba kepala yang ternyata basah oleh darah. Istriku menyalakan lampu dan memeriksa luka di kepalaku itu. Masya Allah, katanya. Luka ini sangat besar. Kita harus segera ke rumah sakit, katanya menambahkan. 

Kami hanya berdua saja di rumah. Tidak ada pembantu. Istriku bergerak cepat mengganti baju, memakaikan baju untukku sambil menyuruh agar aku memegang terus kapas yang diletakkannya di kepalaku. Ke garasi mengeluarkan mobil, menutup pintu garasi, sementara aku duduk menunggu. Akhirnya kami pergi ke klinik bersalin adikku yang tidak terlalu jauh dari rumah. Karena jika dibawa ke rumah sakit, kami khawatir tidak akan segera dapat pertolongan.

Adikku yang dibangunkan jam satu malam tentu sangat terkejut. Ringkas cerita, dia bersama perawat-perawat di kliniknya bekerja keras menjahit luka di kepala itu. Empat belas jahitan. Alhamdulillah, anyang-anyang pelan-pelan hilang. Tinggal sedikit rasa nyeri di bekas jahitan di kepala. Itulah yang terjadi tadi malam. Malang sekejap mata......

*****                                           

Jumat, 23 Desember 2011

Menjadi Orang Pertengahan

Menjadi Orang Pertengahan

Anak bungsuku sedang giat-giatnya membentuk jatidirinya sendiri. Dia mencoba berusaha sendiri, berbuat sesuatu, yang kalau boleh melibatkan dan membawa kebajikan kepada orang banyak. Dia sedang merintis sebuah usaha. Dan dia terlihat bersungguh-sungguh untuk itu. Sebuah pekerjaan yang mungkin tidak mudah, lebih-lebih di tengah-tengah kecenderungan kebanyakan orang untuk meraih untung besar yang kalau bisa dalam waktu singkat. 

Aku cukup mengawasi saja dari kejauhan. Jarang aku berkomentar, menasihati ataupun mengeritik. Aku cukup percaya bahwa dia tahu apa yang diinginkannya dan tahu bagaimana mencapainya. Dan berharap bahwa dia akan menjaga dirinya untuk tetap jadi 'orang pertengahan' saja.

Aku sendiri tidak mempunyai bakat untuk jadi pengusaha. Meski pun ide kadang-kadang ada, dan bahkan sering cukup autentik, tapi keberanian untuk merealisasikannya tidak pernah cukup. Akhirnya tidak pernah sekali juga ide-ide yang macam-macam itu bisa terlaksana.

Penyebabnya, di samping tidak ada keberanian berspekulasi, aku juga sering merasa cukup dengan yang sudah ada saja. Yang sudah ada itu adalah upah atau gaji yang aku terima sebagai pekerja. Sebagai karyawan. Rasanya, selama ini aku cukup jadi 'orang pertengahan' saja. Tidak kekurangan, alhamdulillah, dan tidak pula mempunyai harta yang berlindak-lindak. Yang terakhir ini artinya kaya sekali. 

Harta banyak, atau kekayaan itu ibarat fatamorgana yang menipu. Begitu pendapatku. Begitu menurut pengamatanku. Tidak ada kekayaan yang menjadikan seseorang abadi. Seberapa kaya pun seseorang, tidak akan sanggup dia menambah jatah hidupnya. Seringkali, harta banyak itu menjadikan kebanyakan orang lupa diri. Lupa beribadah dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta.

Perjalanan hidupku ternyata juga menempatkanku di tengah-tengah saja dalam banyak hal. Pendidikan di pertengahan. Karir di tempat bekerja dulu di pertengahan. Kesanggupan berIbadah di pertengahan. Alhamdulillah, rasanya cukup-cukup saja berada 'di pertengahan' itu. Kadang-kadang memang pernah juga timbul bisikan dalam hati. Kenapa awak kalah dari orang? Kenapa orang bisa sampai 'di sana' awak di' sini-sini' saja. Kenapa orang bisa punya 'ini-itu' awak hanya punya 'ini ke ini' saja. Tapi untunglah, biasanya aku cepat sadar. Peruntungan setiap orang itu sudah ada ketetapannya dari Allah. Cukuplah aku bersyukur dengan peruntunganku. 

Mudah-mudahan Allah SWT meridhai dan membimbingku untuk senantiasa berada di pertengahan. Aaamiin.... 

*****                                        

Pangek

Pangek

Kata seorang kakak ipar yang dokter, ikan air tawar termasuk yang cukup aman untuk dikonsumsi penderita asam urat. Info ini tentu perlu sangat aku cermati, terutama ketika semakin banyak saja jenis makanan yang berakibat kambuhnya nyeri dan ngilu asam urat hampir secara instan, (pernah aku makan ikan laut digoreng kering, dari keadaan relatif normal - bisa berjalan biasa, menjadi terkapar tidak bisa berdiri lagi, hanya dalam jarak waktu empat jam). 

Saran tambahan dari kakak tersebut, ikannya jangan digulai atau digoreng. Karena santan dan bahkan minyak goreng juga punya andil meningkatkan kadar purin dalam tubuh. Lalu  ikan air tawar itu harus diapakan? Bisa saja dibuat sup ikan. Atau diungkap. Atau dibuat pangek. Aku terheran-heran. Apakah pangek yang biasanya dimasak dengan kemiri tanpa santan itu aman? Katanya, coba sajalah. Kemiri lebih aman dari santan.

Ini benar-benar sebuah kejutan yang menyenangkan. Istriku sangat piawai membuat pangek. Ada bermacam-macam ikan yang bisa dan biasa dipangek. Di kampung dulu, mak tuo membuat pangek ikan paweh (tawes). Serupa dengan yang dijual pedagang nasi Kapau, ikan paweh batalua. Ibuku biasa membuat pangek mujair. Pernah juga aku menyantap ikan gabus (ruting) dipangek. Sedangkan istriku biasanya membuat pangek ikan mas berukuran sedang, yang sebesar telapak tangan.

Pangek itu mirip gulai, tapi tanpa santan kelapa dan dimasak sampai kuahnya kering. Warnanya kuning karena banyak menggunakan kunyit. Baunya harum karena memakai daun kunyit dan serai. Di kampung dulu, dimasak perlahan dengan api kecil. Bahkan salah seorang nenek kami, konon memasak pangek selama dua hari, dengan api dari sabut kelapa kering. Keistimewaan pangek masak baunyai itu, tulang-tulangnya bisa dimakan karena sudah sangat empuk.

Ada lagi keistimewaan pangek, yang semakin mantap jika digoreng kembali. Karena memasaknya yang lama tadi, pangek itu bisa tahan dua tiga hari. Pada hari ketiga, ketika pangek sudah terlalu sering dipanaskan, meski rasanya biasanya tetap enak, namun jadi lebih enak lagi kalau digoreng. Pangek memang tiada habisnya. 

Aku tergugah saja ingin menulis cerita ini setelah melihat istriku sedang menyiapkan bumbu untuk membuat pangek pagi hari ini.  

*****                                   

Minggu, 11 Desember 2011

Hari-hari Galau

Hari-hari Galau

Inilah hari-hari perasaan hati agak galau. Agak 'terkucak' sedikit. Pasalnya? Satu cucu akan pindah ke Balikpapan. Izan akan dibawa ayah dan uminya pindah ke Balikpapan mulai besok. Ayah Izan bekerja di Total, di tempat dulu aku bekerja. Balikpapan adalah kota kelahiran uminya Izan. Aku pernah bermukim di kota itu selama lebih dua belas tahun antara tahun 1979 dan 1993. Balikpapan tidaklah jauh sangat.

Tapi itulah yang terjadi. Sedih hati mau berpisah-pisah.  Ketika sudah mulai tua ini, ingin rasanya kita selalu berdekatan dengan orang-orang yang kita kasihi. Dengan anak dan cucu. Selama ini, sejak Izan lahir, kami tinggal berdekatan. Izan bersama ayah dan uminya tinggal di Tangerang dan kami di Bekasi. Sekali seminggu sekurang-kurangnya pastilah bertemu. Membahagiakan sekali rasanya berada dekat cucu-cucu. 

Namun di balik itu aku juga jadi sadar. Tentu seperti itu pulalah dulu perasaan orang tua dan mertuaku. Ketika aku membawa istri dan anak-anakku kembali ke rantau sesudah mengunjungi beliau-beliau itu selama kami liburan cuti. Bergalau hati melihat anak dan cucu-cucu dibawa lagi pergi jauh dari mata. Memang seperti inilah kehidupan. Kita tidak mungkin mendapatkan segala yang menurut kita menyenangkan hati. Kehidupan ini diwarnai oleh pertemuan dan perpisahan. Baik perpisahan sementara maupun perpisahan abadi. 

Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa melindungi kami semua. Mudah-mudahan Izan bahagia tinggal di Balikpapan. Mudah-mudahan kami diizinkan Allah untuk senantiasa menyaksikan Izan jadi besar. Aamiin.....    

*****                                          

Sabtu, 03 Desember 2011

Banyak Yang Tidak Tahu Batasan Halal - Haram Makanan

Banyak Yang Tidak Tahu Batasan Halal - Haram Makanan

Banyak orang bukan Muslim tahu bahwa orang Islam tidak makan babi. Babi itu haram hukumnya dimakan. Lalu mereka (golongan bukan Muslim) menyangka bahwa yang tidak boleh dimakan atau yang haram dimakan orang Islam itu hanya babi. Yang sangat disayangkan, banyak orang Islam sendiri yang tidak mengetahui bahwa yang diharamkan itu bukan hanya babi. Selama itu bukan babi seperti misalnya ayam atau kambing atau sapi 'pasti' halal. Padahal keterangan tentang haramnya daging babi itu ada dalam ayat yang juga menjelaskan tentang yang haram lainnya. Simaklah surah Al Baqarah ayat 173; 'Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi dan (binatang yang waktu menyembelihnya) disebut nama selain nama Allah.......'  Dan lebih tegas lagi keterangan Allah dalam surah al Maidah ayat 3 yang berbunyi; 'Diharamkan atas kalian bangkai, darah, daging babi, daging binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, daging binatang yang mati karena tercekik, daging binatang yang mati jatuh, daging binatang yang mati karena ditanduk binatang lain, daging binatang yang mati karena diterkam binatang buas, daging binatang untuk persembahan kepada berhala........' 

Jadi meski pun daging sapi, atau daging kambing, atau daging bebek, atau ayam yang tidak disembelih dengan benar, apakah dengan cara dipukul kepalanya, atau dipelintir lehernya, maka dagingnya tidak halal dimakan. Karena binatang yang dimatikan dengan cara demikian (dipukul, dicekik, dipelintir) adalah bangkai sehingga haram hukumnya untuk dimakan. Jadi jelas bukan hanya babi saja yang haram. 

Aku baru saja kembali dari Bali untuk keperluan pekerjaan dengan rombongan kantor dan menginap selama dua malam. Miriplah dengan perjalanan ke Cina. Mirip karena aku dihadapkan kepada kesulitan memilih makanan (dalam rombongan). Kemarin siang kami makan di kedai nasi Ayam Betutu. Kedai ini milik orang Bali asli, yang di meja kasirnya ada sesajen khas bali dalam anyaman daun kelapa. Menu istimewanya adalah daging ayam dan kebo (kerbau). Ada ayam gulai, ada ayam goreng, ada gulai daging kerbau, ada lawar ayam dan lawar kebo, masakan khas Bali. Tidak ada ikan. Yang hebatnya di dinding ada sebuah maklumat yang bertuliskan 100% halal. Aku yakin yang mereka atau pemilik warung maksud adalah bahwa kedai itu tidak menyediakan daging babi. 

Ketika ada yang ingin memesan lawar ayam, pelayannya masih cukup 'sopan' untuk memberitahu bahwa lawar itu dimasak dengan darah (ayam). Nah kan? Aku yang sejak mulai masuk kedai itu sudah merasa tidak terlalu 'sreg' akhirnya makan nasi dengan kerupuk dan sambel. Aku tidak mau menyantap ayam betutu atau gulai kebo karena sangat tidak yakin dengan kehalalannya. Sementara anggota rombongan lain cepak-cepong menyantapnya. 

Aku tidak mencegah mereka dan berharap mereka akan bertanya kenapa. Dan ternyata tidak ada yang bertanya. Mungkin mereka menganggap aku aneh. Mungkin mereka merasa lebih aneh lagi ketika tadi malam kami makan ikan bakar di pinggir laut, dan aku tanpa ragu-ragu mau memakannya.

*****